commit to user
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif NHT dan TPS dengan kemampuan awal terhadap prestasi
belajar kognitif siswa. Siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal tinggi memperoleh prestasi belajar lebih tinggi.
D. Pembahasan Hasil
1. Hipotesis pertama
Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipótesis pertama yang ditunjukkan pada tabel 4.10 diperoleh harga P-value 0,413 atau lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05 ini berarti bahwa hipotesis nol diterima atau hipotesis
alternatif ditolak, sehingga menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pembelajaran kooperatif melalui metode NHT Numbered Heads
Together dan TPS Think-Pair-Share terhadap prestasi belajar kimia. Hal ini
tidak sesuai dengan harapan peneliti yaitu ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode NHT dan TPS.
Hasil uji hipótesis ini dapat dipahami, karena NHT Numbered Heads Together dan TPS Think-Pair-Share keduanya merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural. Pembelajaran dengan pendekatan struktural ini dikembangkan dengan adanya kerjasama yang saling membantu
dalam kelompok dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural menekankan
pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk memenuhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur ini dikembangkan dengan maksud agar menjadi alternatif
dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas
commit to user
dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur-struktur ini menghendaki para siswa bekerja sama
saling bergantung pada kelompok kelompok kecil secara kooperatif. Tahapan- tahapan dalam pembelajaran TPS Think-Pair-Share sederhana, namun penting
terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok. Dalam model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu permasalahan yang
diberikan,berpasangan dengan siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi dalam metode think-pair-
share memberi banyak keuntungan. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir think time sehingga
kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Selain itu, TPS juga mempunyai kelemahan yaitu pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat
timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa. Sedangkan untuk pembelajaran NHT Numbered
Heads Together kesulitan pemahaman materi yang dialami dapat dipecahkan bersama dengan anggota kelompok dengan bimbingan guru, untuk itu
pembelajaran NHT menitikberatkan pada keaktifan siswa dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok.
Pembelajaran tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu, pembelajaran tipe NHT juga mendorong siswa utuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai 3
tujuan yaitu; hasil belajar akademik, penerimaan tentang keragaman dan pengembangan keterampilan. Pembelajaran tipe NHT mengutamakan kerja
commit to user
kelompok dari pada individual. Sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. NHT mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan NHT adalah sebagai berikut: 1 menyebabkan siswa aktif
dalam menjawab pertanyaan, 2 melatih siswa berani dalam menyampaikan pendapat dan berani bicara di depan kelas, 3 memotivasi dalam belajar, 4 melatih
siswa untuk bekerja sama dan menghargai pendapat teman dalam kelompok. Sedangkan kelemahan NHT adalah sebagai berikut: pengkondisian kelas kurang.
Pada penelitian ini, NHT dan TPS merupakan model pembelajaran yang baru pertama kali dilakukan oleh siswa, sehingga awalnya kurang berjalan sesuai
dengan prinsip-prinsip kooperatif. Siswa mulai bisa melakukan pembelajaran dengan lancar pada pertemuan berikutnya. Dalam penelitian ini,rata-rata nilai
prestasi belajar kognitif siswa untuk NHT adalah 73,74 dan untuk TPS adalah 75,38. Jadi, apabila dilihat dari hasil rata-rata nilainya untuk kedua model
pembelajaran tersebut ada perbedaan pengaruh model pembelajaran NHT dan TPS terhadap prestasi belajar walaupun tidak signifikan. Hasil tersebut menunjukkan
prestasi belajar siswa dengan TPS lebih baik daripada NHT. Hal ini dimungkinkan karena siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-
masing karena adanya waktu berpikir think time sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Selain itu, dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil
belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. Hasil dalam penelitian ini dapat
diamati bahwa siswa lebih bersemangat untuk belajar dalam kelompok kooperatif daripada pembelajaran yang biasanya. Dalam menyelesaikan permasalahan dari
commit to user
guru dalam LKS, para siswa dalam kelompok masing-masing berdiskusi dengan semangat serta saat evaluasi hasil diskusi masing-masing kelompok juga semangat
untuk berpendapat mengemukakan pendapat masing-masing.
2. Hipotesis kedua