23
tahun 2004, yang membedakan adalah importir terdaftar tidak boleh memindahtangankan hak mengimpor ke perusahaan lain. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 527 atau MPP atau Kep atau 9 atau 2004 tentang Ketentuan Impor Gula. Keputusan ini timbul akibat
penunjukan importir terdaftar sebagai importir sekaligus distributor gula. Selama ini keempat perusahaan yang ditunjuk PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT
RNI tidak pernah melakukan distribusi gula sehingga tidak mempunyai jaringan distribusi dan infrastruktur yang luas. Oleh karena itu, mustahil bagi keempat
perusahaan untuk melakukan impor sekaligus melakukan distribusi ke berbagai daerah tanpa terjadi kelangkaan. Sebagi produsen, tugas utama perusahaan adalah
berkonsentrasi dalam meningkatkan produksi, bukan impor dan distribusi.
2.4 Analisis Kelayakan Usaha
Sampai saat ini belum ada penelitian terbaru yang membahas tentang analisis kelayakan pabrik gula terutama terkait dengan reinvestasi mesin dalam
program revitalisasi pabrik gula. Penelitian Utami 2008 mengkaji tentang pengembangan usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang. Dengan analisis
SWOT diperoleh hasil strategi yang dapat digunakan untuk usaha gula merah tebu adalah strategi integratif integrasi horizontal. Strategi tersebut dilakukan dengan
cara meningkatkan kualitas produk, memperluas pasar, mengembangkan teknologi, dan fasilitas produksi melalui kerja sama dengan pihak lain.
Berdasarkan analisis finansial, usaha gula merah tebu layak untuk dikembangkan. Salah usaha di sektor hilir dari tanaman perkebunan yang telah dikaji kelayakan
investasinya adalah pabrik kelapa sawit. Mukti 2009 meneliti kelayakan investasi pabrik kelapa sawit di Aceh Utara. Hasil analisis aspek non finansial
menunjukkan bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit PKS kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek non-finansial yang
terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, institusional, sosial dan lingkungan tidak terdapat kendala yang dapat mengganggu proses operasional maupun tujuan yang
ingin dicapai dari pembangunan kelapa sawit. Secara finansial, jika investasi menggunakan dana sendiri kegiatan investasi pabrik kelapa sawit layak untuk
24
dilaksanakan ditinjau dari semua kriteria investasi yang digunakan, sedangkan jika menggunakan dana pinjaman investasi tersebut tidak layak dijalankan.
Indah 2010 menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil Bandung. Minyak nilam Indonesia memiliki
kontribusi yang sangat besar pada pasar dunia yaitu sekitar 90 persen. Peluang pasar minyak nilam baik di dalam dan luar negeri masih sangat besar seiring
dengan meningkatnya permintaan terhadap parfum dan kosmetik. Berdasarkan hasil penelitian, proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan
PT Panafil Essential Oil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar terlihat dari peluang pasar yang masih
terbuka serta bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengembangan ini juga layak untuk dijalankan karena kondisi iklim
yang sesuai, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kelayakan aspek manajemen yang dapat
dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan budidaya yang sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, yang juga menerapkan pola tanam
untuk memperoleh bahan baku yang kontinu sepanjang tahun dan koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. Kelayakan aspek sosial dapat dilihat dari adanya
manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan analisis finansial, proyek pengembangan usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan.
Salah satu produk perkebunan lain yang menjadi bahan baku bagi industri hilir adalah aren. Soewondo 2010, melakukan studi kelayakan pendirian pabrik
bioetanol berbahan baku nira aren di Sulawesi Utara. Saat ini industri bioetanol sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan perkebunan
aren yang berada di Sulawesi masih sangat kurang. Pemanfaatan nira sebagai bahan baku aren dan pasar bioetanol yang memadai memicu banyak perusahaan
swasta untuk mendirikan pabrik yang memproduksi bioetanol di Pulau Sulawesi. Pada proses pendirian harus dirancang secara rinci baik dari segi penanganan
bahan baku, pemrosesan bahan baku hingga pengolahan limbahnya agar pabrik ini dapat berjalan secara kontinyu. Pada analisis finansial yang meliputi kebutuhan
25
investasi, biaya operasional, gaji karyawan, dan biaya bahan baku, pabrik ini layak untuk dijalankan. Semua perhitungan kriteria investasinya telah memenuhi
syarat kelayakan. Begitu pula dengan aspek non-finansial yang terdiri dari aspek pasar dan aspek teknis. Selain aren, salah satu bahan perkebunan yang dijadikan
bioetanol adalah ubi kayu. Raditya 2009, melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha budidaya ubi kayu untuk bahan bioetanol. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan Soewondo adalah Raditya lebih mengkaji tentang kegiatan budidaya on farm. Kegiatan budidaya ini dijalankan oleh PTPN VIII
untuk penyediaan bahan baku pembuatan bioetanol. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini meliputi aspek pasar, aspek hukum, aspek manajemen, aspek
teknis atau operasi, aspek ekonomi dan sosial, aspek lingkungan, serta aspek keuangan. Pada aspek pasar, perusahaan telah melaksanakan strategi pemasaran
yang baik dan optimal. Penetapan harga jual pun sudah memperhitungkan Harga Pokok Penjualan HPP. Perusahaan juga telah menjalankan fungsi manajemen
dari sisi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dengan baik. Secara ekonomi dan sosial, usaha ini juga telah memberi pengaruh yang
cukup baik bagi masyarakat sekitarnya, seperti dengan adanya program padat karya. Begitu pula dengan aspek teknis. Berdasarkan analisis kelayakan usaha
aspek finansial, usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari parameter NPV, IRR, BC Ratio, Payback Period dan Profitabillity ratio yang
menunjukkan nilai di mana usaha ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya pengembangan usaha perkebunan layak untuk dijalankan. Oleh karena itu, penelitian ini pun ingin mengetahui bagaimana kelayakan pengembangan
pabrik gula seperti yang direncanakan. Analisis kelayakan dilakukan untuk menghindari keterlanjuran investasi yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan,
karena besarnya dana yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembelian mesin- mesin baru.
26
III. KERANGKA PEMIKIRAN