Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya UU Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003. Pendidikan erat kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan proses belajarnya secara mudah, lancar dan termotivasi Syah, 2003:68. Keberhasilan belajar siswa tentunya tidak terlepas dari peran guru. Pemilihan metode, strategi dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan, materi pembelajaran, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, situasi kelas, dan sumber-sumber belajar yang ada sangatlah penting bagi guru untuk keberhasilan pengajaran dan belajar siswa Syah, 2003:69. Dalam pembelajaran matematika hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan supaya siswa lebih mudah memahami serta tertarik dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran matematika pada bulan Oktober – Desember 2016 di kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta, guru telah memotivasi siswa untuk aktif belajar dengan menerapkan metode pembelajaran tanya jawab, ceramah, dan sesekali menggunakan metode belajar kelompok. Dari hasil pengamatan peneliti, guru belum menggunakan media pembelajaran pendukung dalam mengajar. Dalam mengikuti pembelajaran matematika, siswa hendaknya memiliki minat, motivasi, dan kepercayan diri yang tinggi. Akan tetapi, pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebesar 50 siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran karena takut dan malu untuk mengemukakan pendapat serta kesulitan belajarnya. Siswa mengaku merasa takut, sulit memahami materi yang diajarkan, dan merasa bosan dengan pembelajaran yang kurang menarik. Siswa juga menunjukkan sikap kurang berkonsentrasi, tidak bersemangat, mengantuk bahkan ada siswa yang tertidur, bermain sendiri, sering bergurau dengan temannya ketika mengikuti pembelajaran matematika karena KBM dilaksanakan pada jam terakhir. Akibatnya, lebih dari 65 siswa belum mengoptimalkan kesempatan belajar secara individu maupun secara kelompok di kelas. Di dalam kegiatan pembelajaran, aspek yang dinilai pada siswa tidak hanya mengenai sikap saja, tetapi juga mengenai prestasi belajar siswa. Pada kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan dengan karakterisktik siswa yang beragam. Akan tetapi pada kenyataannya ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun tidak sedikit siswa mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan dengan adanya hambatan yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa seperti yang terjadi di kelas X-6. Berdasarkan nilai ulangan pertidaksamaan linear, sebesar 80 siswa belum mencapai nilai ketuntasan, demikian juga pada nilai ulangan logika sebesar 68,5 siswa belum mencapai nilai KKM. Di sisi lain, sebesar 85 siswa kelas X-6 berasal dari berbagai SMP dan daerah dengan latar belakang kemampuan, pengetahuan, motivasi, dan latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Hal ini menyebabkan 60 siswa kelas X-6 belum sepenuhnya saling memahami sikap, karakter, dan kebiasaan teman barunya secara mendalam. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan, pengetahuan, prestasi keaktifan dan minat belajar siswa perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat. Penyampaian berbagai konsep dalam pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertukar pendapat, bekerjasama dengan teman, berinteraksi dengan guru dan merespon pemikiran siswa lain, sehingga siswa seperti menggunakan dan mengingat konsep tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Cooperative learning menurut Slavin 2005: 4-8 merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda yang diharapkan dapat saling bekerja sama, berdiskusi, membantu satu sama lain dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan dalam mempelajari materi pelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari berbagai macam model pembelajaran kooperatif yang ada, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization TAI cocok diterapkan pada siswa kelas X-6 yang memiliki latar belakang masalah yang telah diuraikan. Pada umumnya model tersebut digunakan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir dan menyelesaikan suatu permasalahan pada siswa secara individu maupun secara kelompok dan dapat melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar Slavin, 2005. Model pembelajaran TAI dipilih untuk diterapkan pada pembelajaran matematika siswa kelas X-6 SMA Kolese De Britto agar siswa dapat mengoptimalkan kesempatan belajar secara individu maupun secara kelompok di kelas, memperdalam pemahaman materi yang diberikan guru, lebih aktif menyampaikan gagasan dan keahlian sampai benar-benar memahaminya secara individual, membuat siswa menjadi tidak bosan mengikuti pembelajaran matematika, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya serta dapat meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization TAI ditinjau dari prestasi dan minat belajar matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri siswa kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI POKOK ALJABAR DITINJAU DARI KREATIFITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 4 71

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa K

0 1 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN SRAGEN

3 5 101

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA ( SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGADIROJO PACITAN.

0 0 9

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari prestasi dan minat belajar matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri siswa kelas X 6

0 16 390

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dilihat dari minat dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan persamaan garis lurus kelas VIII

0 1 220

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) - PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI EFIKASI DIRI SISWA KELAS VII SMP NEG

0 0 19