3.9. Menentukan Ukuran Sampel
Penelitian tidak harus selalu meneliti semua individu dalam populasi, karena disamping mahal juga membutuhkan waktu yang lama. Jadi cukup dengan
meneliti sebagian dari populasi yang disebut sampel, diharapkan hasil yang didapat akan mewakili sifat populasi yang bersangkutan.
Hampir seluruh proyek penelitian sangat sukar memenuhi sampling yang ideal. Sering kali peneliti melakukan hal yang berbeda dari aturan yang ada karena
terpaksa oleh adanya berbagai keterbatasan, antara lain data, dana, waktu dan tenaga.
Ada banyak pendapat dan rumus yang dikemukakan para ahli dalam menetukan ukuran sampel yang reperesentatif yaitu
19
1. Menurut Slovin
:
Slovin, menyatakan ukuran sampel:
2
1 Ne N
n +
=
Dimana: n
= Ukuran sampel N = Ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan
19
Husein Umar, “Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen”, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal 146
Universitas Sumatera Utara
2. Pendapat Gay
Gay, menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan, yaitu:
1. Metode deskriptif, minimal 10 dari populasi
Untuk populasi relatif kecil minimal 20 dari populasi 2.
Metode deskriptif –korelasional, minimal 30 subyek 3.
Metode expost facto, minimal 15 subyek perkelompok 4.
Metode eksperimental, minimal 15 subyek perkelompok
3. Pendapat Kracjie
Kracjie, membuat suatu daftar seperti slovin hanya untuk α sebesar 5 dan
jumlah populasi N mulai dari 10 sampai 100.000 berdasarkan N dan α tersebut dihasilkan besar sampelnya.
4. Pendapat Harry King
Harry King, menggunakan nomogram dalam menghitung jumlah sampel dan jumlah populasi maksimum 2000 dengan α bervariasi sampai 15.
5. Cara interval taksiran
Cara interval taksiran, menyatakan jika ukuran populasi relatif besar, perlu adanya menaksir parameter µ adan parameter P.
Universitas Sumatera Utara
3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.10.1. Uji Validitas
Validitas dapat dikatakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan
sejauh mana data yang terkumpul sesuai dengan variabel yang dimaksud. Untuk menguji ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua macam
validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
1. Validitas Eksternal Validitas eksternal adalah validitas yang tidak berkenaan dengan instrumen
penelitian. Validitas ini berkenaan dengan penyusunan generalisasi sebagai kesimpulan yang diperoleh dari atau tanpa penyusunan hipotesis. Validitas
eksternal adalah tingkat ketepatan generalisasi yang tidak sekedar berlaku bagi sampel, tetapi juga bagi populasi penelitian dalam suatu penelitian kuantitatif.
Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari insterumen tersebut sesuai dengan data dan informasi lain mengenai variabel penelitian yang
dimaksud. 2. Validitas Internal
Validitas Internal adalah validitas yang berkenaan dengan instrumen alat penelitian. Validitas ini mempersoalkan apakah instrumen yang digunakan,
sungguh-sungguh mengungkapkan atau mengukur variabel yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
dari suatu penelitian. Validitas ini dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian – bagian instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu
mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud.
Validitas yang dipergunakan untuk instrumen penelitian antara lain : a.
Validitas Permukaan Face Validity Validitas ini dinyatakan dari penampilan instrumen berupa kemampuannya
menjelajahi semua gejala atau unsur gejala di dalam variabel penelitian.
b. Validitas Logika Logical Validity
Validitas ini disebut juga validitas konstruksi construct validity karena menekankan pada bagaimana logika penyusunan pertanyaan demi
pertanyaan atau instrumen secara keseluruhan. c.
Validitas Isi Content Validity Validitas ini disebut juga validitas kurikulum Curricular Validity karena
diukur dari kesesuaiannya dengan sejumlah bahan yang secara keseluruhan
merupakan sebuah kurikulum, yang telah diberikan kepada sekelompok
individu yang akan menjawab item-item di dalam instrumen. d.
Validitas Empiris Empirical Validity Validitas ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil yang pernah
dicapai individu dalam mengerjakan menjawab suatu instrumen, dengan kemampuan atau tingkah laku nyata yang ditampilkannya sehari hari.
Universitas Sumatera Utara
e. Validitas Faktor Factorial Validity
Validitas ini disebut juga validitas statistik Statistical Validity karena diperoleh melalui perhitungan statistika. Nilai dari sekelompok individu
menjawabmengerjakan item di dalam sebuah instrumen disebut sebagai prediktor yang akan diukur tingkat validitasnya. Disamping itu diperlukan
tolak ukur berupa nilai lain dari kelompok individu yang sama untuk membandingkannya, yang disebut kriterium.
Jenis kriteria uji validitas yang umum digunakan adalah : 1. Korelasi Product Moment
Korelasi ini banyak digunakan untuk ukuran sampel yang relatif besar, sehingga bisa didekati dengan distribusi normal.
[ ]
[ ]
2 2
2 2
.
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
− =
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
xy
2. Korelasi Tata Jenjang Korelasi ini tepat digunakan untuk jumlah subjek sampel kecil, karena untuk
sampel yang kecil, sampel cenderung tidak mengikuti distribusi normal populasinya. Sehingga korelasi tata jenjang dipandang lebih tepat digunakan.
Suatu kuisioner yang memuat pernyataan tidak jelas bagi responden tidak termasuk sahih tidak valid. Dengan validitas data dapat menilai seberapa baik
1 6
1
2 2
− Σ
− =
N N
D rho
xy
Universitas Sumatera Utara
penarikan kesimpulan tersebut didukung. Langkah-langkah melakukan uji validitas adalah :
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah
ditulis para ahli dalam literatur. Kalau sekiranya sudah ada rumusan yang cukup operasional untuk digunakan sebagai alat pengukur, maka rumusan
tersebut dapat langsung dipakai. Tetapi bila rumusan belum operasional, maka tugas penelitilah untuk merumuskannya seoperasional mungkin.
3. Kalau sekiranya didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan
konsep yang akan diukur, maka tugas peneliti lah untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut. Untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan
tersebut, si peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang
operasional. 4.
Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek- aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat
membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.
5. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.
Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju dengan masing-masing pernyataan. Sangat disarankan agar jumlah responden
untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah 30 orang ini maka
Universitas Sumatera Utara
distribusi skor nilai akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik.
3.10.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau tingkat ketetapan consistency atau keajegan adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap
konsisten dari sekelompok individu. Instrumen yang menghasilkan reliabilitas yang tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau
unsur-unsurnya, jika diulangi pada waktu yang berbeda pada kelompok individu yang sama.
Tingkat reliabilitas dapat diukur untuk setiap item test atau angket secara keseluruhan. Dalam analisa item untuk membuat test atau angket yang bersifat
standar, reliabilitas setiap item perlu dihitung. Sedang dalam penelitian biasanya cukup dengan menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan.
Untuk menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan dapat ditempuh perhitungan korelasi, dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Metode Alpha Cronbach
Mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antata beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1-
3, 1-5, atau 1-7 dan seterusnya dapat menggunakan rumus Alpha. Rumus ini ditulis sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Dimana : r
11
= reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan
σ
2 t
= varians total ∑σ
2 b
= jumlah varians butir Adapun rumus varians yang digunakan adalah :
Metode Alpha Cronbach adalah suatu cara membandingkan nilai koefisien r terhadap skala Alpha Cronbach dimana skalanya adalah 0 – 1. Jika skala itu
dikelompokkan kedalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran alpha dapat diimplementasikan sebagai berikut ini :
a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
Universitas Sumatera Utara
2. Korelasi Belah Dua Korelasi Genap Ganjil
Distribusi nilai yang dikorelasikan dalam cara ini diperoleh dari hasil uji coba suatu angket atau test, yang dibuat menjadi dua distribusi nilai. Distribusi nilai
yang pertama diperoleh dari nilai item-item genap, sedang distribusi nilai kedua diperoleh dari nilai item-item ganjil.
Distribusi pertama berfungsi sebagai prediktor dan yang kedua menjadi kriterium. Oleh karena distribusi nilai awal dipecah atau dibagi menjadi dua,
maka korelasi ini disebut juga korelasi belah dua atau korelasi setengah- setengah.
1 6
1
2 2
− Σ
− =
N N
D r
gg
Hasil perhitungan itu dimasukkan dalam rumus untuk mendapatkan koefisien korelasi variabel X dan variabel Y sebagai berikut :
3. Penggunaan Test yang Sejajar
Perhitungan reliabilitas ini disebut juga penggunaan test yang seimbang atau bentuk alternatif atau bentuk keseimbangan rasional. Untuk keperluan ini
seorang peneliti harus membuat atau merekonstruksi dua buah test, meskipun hanya salah satu diantaranya yang akan dipergunakan sebagai alat instrumen
gg gg
xy
r r
r +
= 1
2
Universitas Sumatera Utara
pengumpul data. Test ini disusun dengan bentuk dan mempergunakan bahan yang sama.
Berdasarkan uraian diatas berarti test pertama berfungsi sebagai prediktor yang akan diprediksi dan dipersiapkan sebagai alat instrumen penelitian,
sedangkan test yang kedua sebagai kriterium tolak ukur untuk mengetahui tingkat reliabilitas test pertama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas test
tersebut, dilakukan perhitungan korelasi guna memperoleh koefisien korelasinya. Koefisien korelasi dibandingkan dengan indeks tabel r product
moment untuk mengetahui signifikansinya, sebagai ukuran reliabilitas test yang akan dijadikan sebagai alat instrumen pengumpul data.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Pemilihan metode deskriptif karena dengan metode deskriptif peneliti tidak hanya
memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, melakukan pengujian, membuat prediksi, serta mendapatkan makna
dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan pihak PT. BPD Aceh Cabang
Sumatera Utara, yang terletak di jalan Sisingamangaraja no. 19E. Penelitian dilaksanakan selama jam kerja berlangsung, dimulai pada tanggal 26 april sd 31
Mei 2010.
4.2. Kerangka Konsep Penelitian