55 1 Menggunakan akad jualah.
2 Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 satu juta rupiah. 3 Berjangka waktu paling kurang 1 satu bulan dan paling lama 12
dua belas bulan. 4 Diterbitkan tanpa warkat scripless.
5 Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia. 6 Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
c. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS
1 Bank Umum Syariah BUS atau Unit Usaha Syariah UUS atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUSUUS.
2 BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio
FDR yang ditetapkan Bank Indonesia.
d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
1 Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia. 2 Transaksi SBIS Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo
SBIS dan Settlement second leg Repo SBIS dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS
atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi.
56
e. Sanksi
www.bi.go.id, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1218PBI2010. Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS dan UUS atas
Transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa : 1 Teguran tertulis.
2 Kewajiban membayar sebesar 0,01 satu per sepuluh ribu dari nilai Transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar
Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah untuk setiap Transaksi
SBIS yang dinyatakan batal. Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS
atau UUS melakukan Transaksi SBIS danatau transaksi operasi moneter syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6
enam bulan, maka BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter
syariah selama 5 lima hari kerja berturut-turut.
57
f. Hubungan SBIS dengan Pembiayaan Murabahah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah.
SBIS merupakan salah satu instrumen pasar uang kebijakan moneter kontraktif yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip
syariah dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas didalam sistem perbankan syariah, sebagaimana bank konvensional yang
menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh penghasilan tambahan. Jika melihat dari sisi moneter, turunnya SBIS
kurang menguntungkan bagi perekonomian karena akan meningkatkan jumlah uang beredar JUB. Namun jika dilihat dari sisi lain, hal ini
justru menguntungkan bank syariah karena diharapkan dana yang tidak disimpan dalam SBIS akan digunakan untuk memberikan pembiayaan
produktif yang berguna bagi masyarakat yang akhirnya akan menggerakkan sektor riil. Jadi, hubungan SBIS terhadap pembiayaan
adalah signifikan negatif. Saras Pinaringani 2011:28 Menurut Septiana Ambarwati 2008:74 Hubungan antara SBIS
terhadap pembiayaan murabahah signifikan positif. Hal ini diketahui bahwa jika SBIS meningkat maka pembiayaan murabahah akan
meningkat pula dengan asumsi variabel lainnya tetap dan juga berarti bahwa jika SBIS meningkat maka bank syariah akan tetap memilih
untuk menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan murabahah sehingga pangsa pembiayaan murabahah tetap tinggi.