72
Berdasarkan tabel tersebut juga dapat diketahui nilai rata-rata kelas yaitu 59,93.
Tabel pengamatan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih kurang dalam menarik minat siswa dalam kegiatan berbicara.
Dengan demikian maka dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif kancing gemerincing.
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 7 dan 8 Oktober 2016. Tindakan dilaksanakan dengan alokasi waktu 6x35
menit.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru kelas. Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menyiapkan materi pembelajaran yang
akan disampaikan oleh guru dalam pembelajaran sesuai arahan dan saran guru kelas. Peneliti kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. Setelah RPP siap, peneliti kemudian
membuat dan mempersiapkan alat pembelajaran, media pembelajaran berupa gambar terkait materi pembelajaran, serta sumber belajar yang
relevan dengan materi.
73
Dalam tahap perencanaan, peneliti juga mempersiapkan Lembar Kerja Siswa LKS. Peneliti juga mempersiapkan lembar
observasi aktivitas siswa dan guru sebagai alat pengumpul data. Sebagai tahap akhir, peneliti mempersiapkan lembar penilaian
keterampilan berbicara.
b. Pelaksanaan
Peneliti dan guru menetapkan tindakan sesuai perencanaan yang telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada
siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates. Pelaksanaan siklus I terdiri dari dua pertemuan. Berikut adalah uraian tahapan tindakan dalam
pembelajaran.
1 Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 6x35 menit. Tema yang
dipelajari yaitu “Perubahan Musim” dengan subtema “Perubahan di alam” pembelajaran 1.
Siswa bersama guru bersama-sama menciptakan suasana kondusif sebelum memulai pembelajaran, mengucapkan salam, dan
meminta berdoa secara bersama-sama serta menyanyikan lagu wajib. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan
membaca selama lima belas menit. Setelah waktu untuk membaca habis, siswa kembali siap siap menerima pembelajaran, kemudian
guru melakukan presensi. Siswa menerima apersepsi yang
74
dilakukan oleh guru terkait materi pembelajaran yang akan dipelajari. Hampir separuh jumlah siswa dalam kelas mampu
menjawab pertanyaan tersebut dengan menyebutkan materi-materi pembelajaran yang telah dipelajari pada pembelajaran sebelum
pelaksanaan ujian tengah semester. Mereka menyebutkan berbagai perubahan musim dan cuaca yang telah dipelajari. Kemudian guru
memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari yaitu tema “perubahan di alam” dengan subtema “perubahan musim”.
Kegiatan dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta manfaat dari materi
pembelajaran yang akan dipelajari, baik untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Kegiatan inti pada proses pembelajaran diawali dengan diskusi secara klasikal mengenai materi yang akan dipelajari. Guru
mengarahkan siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan, antara lain “Apakah setiap hari kondisi cuaca sama?”,
“Apakah setiap bulan kondisi cuaca sama?”, dan “Mengapa kondisi cuaca berbeda-
beda?”. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan mengenai pertanyaan tersebut, kemudian dilanjutkan
dengan guru memberikan konfirmasi terkait jawaban yang diberikan oleh siswa.
Kegiatan selanjutnya siswa menerima kesempatan untuk membaca teks bacaan sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap
75
siswa diminta untuk memahami isi teks bacaan kemudian menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mengisi
teks laporan. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang telah dibacanya, guru meminta beberapa siswa untuk
menceritakan kembali apa yang telah dibacanya di hadapan teman sekelas. Setelah siswa selesai menyampaikan cerita, kemudian guru
memberikan konfirmasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 5 siswa.
Pembentukan kelompok dengan berhitung dari urutan bangku paling depan mengular ke belakang. Setiap kelompok menerima
pembagian LKS dari guru. Siswa dan guru bersama-sama memahami isi tugas pada LKS untuk memudahkan pengerjaan.
Kemudian siswa melakukan percobaan secara berkelompok. Dalam melakukan percobaan secara berkelompok, belum semua siswa
dapat bekerjasama dengan baik. Beberapa siswa masih mengandalkan siswa yang dianggap lebih pintar untuk melakukan
percobaan. Kegiatan selanjutnya guru menyiapkan kotak berisi kancing
bicara dengan bantuan siswa yang telah menyelesaikan percobaannya.
Setelah setiap
kelompok menyelesaikan
percobaannya, guru membagikan dua kancing bicara kepada
76
masing-masing siswa dilanjutkan dengan memberikan penjelasan mengenai penggunaannya dalam kegiatan diskusi sebagai tindak
lanjut dari percobaan yang telah dilakukan. Pada kegiatan diskusi, setiap siswa mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berkontribusi, yaitu sebanyak kancing bicara yang dimiliki. Kegiatan diskusi akan selesai ketika
setiap anggota kelompok telah menghabiskan kancing bicaranya. Namun kegiatan diskusi belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Masih terdapat tiga siswa yang tidak menggunakan haknya untuk berkontribusi dalam kelompok. Siswa tersebut baru
mau menggunakan kancing bicara yang dimilikinya setelah mendapatkan teguran dari teman satu kelompok atau ketika sudah
disuruh oleh guru. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru dan peneliti
mengamati tujuh aspek yang berpengaruh pada keterampilan berbicara. Ketujuh aspek tersebut antara lain kejelasan lafal,
intonasi, pemilihan kata, kosakata, sikap, keberanian, dan kelancaran siswa dalam mengemukakan pendapat. Pada kegiatan
diskusi pertemuan pertama, belum seluruh siswa mengemukakan pendapat. Penyampaian pendapat baru dilakukan oleh siswa yang
biasanya aktif di dalam kelas. Setiap kelompok menuliskan hasil percobaan dan diskusi
pada lembar yang telah disediakan. Setiap kelompok kemudian
77
diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam kegiatan presentasi, guru memilih siswa yang masih memiliki
kontribusi kurang dalam kelompok. Sehingga guru dapat mengamati peningkatan keterampilan bicara siswa.
Pada pertemuan pertama, sebagian besar siswa sudah mampu mengemukakan pendapat dengan pelafalan yang jelas,
intonasi yang tepat, memlih kata dan kosakata dengan tepat. Namun, masih banyak siswa yang kurang dalam aspek sikap,
keberanian, dan kelancaran saat mengemukakan pendapat. Kekurangan tersebut ditunjukkan ketika siswa diminta untuk
berkontribusi dalam kelompok maupun saat presentasi di depan kelas, siswa masih harus didampingi oleh guru.
Siswa dikondisikan untuk kembali menempati tempat duduknya masing-masing kemudian melanjutkan pembelajaran.
Guru membimbing siswa untuk membaca teks laporan yang terdapat pada buku siswa. guru membimbing siswa untuk
memahami isi teks kemudian membimbing siswa untuk mendiskusikannya secara klasikal. Guru memberikan apresiasi
berupa tepuk tangan kepada setiap siswa yang berani mengemukakan pendapat. Kegiatan selanjutnya guru membimbing
siswa untuk memahami operasi hitung perkalian. Untuk mengkonfirmasi pengetahuan siswa, guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal yang terdapat pada buku siswa. Selanjutnya,
78
beberapa siswa diminta untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis sebagai bahan koreksi.
Pengelolaan waktu yang kurang efektif sehingga guru tidak membimbing siswa untuk menyanyikan lagu “burung tantina”
sesuai pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Siswa bersama guru langsung membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Setelah itu siswa diberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara individu. Pada pembelajaran siklus I
pertemuan pertama, guru tidak sempat membahas jawaban dari soal evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa. Guru langsung
meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu wajib dan berdoa
bersama-sama.
2 Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 6x35 menit. Tema yang dipelajari
adalah “Perubahan di Alam” dengan sub tema “Perubahan Musim” pembelajaran dua.
Siswa bersama guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, dan menyanyikan lagu wajib.
Kemudian siswa bersama guru melakukan presensi. Siswa menerima informasi dari guru terkait tema dan sub tema yang akan
79
dipelajari. Selain itu, siswa juga menerima informasi terkait tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
Kegiatan inti pada proses pembelajaran diawali dengan mengamati ilustrasi musim yang ada di Indonesia secara klasikal,
Kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengemukakan pendapatnya mengenai kedua gambar yang tersaji. Siswa yang mengacungkan
jarinya untuk mengemukakan pendapat merupakan siswa yang pada pertemuan sebelumnya juga sering mengemukakan pendapat.
Guru dapat mengamati keterampilan berbicara siswa melalui kegiatan ini. Kemudian siswa menerima penjelasan lebih lanjut
mengenai musim yang ada di Indonesia sebagai konfirmasi atas jawaban siswa.
Siswa mendapatkan penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah
kegiatan yang
akan dilakukan
dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
kancing gemerincing. Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok secara heterogen, dengan nama kelompok A, kelompok
B, kelompok C, kelompok D, dan kelompok E. Setiap kelompok terdiri dari lima orang siswa. Saat pembentukan kelompok siswa
lebih bergegas daripada pertemuan sebelumnya. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya.
Kemudian setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua keping kancing bicara yang akan digunakan siswa sebagai tiket
80
mengemukakan pendapat dalam diskusi. Siswa menerima penjelasan kembali mengenai kegunaan kancing dalam diskusi.
Setiap siswa nantinya akan mengemukakan pendapat setelah melempar atau meletakkan satu keping kancing bicara yang
dimilikinya. Setelah penjelasan diberikan, guru memeriksa kembali kesiapan siswa untuk melakukan diskusi.
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai materi diskusi, yaitu terkait dengan musim penghujan dan musim
kemarau sebagai pengantar bagi siswa melakukan diskusi. Setelah penjelasan dari guru selesai, setiap kelompok mendapatkan satu
lembar kerja siswa. Siswa dipersilahkan untuk melakukan diskusi sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru.
Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan jumlah koin yang
didapatnya. Guru membimbing setiap kelompok agar dapat berdiskusi
dengan baik. Siswa yang pada pertemuan pertama masih enggan dalam berkontribusi, pada pertemuan kedua mau menggunakan
haknya untuk berkontribusi. Kriteria keterampilan berbicara yang baik juga telah tampak pada siswa saat diskusi sehingga guru dan
peneliti dapat melakukan pengamatan terkait dengan keterampilan berbicara siswa dengan lebih mudah. Setelah kegiatan diskusi,
siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan dari setiap
81
pendapat kemudian menuliskannya pada lembar yang telah disediakan. guru kemudian memilih satu siswa dari setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam hal ini guru memilih siswa yang dianggap masih memiliki kontribusi
minim dalam kelompok sehingga dapat teramati keterampilan berbicaranya.
Keterampilan bicara siswa pada pertemuan kedua telah tampak meningkat dibandingkan dengan pertemuan pertama.
Siswa yang pada pertemuan pertama masih malu dan ragu dalam mengemukakan pendapat, pada pertemuan kedua menunjukkan
performa yang lebih baik. Aspek sikap, keberanian, dan kejelasan yang masih kurang pada pertemuan pertama juga tampak membaik
pada pertemuan kedua. Hal tersebut tampak dari bertambahnya siswa yang mau berkontribusi dalam kelompok maupun
mempresentasikan hasil kerja kelompok. Siswa diminta untuk menyimpan kancing bicara kemudian
melanjutkan kegiatan dengan kelompok tanpa menggunakan kancing bicara. Siswa secara mandiri diminta untuk membaca teks
mengenai musim kemarau dan musim penghujan. Guru mengamati proses siswa membaca teks dan membimbing siswa secara klasikal
untuk memahami isi teks laporan. Secara berkelompok, siswa diminta untuk mengidentifikasi
perbedaan yang terdapat pada kedua teks kemudian menuliskannya
82
pada tabel perbedaan. Kegiatan selanjutnya, setiap perbedaan yang telah ditemukan siswa kemudian dituliskan dalam bentuk peta
konsep untuk memudahkan siswa dalam pemahaman mengenai perbedaan musim kemarau dan musim penghujan. Setiap
kelompok mendapatkan
kesempatan yang
sama untuk
menceritakan secara lisan terkait dua teks laporan yang telah mereka pahami. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mengirimkan satu anggotanya untuk menceritakan di hadapan teman sekelas. Pemilihan siswa yang tampil di depan teman
sekelas dilakukan secara acak. Setelah itu guru memberikan sedikit penekanan bahwa terjadinya perubahan musim terjadi karena
kehendak Tuhan Yang Maha Esa oleh karena itu harus disyukuri dengan baik.
Kegiatan selanjutnya,
siswa secara
berkelompok mengamati gambar lambang sila pertama Pancasila, kemudian
mendiskripsikan secara tertulis mengenai lambang sila pertama Pancasila. Dengan menggunakan kancing bicara, siswa berdiskusi
terkait kegiatan ibadah yang dilakukan di rumah. Siswa juga menggunakan kancing yang sama untuk mendiskusikan kegiatan
harian yang dilakukan di sekolah terkait sila pertama Pancasila. Siswa menuliskan hasil diskusi dalam sebuah tabel. Dengan
menganalisis isi tabel tersebut, siswa dapat mengetahui kegiatan apa saja yang terkait dengan sila pertama Pancasila sekaligus
83
mengidentifikasi waktu luang yang dimiliki di sekolah. Setiap kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas. Pada kegiatan akhir, guru membagikan soal evaluasi
kepada siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. Setelah
selesai, guru
langsung meminta
siswa untuk
mengumpulkan hasil pekerjaannya tanpa membahasnya terlebih dahulu. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan
belajar yang telah dilakukan selama satu kali pertemuan. Siswa mendapatkan
tugas lanjutan
untuk mempelajari
materi pembelajaran berikutnya. Kemudian guru meminta siswa yang
bertugas untuk memimpin menyanyikan lagu daerah dan dilanjutkan
dengan berdoa
bersama untuk
mengakhiri pembelajaran. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.
Adapun tes berbicara yang dilakukan melalui unjuk kerja pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan bicara siswa.
Hasil unjuk kerjas siswa pada akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I Total Nilai
2146 Rata-rata Nilai
71,5 Nilai Tertinggi
80 Nilai Terendah
62 Presentase Nilai
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis nilai keterampilan berbicara pada siklus I menunjukkkan bahwa total nilai keterampilan
84
berbicara adalah 2146. Rata-rata nilai keterampilan pada siklus I adalah 71,5. Nilai tertinggi keterampilan berbicara adalah 80, sedangkan nilai
terendah adalah 62. Hasil unjuk kerja keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam
bentuk presentase , sehingga akan diperoleh presentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus I seperti yang terlihat pada tabel
berikut ini. Tabel 8. Presentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I
No Nilai
Frekuensi Presentase
Keterangan 1
≥ 70 20
67 Tuntas
2 70
10 33
Belum Tuntas Jumlah
30 100
Jumlah Nilai 2146
Nilai rata-rata 71,5
Berdasarkan tabel di tersebut dapat dilihat bahwa tes unjuk kerja keterampilan berbicara pada siklus I diikuti oleh 30 siswa. Hasil tes unjuk
kerja pada siklus I menunjukkan siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 20 siswa atau sebesar 67, sedangkan siswa yang belum
memenuhi kriteria yaitu sebanyak 10 siswa atau sebesar 33. Nilai rata- rata yang diperoleh pada siklus I yaitu 71,5. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan terdapat 20 siswa yang sudah tuntas dan 9 siswa belum tuntas.
Hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara pada siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes unjuk kerja pra
siklus. Akan tetapi, peningkatan tersebut belum dinilai baik karena dalam
85
kriteria keberhasilan telah ditetapkan 75 dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan lebih dari atau
sama dengan 70 belum tercapai. Adapun peningkatan keterampilan berbicara siswa pada kelas IIIA dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Perbandingan Tes Keterampilan Berbicara pada Pra Siklus dan Siklus I
No Kategori
Pra Siklus Siklus I
f Presentase
F Presentase
1 Tuntas
9 30
20 67
2 Belum Tuntas
21 70
10 33
Jumlah 30
100 30
100 Jumlah Nilai
1979 2146
Nilai Rata-rata 59,93
71,5
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa. Data awal sebelum dilakukan tindakan
menunjukkan hasil dengan rata-rata kelas sebesar 59,93 dengan presentase ketuntasan 30 dan ketidaktuntasan 70. Sedangkan pada siklus I
diperoleh nilai rata-rata kelas 71,5 dengan presentase ketuntasan 67 dan ketidaktuntasan 33. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya
peningkatan ketuntasan pada nilai keterampilan berbicara siswa sebesar 37, yaitu dari 30 menjadi 67. Berdasarkan target awal pada
peningkatan tes keterampilan berbicara sebesar 75, pada siklus I siswa baru mencapai taraf 67 sehingga belum dikatakan berhasil.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan tiap pertemuan. Observasi dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Observasi
86
dilakukan untuk memantau kesesuaian aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan.
Berikut adalah uraian hasil pengamatan saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada siklus I.
1 Aktivitas Guru
Pada saat pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Penerapan
model pembelajaran
ini bertujuan
untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Kegiatan awal yang dilakukan dengan menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan
dalam pembelajaran. Namun, pada pertemuan pertama guru belum memberikan penjelasan secara runtut sehingga mempengaruhi
jalannya pembelajaran. Kemudian guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dengan berhitung satu sampai enam
berawal dari meja ujung depan mengular ke belakang. Pembentukan kelompok cukup memakan waktu karena masih
banyak siswa yang tidak fokus sehingga pembentukan kelompok diulang beberapa kali.
Guru kemudian membagikan lembar kerja siswa kepada siswa yang berisi perintah untuk melakukan percobaan. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai lembar kerja siswa yang telah diterimanya. Beberapa siswa yang
aktif di kelas teramati mengacungkan jari untuk mengkonfirmasi
87
perintah yang terdapat pada lembar kerja kepada guru. Sementara siswa yang lain hanya mendengarkan pertanyaan yang diajukan
temannya dan penjelasan yang diberikan guru. Oleh karena itu guru aktif bertanya kepada siswa yang pasif apakah ada yang
belum jelas bagi mereka. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan
secara berkelompok. Guru memberikan perhatian kepada kelompok yang membutuhkan bantuan dalam melakukan
percobaan. Guru juga menegur siswa yang sedikit berkontribusi dalam melakukan percobaan sehingga setiap siswa berkontribusi
dalam kelompoknya. . Setelah percobaan selesai, guru menyiapkan kotak berisi
kancing bicara dengan bantuan siswa. Dalam langkah ini seharusnya guru telah menyiapkan kotak berisi kancing bicara
sesaat sebelum pembelajaran dimulai sehingga persiapan diskusi tidak memakan lebih banyak waktu. Guru membagikan kancing
bicara dengan jumlah yang sama kepada setiap siswa. Guru memberikan penjelasan mengenai bagaimana
penggunaan kancing bicara pada diskusi. Setiap siswa yang akan mengemukakan pendapat harus melemparkan kancing bicara yang
dimilikinya ke tengah meja kelompok. Diskusi akan berakhir ketika setiap anggota kelompok telah menghabiskan seluruh
kancing bicara yang dimilikinya. Selama siswa melakukan
88
kegiatan diskusi, guru membimbing dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Selain itu guru bersama peneliti
mengamati keterampilan berbicara setiap siswa. Guru dan peneliti mengamati aspek-aspek yang berengaruh dalam keterampilan
berbicara. Aspek yang diamati terdiri dari aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri dari kejelasan
lafal, intonasi, pemilihan kata, dan kosakata. Sementara aspek non kebahasaan terdiri dari sikap, keberanian, dan kelancaran.
Pada pertemuan pertama, teramati bahwa sebagian siswa telah melafalkan dengan jelas gagasan yang disampaikan. Siswa
juga telah menggunakan intonasi dengan lebih baik, memilih kata dan kosakata dengan tepat. Namun, pada aspek sikap, keberanian,
dan kejelasan, masih perlu mendapatkan perhatian lebih dari guru. Hal tersebut tampak ketika guru meminta siswa secara sukarela
untuk mengemukakan pendapat di depan kelas, hanya siswa-siswa yang biasanya aktif saja yang mau. Sedangkan siswa yang pasif
harus disuruh dan didampingi oleh guru dalam melakukan hal serupa.
Untuk mengakhiri proses diskusi, guru menyuruh siswa untuk menuliskan hasil diskusinya dalam lembar yang telah
disediakan. Kegiatan selanjutnya guru akan meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Guru memilih siswa yang tadinya masih belum teramati
89
memberikan kontribusi dalam kelompok, sehingga guru dapat mengamati aspek-aspek keterampilan berbicara pada siswa yang
bersangkutan. Pada pertemuan kedua, yaitu hari Sabtu tanggal 8 Oktober
2016 guru terlihat lebih baik saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dalam
pembelajaran. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada RPP dengan baik.
Guru telah menjelaskan bagaiamana penggunaan model pembelajaran yang akan digunakan dengan lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Kegiatan pertama, guru membimbing siswa membentuk
kelompok dengan cara berhitung satu sampai enam, dimulai dari barisan pertama mengular hingga belakang. Pembagian kelompok
pada pertemuan kedua sudah lebih kondusif jika dibandingkan pertemuan pertama. Setelah kelompok terbentuk, guru kemudian
memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan terkait kejelasan tugas pada LKS agar kegiatan dapat berjalan lancar.
Guru membimbing siswa untuk melaksanakan diskusi setelah LKS selesai dikerjakan. Guru mengamati dan memberikan
penilaian terkait dengan keterampilan berbicara siswa melalui
90
kegiatan diskusi tersebut. Aspek yang diamati meliputi aspek kebahasaan
dan non
kebahasaan yang
mempengaruhi keterampilan berbicara.
Ketika siswa melakukan diskusi, guru juga membimbing kelompok-kelompok yang membutuhkan bantuan. Setelah diskusi
selesai dilakukan, guru meminta setiap kelompok untuk menarik kesimpulan setiap pendapat yang didapatkan, kemudian
menuliskannya pada kertas yang telah disediakan. Kemudian guru meminta setiap kelompok menyiapkan satu orang anggotanya
untuk menyampaikan hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Guru meminta dan membimbing siswa untuk membaca dan
memahami teks laporan terkait musim kemarau dan musim penghujan.
Secara berkelompok,
siswa diminta
untuk mendiskusikan perbedaan kedua musim tersebut menggunakan
kancing bicara kemudian menuliskan hasil diskusinya pada tabel perbedaan. Guru memilih satu orang siswa dari setiap kelompok
untuk menceritakan secara lisan mengenai isi teks laporan yang telah dibaca. Melalui kegiatan ini guru dapat mengamati
peningkatan keterampilan berbicara siswa. Setelah setiap kelompok menyampaikan pendapatnya secara lisan, guru
memberikan penguatan mengenai apa yang telah disampaikan siswa.
91
Pada kegiatan diskusi pertemuan kedua, teramati siswa menunjukkan performa yang lebih baik. Meskipun demikian,
siswa yang masih kurang dalam aspek sikap, keberanian, dan kejelasan masih tetap harus mendapatkan perhatian. Guru masih
harus aktif dalam membimbing mereka sehingga mau untuk mengemukakan pendapat dengan lantang dan jelas tanpa
bimbingan guru. Guru juga perlu memberikan bimbingan agar siswa bersikap wajar saat mengemukakan pendapat, yaitu tidak
kaku dan terbata-bata ketika berbicara. Guru meminta siswa untuk mengamati gambar lambang
sila pertama Pancasila. Guru meminta siswa kembali bekerja secara berkelompok dan kembali menggunakan kancing bicara
sebagai sarana mengemukakan pendapat. Guru mengamati jalannya diskusi mengenai kegiatan ibadah yang dilakukan di
rumah dan kegiatan harian di sekolah sekaligus mengamati keterampilan berbicara siswa. Guru meminta satu orang anggota
dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
2 Aktivitas Siswa
Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, siswa masih terlihat kurang aktif
dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa terlihat bosan dan
kurang memperhatikan
penjelasan guru
selama
92
pembelajaran berlangsung. Sementara siswa yang aktif hanya siswa-siswa yang sama. Dalam hal keterampilan berbicara,
siswa masih memerlukan peningkatan. Hasil pengamatan pada pertemuan pertama yaitu pada
hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Siswa sudah tampak
aktif, namun masih banyak siswa yang belum melakukan pembelajaran sesuai pada langkah pada model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing. Terlihat saat guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, ada lima siswa
yang tidak teramati melakukan kegiatan tersebut. Kelima siswa tersebut yaitu siswa dengan inisial AFH, DA, NIN,
SNF, dan MLSF. Kelima siswa tersebut sibuk keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar mandi atau membuang sampah.
Setiap siswa menerima dua kancing bicara yang dibagikan oleh guru. Dalam kegiatan ini terdapat tiga siswa,
yaitu dengan inisial EZP, VNAV, dan CDBAJ yang tidak tertib saat menerima pembagian kartu. Kondisi tersebut
menyebabkan kelas sedikit gaduh. Saat kegiatan percobaan dan diskusi berlangsung masih
terdapat delapan siswa yang tidak berkontribusi dalam kelompok. Kedelapan siswa tersebut adalah DA, DRFNP,
FKNP, MLSF, PRA, RS, SFA, dan SNF, siswa yang tidak
93
berkontribusi dalam kelompok. Meskipun demikian mereka menyadari
bahwa memiliki
tanggung jawab
untuk menggunakan kancing bicara yang dimiliki.
Siswa yang teramati kurang memberikan kontribusi bagi kelompoknya diberi kesempatan untuk mempresentasikan
hasil pekerjaan kelompoknya. Dengan demikian guru dan peneliti dapat mengamati ada peningkatan atau tidak pada
keterampilan berbicara siswa. Pada pertemuan pertama, semua siswa telah teramati mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembeajaran kooperatif kancing gemerincing dengan cukup baik, meskipun masih terdapat kekurangan.
Berdasarkan tujuh aspek yang berpengaruh pada keterampilan berbicara, siswa masih kurang dalam aspek
sikap, keberanian, dan kelancaran. Siswa masih terlihat kaku dalam menyampaikan pendapat dalam kelompok maupun
ketika melakukan presentasi di depan kelas. Siswa yang biasanya pasif masih harus didampingi guru ketika presentasi.
Selain itu masih banyak siswa yang dalam penyampaian pendapat maupun presentasi kurang lancar dalam berbicara.
Hal ini karena siswa masih ragu dan kurang percaya diri. Pada pertemuan yang kedua yaitu hari Sabtu tanggal 8
Oktober 2016,
aktivitas siswa
tidak jauh
berbeda dibandingkan pertemuan sebelumnya. Meskipun demikian,
94
sudah terdapat peningkatan meskipun belum maksimal. Hal ini terlihat dari kegiatan awal hingga akhir pembelajaran.
Saat kegiatan pertama pembagian kelompok, tinggal dua siswa berinisial MLSF dan SNF yang tidak mengikuti
pembagian kelompok. Kedua siswa tersebut masih asyik untuk mengganggu teman-temannya. Meskipun demikian mereka
tetap mendapatkan kelompok. Pada pertemuan kedua, pembagian kancing bicara
sudah lebih kondusif. Siswa mau menunggu dan tidak banyak bertanya ketika guru membagikan kancing bicara sehingga
keadaan kelas lebih tenang dibandingkan pertemuan sebelumnya.
Ketika kegiatan diskusi berlangsung, siswa juga sudah dapat menggunakan hak yang dimilikinya dengan baik. Siswa
menggunakan kancing
bicara sebagaimana
mestinya. Sehingga pemerataan kesempatan untuk mengemukakan
pendapat sudah terlihat sangat baik pada pertemuan kedua siklus pertama. Meskipun demikian, beberapa siswa belum
dapat teramati kemampuan bicaranya pada beberapa aspek, seperti kejelasan lafal, intonasi, dan kelancaran karena
suaranya masih lambat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siklus
pertama, keterampilan berbicara siswa telah mengalami
95
peningkatan jika dibandingkan dengan keterampilan berbicara siswa pada pra siklus. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari
semua aspek yang meliputi kejelasan lafal, intonasi, pemilihan kata, kosakata, sikap, kelancaran, dan keberanian.
Pada aspek kejelasan lafal teramati 13 siswa termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut karena siswa telah berbicara
dengan pelafalan yang jelas dan mudah dipahami, meskipun masih terdapat beberapa ucapan yang menggunakan bahasa
tidak baku. Sementara itu terdapat 17 siswa termasuk dalam katetegori cukup. Hal ini karena masih terdapat pelafalan yang
tidak jelas. Pada aspek intonasi teramati 17 orang siswa termasuk
kategori baik. Siswa telah menggunakan intonasi dengan jelas, namun masih terdapat beberapa penggunaan yang kurang
sesuai sehingga mengurangi makna. Sementara itu 13 orang siswa lainnya termasuk kategori cukup karena isi pembicaraan
masih sulit dipahami sebagai akibat dari penggunaan intonasi yang kurang sesuai.
Selanjutnya pada aspek pemilihan kata teramati empat siswa, yaitu dengan inisial ADPBN, BJA, MC, dan PFP telah
menggunakan pemilihan kata yang tepat dalam setiap pembicaraan. Sementara itu dua puluh enam siswa lainnya
termasuk kategori baik karena dalam pemilihan kata sudah
96
banyak yang tepat meskipun masih ada beberapa pemilihan kata yang kurang tepat.
Pada aspek kosakata teramati enam siswa dengan inisial ADPBN, AFH, BJA, DAK, FKNP, dan MFZI termasuk
kategori sangat baik. Penilaian ini ditunjukkan dengan siswa menggunakan
kosakata yang
luas, beragam,
dan pengucapannya jelas saat mengemukakan pendapat. Sebanyak
dua puluh empat siswa lainnya termasuk kategori baik karena kosakata yang digunakan sudah cukup beragam dan
pengucapannya jelas. Pada aspek sikap, teramati delapan siswa dapat
dikatakan sangat baik. Penilaian tersebut didapatkan karena saat berbicara siswa menunjukkan sikap yang tenang dan tidak
kaku. Sementara dua puluh dua siswa lainnya saat berbicara kadang masih membuang pandangan dari audience untuk
menghilangkan rasa grogi. Pada aspek keberanian sudah terdapat dua puluh dua
siswa yang mendapatkan predikat baik. Penilaian tersebut didapatkan karena siswa sudah berani menyampaikan
pendapat di hadapan teman-teman dan guru tanpa ada keraguan. Sementara itu terdapat tujuh orang siswa yang
termasuk dalam kategori cukup karena masih harus didampingi guru ketika menyampaikan pendapat maupun
97
presentasi di depan kelas. Meskipun demikian masih terdapat satu siswa yang mendapat predikat kurang karena saat
menyampaikan pendapat maupun presentasi masih perlu dipaksan agar dapat bersuara lantang.
Pada aspek kelancaran, sebanyak dua puluh enam siswa telah mendapatkan predikat baik dengan kriterian sudah lancar
namun kurang stabil. Sementara empat siswa dengan inisian. ANA, AAAS, DRFN, dan SFA mendapat predikat cukup
karena dalam berbicara kadang masih terlihat ragu dan lambat. Meskipun
masih terdapat
kekurangan, namun
hasil pengamatan pada siklus satu telah menunjukkan adanya
peningkatan sebagaimana hasil yang sudah diperlihatkan pada tabel hasil tes kemmapuan berbicara siswa pada siklus I.
d. Refleksi
Peneliti bersama guru melakukan refleksi terhadap prosedur, proses pembelajaran yang telah dilakukan, serta hasil
tindakan. Peneliti dan guru melakukan observasi terhadap
tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer kemudian dikumpulkan dan dianalisis
sehingga diperoleh hasil kegiatan refleksi yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Refleksi juga
98
berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang digunakan telah sesuai dengan perencanaan atau belum. Kegiatan
refleksi ini juga merupakan tindak lanjut agar kegiatan selanjutnya terlaksana secara lebih maksimal.
Berdasarkan hasil
observasi, siswa
masih belum
sepenuhnya melakukan apa yang ada dalam langkah-langkah pembelajaran. Siswa masih tampak ragu dalam mengemukakan
pendapat meskipun
sudah memiliki
kewajiban untuk
menghabiskan kancing bicara yang dimilikinya. Kekompakan siswa dalam kelompok juga belum tampak. Dalam kegiatan
diskusi, siswa masih kurang menunjukkan sikap menghargai pendapat teman, hal ini dapat dilihat ketika siswa memotong
pembicaraan teman sekelompoknya yang sedang mengemukakan pendapat.
Selain itu, dari hasil tes keterampilan berbicara yang dilakukan melalui unjuk kerja berupa presentasi lisan di depan
kelas, mengenai pengucapan belum semua siswa mampu mengucapkan dengan jelas dan lantang, serta masih ada yang
menggunakan bahasa yang tidak baku. Masih terdapat intonasi yang kurang tepat dalam pembicaraan, sehingga isi pembicaraan
sulit untuk dipahami. Dalam hal pemilihan kata, siswa dapat memilih kata yang tepat, meskipun masih terdapat beberapa yang
belum dapat melakukan pemilihan kata dengan tepat. Penggunaan
99
kosakata dalam pembicaraan telah beragam dan tepat dalam penggunaannya. Dalam mengemukakan pendapat dalam diskusi
kelompok siswa mampu menunjukkan sikap tenang. Namun, dalam menyampaikan pendapat di depan kelas, siswa masih
memerlukan pendampingan dari guru agar dapat meminimalisir rasa gugup dalam diri mereka.
Guru kurang mempersiapkan diskusi dengan baik, terlihat dari siswa yang masih bingung dengan langkah-langkah yang harus
dilakukannya dalam menggunakan kancing bicara. Guru belum mengamati jalannya diskusi pada tiap kelompok, melainkan hanya
memberikan arahan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar
dengan tekun, sehingga saat pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang ramai sendiri.
Kendala-kendala tersebut perlu segera diatasi. Peneliti harus cermat dalam menentukan solusi untuk kendala-kendala
tersebut sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru yang akan semakin menghambat. Penentuan solusi yang tepat akan
berpengaruh pada terlaksananya proses peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing. Berdasarkan hasil tes keterampilan berbicara melalui unjuk
kerja, siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes
100
pra siklus. Data awal sebelum adanya tindakan diperoleh hasil dengan ketuntasan sebesar 30, sedangkan pada siklus I diperoleh
ketuntasan sebesar 67. Namun, peningkatan tersebut belum dinilai baik karena dalam telah ditetapkan kriteria keberhasilan
75 dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan minimal lebih dari atau sama dengan
70 belum tercapai. Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakar untuk mengadakan perbaikan pada siklus II agar mencapai kriteria.
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil tes yang diperoleh, serta refleksi yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan dirasa
belum maksimal. Untuk itu disusunlah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Adapaun perbaikan yang akan
dilakukan pada siklus II antara lain: 1
Siswa menerima penjelasan secara runtut mengenai langkah- langkah yang harus dilakukan selama pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat berjalan lebih baik. 2
Siswa yang pasif diminta untuk mengemukakan pendapat dengan cara ditunjuk secara acak oleh guru.
3 Setiap kelompok memiliki tugas meningkatkan kekompakan
kelompok dan menghargai pendapat teman satu kelompok.
101
3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II