Sistem Pemasaran di Perusahaan

13 wadah bagi koperasi-koperasi persusuan yang ada di Indonesia baik secara politik maupun secara ekonomi. Baga et all, 2009 menyatakan pembangunan peternakan dan pengembangan komoditas persusuan di Indonesia menggunakan pola pengembangan koperasi mandiri. Koperasi secara konseptual diharapkan menjadi wadah perjuangan para peternak sapi perah untuk memperkuat posisi tawar mereka dan menentukan harga jual produk susu dengan cara penjualan bersama, menyalurkan input-input produksi dengan jalan pembelian bersama dan memberikan perlakuan tertentu pada komoditas produksi susu anggota agar tidak cepat rusak dan terkontaminasi. Koperasi dikonsepkan untuk menjadi instansi yang membela kepentingan anggota-anggotanya. Koperasi sapi perah berbeda dengan koperasi biasa karena koperasi sapi perah beranggotakan peternak sapi perah yang menjadi anggota sekaligus pengusaha dimana usahanya itu menunjang kehidupan koperasi. Menurut Baga et all, 2009 ada dua bentuk koperasi sapi perah yaitu koperasi sapi perah monofikasi dan koperasi sapi perah diversivikasi. Koperasi sapi perah monofikasi adalah koperasi sapi perah yang hanya fokus pada usaha sapi perah. Sedangkan koperasi sapi perah diversifikasi adalah kopersai sapi perah yang memiliki berbagai usaha. Koperasi sapi perah di Indonesia umumnya bersifat diversifikasi termasuk KPS Bogor.

2.3. Sistem Pemasaran di Perusahaan

Pemasaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-usaha pemasaran dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda. Pemasaran merupakan suatu proses akhir dalam suatu bisnis. Untuk melakukan proses pemasaran yang tepat diperlukan suatu strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan. Promosi dinilai sebagai salah satu hal yang tepat dilakukan oleh perusahaan untuk lebih memasarkan produknya. Karena dengan promosi konsumen dapat lebih mengenal produk yang ditawarkan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Risman 2009 menyimpulkan bahwa melakukan promosi secara cepat dan gencar adalah suatu cara yang paling tepat 14 dilakukan untuk memperluas pangsa pasar. Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yoseph Ardi 2003, Analisis Bauran Pemasaran Teh Pada CV. Teh Cibinong Jawa Barat. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa perusahaan harus melakukan promosi yang tepat dalam memperluas pemasaran produknya. Pentingnya proses promosi dalam usaha pemperluas pemasaran produk perusahaan juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Susanti 2006, yang menganalisis strategi perusahaan untuk meningkatkan pemasaran lokal produk teh hitam. Hasil penelitian menunjukan dengan memperluas pangsa pasar dengan melakukan penetrasi, yaitu dengan memperluas pangsa pasar melalui promosi di dalam negeri dapat menjadi pilihan yang tepat untuk memperluas pemasaran produk. Penelitian terdahulu banyak menghasilkan alternatif prioritas yang sama yaitu menggunakan promosi sebagai alternatif yang tepat dijalankan. Jika dikaji ulang pada penelitian terdahulu banyak faktor internal dan eksternal yang digunakan masih bersifat umum sehingga didapat hasil yang sama. Selain menggunakan promosi dalam proses pemasaran produknya agar produk lebih dikenal dimasyarakat. Perusahaan biasanya melakukan sistem pemasaran yang biasa disebut job order. Job order adalah sebuah kontrak kerjasama antara perusahaan. Job order biasanya dilakukan oleh perusahan manufaktur dalam proses penjualannya produknya. Hal ini dilakukan untuk menjamin continuitas produksi dan meminimalisir produk yang tidak laku terjual. Tetapi penerapan sistem kontrak dalam penjualan juga memberikan sisi negatif karena dengan diberlakukannya sistem kontrak perusahaan kehilangan keleluasaan dalam berproduksi. Pada sistem kontrak keputusan produksi sangat tergantung pada jumlah pesanan yang belum tentu sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kendati sistem kontrak dalam memasarkan produk cenderung merugikan tetapi, sistem kontrak tetap dipilih oleh kebanyakan perusahaan manufaktur di Indonesia karena umumnya perusahaan belum menguasai pasar. Seperti penelitian yang dilakukan Risman 2009, meneliti Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt 15 pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, dan penelitian yang dilakukan Susanti 2006, menganalisis strategi perusahaan untuk meningkatkan pemasaran local produk teh hitam. yang menyatakan perusahaan pada umumnya melakukan sistem kontrak dalam memasarkan produk dengan tujuan untuk menjamin kontinuitas penjualan. Tetapi disisi lain sistem kontrak dinilai merugiakan karena proses produksi yang dilakukan tidak maksimal dan cenderung bersifat pasif karena hanya menunggu pemesana. Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Ricky Tagor 2004, meneliti tentang Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi Pada Firma Surya Dairy Farm, Jakarta, menyatakan bahwa dengan adanya kontrak penjualan perusahaan berprodusi dibawah kapasitas yang dimiliki karena jumlah produksi ditentukan oleh pemesanan dalam kontrak. Dengan sistem kontrak dalam memasarkan produknya diduga KPS Bogor juga mengalami kerugian seperti yang dialami oleh perusahaan pada penelitian terdahulu. Penelitian ini juga akan meneliti tentang seberapa besar sisi negatif yang dialami KPS Bogor karena adanya sistem kontrak. Dan alternatif apa yang akan dilakukan oleh KPS Bogor untuk meminimalisir kerugian akibat adanya kontrak tersebut.

2.4. Penelitian Menggunakan Analisis QSPM