Analisis Hasil Observasi dan Wawancara Analisis Lembar Angket Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum dilakukan pengembangan buku pembelajaranketerampilan membaca, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan dengan penelitian dan pengumpulan informasi untuk menganalisis kebutuhan di lapangan. Penelitian dan pengumpulan informasi merupakan langkah awal yang dilakukan dalam proses pengembangan buku pembelajaran keterampilan membaca yaitu dengan cara observasi, wawancara dan menyebarkan angket. Penelitian pengembangan mengacu pada model pengembangan Research and Development oleh Borg dan Gall dalam Sukmadinata 2008: 169- 170 dari sepuluh langkah pengembangan, merumuskan menjadi lima langkah dalam proses ini. Hal ini dilakukan karena penelitian pengembangan yang dilaksanakan peneliti hanya untuk satu sekolah saja dan menyesuaikan pada karakteristik, keterbatasan waktu, tenaga serta biaya. Kelima langkah tersebut adalah 1 studi pendahuluan, 2 perencanaan dan pembuatan produk, 3 validasi produk, 4 revisi produk, 5 desiminasi terbatas.

1. Studi Pendahuluan

Berdasarkan kondisi di lapangan, belum semua guru Bahasa Indonesia menggunakan buku ajar yang di dalamnya terdapat strategi dalam satu kompetensi berbahasa. Berikut adalah deskripsi hasil pengumpulan informasi yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan pengisian angket. Tabel 3 :Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi Buku Pembelajaran Keterampilan Membaca No Sb Buku Pembelajaran Keterampilan Membaca 1 G Tiga orang guru sudah menggunakan buku penunjang yang lain untuk melengkapi materi.Buku yang digunakan oleh tiga orang guru selalu memuat empat kompetensi berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Ketiga guru Bahasa Indonesia tidak pernah menggunakan buku ajar yang memuat strategi dalam satu kompetensi berbahasa. Ketiga guru berpendapat bahwa siswa SMK dan SMA itu berbeda, Guru 1 mengatakan teks atau sumber bacaan yang digunakan untuk siswa SMK harusnya berbeda dengan siswa SMA karena tamantannya saja berbeda, jadi kalau untuk SMK saja bahasanya harus terkait dengan persiapan dunia kerja padahal kurikulum sekarang disamakan antara SMA dan SMK. Guru 2 berpendapat teks atau bacaan untuk anak SMK menurut beliau harus sesuai dengan jurusan mereka dengan kompetensi yang dimilikinya. Guru 3 berpendapat kalau saya melihat ukuran anak SMK dengan buku pelajaran yang disamakan dengan SMA itu mengalami kesulitan karena bobotnya itu pasti sama dan ketika melakukan tugas tertentu seperti yang diminta dalam buku pelajaran dan diminta untuk membaca siswa SMK mengalami keluhan jadi berat untuk siswa SMK kalau disamakan dengan siswa SMA. Ketiga guru Bahasa Indonesia menginginkan terdapat buku pembelajaran yang memuat kompetensi membaca khusus untuk anak SMK karena bacaan yang harus dipelajari siswa SMK dan SMA itu harusnya dibedakan. 2 S Siswa bersikap kooperatif ketika diminta terlibat dalam penelitian. Semua siswa senang menggunakan buku pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahan belajar dirumah.Semua siswa setuju bila buku pembelajaran bahasa Indonesia dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan menambah minat mereka untuk membaca. 3 KS Semua guru menggunakan buku penunjang dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Buku yang digunakan selalu memuat empat kompetensi berbahasa. Guru-guru juga belum pernah menemui atau menggunakan buku pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa SMK yang di dalamnya terdapat suatu strategi atau langkah-langakah dalam satu kompetensi berbahasa. Minat membaca siswa masih harus didorong dengan buku pembelajaran yang mendukung kegiatan belajar siswa. Keterangan : Sb : Subjek G : Guru S : Siswa KS : Kesimpulan