Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan relasi dan fungsi di kelas VIII semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013

(1)

PENERAPA TIPETWO S

RELASI D SMP NE YOG Diaju M P PROGR JURUSAN MA FAKULTA U i

PAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPER

WO STAY TWO STRAY PADA POKOK BAHA

I DAN FUNGSI DI KELAS VIII SEMESTE NEGERI 1 BOTODAYAAN GUNUNGKIDU GYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

Skripsi

iajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Novi Kristinarini

081414102

RAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIK ATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA TAS KEGURUAN DAAN ILMU PENDIDIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 ERATIF HASAN TER 1 DUL 2013 at TIKA UAN ALAM IDIKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

“Seperti pel Di balik duka ku

Skripsi ini aku perse Tuhan Yesus Kr sejahtera dalam Bapak dan Ibuk semangat

Antonius Aris menemaniku saa Esti Windarti, Yo

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

pelangi sehabis hujan, itulah janji setiaMu T ka ku, telah menanti harta yang tak ternilai d

rsembahkan kepada:

s Kristus yang selalu memberiku kasih karu m hidupku

uk terkasih yang selalu memberikan doa,

is Wibowo yang selalu mengisi ha saat mengerjakan skripsi ini

Yohana Yunita dan Rosalia Wahyu. You ar u Tuhan.

i dan abadi”

runia dan damai

a, dukungan dan

hari-hariku dan


(5)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

(7)

vii ABSTRAK

NOVI KRISTINARINI. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas Viii Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013 . Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan relasi dan fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray, serta untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penelitian ini termasuk penelitian pra eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September–18 Oktober 2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 34 orang.

Penelitian ini dilakukan selama 4 kali pertemuan yang kegiatan pembelajarannya mengacu pada komponen utama model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray, yaitu diskusi kelompok, diskusi antar kelompok dan diskusi kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes, lembar kerja siswa, lembar pengamatan keaktifan siswa, angket dan lembar wawancara. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa, data keaktifan siswa dan data respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes materi prasyarat, tes prestasi belajar dan nilai kelompok yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria prestasi. Data keaktifan siswa diperoleh melalui hasil pengamatan di setiap pertemuan dengan menggunakan pedoman lembar observasi yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria keaktifan. Data respon guru diperoleh melalui wawancara dan data respon siswa diperoleh melalui angket yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar yang diperoleh siswa tergolong sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tes prestasi belajar 79,71; nilai rata-rata masing-masing kelompok 87,5% tergolong sangat baik; 91,18% siswa lulus KKM. (2) Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pada pertemuan I tergolong sangat rendah dengan skor rata-rata 13,76; pada II tergolong rendah dengan skor rata-rata 20,7; sedangkan pada pertemuan III tergolong cukup dengan skor rata-rata 32,38 dan pada pertemuan IV tergolong tinggi dengan skor rata-rata 41,88. (3) Respon siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif TSTS tergolong sangat positif. Respon siswa dapat dilihat dari hasil analisis angket 91,18% siswa memenuhi kriteria Sangat Positif. Sedangkan respon guru dapat diketahui dari hasil wawancara yang menunjukkan respon guru tergolong sangat positif.

Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif,Two Stay Two Stray (TSTS), Relasi Fungsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(8)

viii ABSTRACT

NOVI KRISTINARINI. 2013. The Implementation of Two Stay Two Stray Type within Cooperative Learning Model on the Topic of Relations and Function to Eight Grade Students of SMP N 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta in the First Semester for Academic Year 2012/ 2013. Thesis. Mathematics, Education, Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research is a pre-experimental research which aimed to find out the students study results and students activity degree in Mathematics learning process on topic relations and function by applying Two Stay Two Stray type within cooperative learning model. Besides that, this research aimed to find out both the students and teacher’s response to the Mathematic learning process by Two Stay Two Straytype within cooperative learning. The research was conducted from September 8, 2012 to October 18, 2012. The subjects of the research were eight grade students of SMP N 1 Botodayaan in the first semester for academic year 2012- 2013.

The research was conducted in four meetings. The steps conducted in each meeting referred to the main components of Two Stay Two Stray type within cooperative learning model. They were group discussion, intergroup discussion, and class discussion. The research instruments included were lesson plan, test sheets, student work sheets, observation sheets, questionnaire, and interview guideline. The data of students study results, students activity degree, students response, and teachers response were required in this research. The data of students study results was obtained from prerequisite material test, achievement test, and groups value. The data was then analyzed based on achievement criteria. Meanwhile, the data of students activity degree was obtained through observation in every meeting. The data was then analyzed based on activity criteria. Furthermore, the data of students response was obtained from questionnaire and the data of teacher response was obtained from interview. After that, the data was then analyzed based on response criteria.

The research showed that: (1) The student’s study results rated very well. This was showed by the average of achievement test value was 76.67, and 91.18% of students passed KKM. Other than that, the average value of each group was rated very well. It was 87.5%. (2) The student’s activity degree at the first meet was rated very low. This was shown by the average score of student’s activity result. It was 13.76. Then at the second meet, the student’s activity degree was ratedlow. The average score of the student’s activity result was 20.71. Also, at the third meet, the student’s activity degree was rated at a good percentage. It was 32.38. Finally, at the fourth meeting, the score was rated high. It was 41.88. (3) Both the students and the teachers responsed positvely about Mathematic learning process by Two Stay Two Stray type within cooperative learning. The students response could show by data analysis result of questionnaire. It was 91.18% of students was rated very positive. Meanwhile, the teachers response could show by interview result. It was rated very positive.


(9)

ix

Key word: Cooperative learning model, Two Stay Two Stray (TSTS), Relations, Function

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

2. Ibu Veronica Fitri Rianasari, S.Pd, M.Sc selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya senantiasa memberi bimbingan dan arahan yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen penguji yang telah memberikan saran bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan saran bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

5. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memperlancar studi penulis di Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Dayar, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika di SMP N 1 Botodayaan yang telah memberikan kesempatan, kerjasama, dan dukungan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian, serta segenap guru, karyawan dan


(11)

xi

siswa SMP N 1 Botodayaan yang juga ikut berpartisipasi dalam penelitian yang diselenggarakan oleh peneliti.

7. Bapakku Hardi Sutrisna, ibuku Saminah, kakakku Eni Kristanti dan Matheus Kristiyanto, dan adikku Andreas Janu Wibowo, terimakasih atas kasih sayang, doa, semangat dan dukungannya.

8. Antonius Aris wibowo, terimakasih atas doa, semangat dan dukungannya. 9. Esti Windarti, Yohana Yunita, Rosalia Wahyu, trimakasih atas semangat dan

kebersamaan kita selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan doanya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, terutama dunia pendidikan. Penulis bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... vi

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ………. viii

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xvii

DAFTAR GAMBAR ………. xx

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xxiii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 3

C. Tujuan Penelitian ………. 4

D. Batasan Masalah ……….. 5

E. Batasan Istilah ………. 6


(13)

xiii

G. Sistematika Penulisan ……….. 9

BAB II LANDASAN TEORI ………. 11

A. Pembelajaran Matematika ……… 11

1. Belajar ……… 11

2. Pembelajaran ………. 14

3. Matematika ……… 16

4. Pembelajaran Matematika ………. 18

B. Hasil Belajar ……… 19

C. Keaktifan ………. 19

D. Model Pembelajaran Kooperatif ……….. 21

E. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay Two Stray(TSTS).. 32

F. Relasi dan Fungsi ………. 37

1. Relasi ………. 37

2. Fungsi/ Pemetaan ……...……… 41

G. Kerangka Berpikir ……… 44

BAB III METODE PENELITIAN ………. 47

A. Jenis Penelitian ……….... 47

B. Subjek dan Objek Penelitian ………. 48

C. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 49

D. Variabel Penelitian ……….. 49

E. Instrumen Penelitian ……… 49

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 49

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) ……… 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xiv

3. Lembar pengamatan/ observasi ………. 53

4. Tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar ……… 54

5. Lembar pengamatan keaktifan siswa ………. 54

6. Lembar angket siswa ………. 56

7. Lembar wawancara guru ……… 57

F. Bentuk Data ………. 57

1. Data hasil belajar siswa ………. 57

2. Data keaktifan siswa ……….. 58

3. Data respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatifTwo Stay Two Stray(TSTS) ………. 58

G. Uji Hipotesis ……… 58

H. Rancangan Penelitian ……….. 59

I. Metode Pengumpulan Data ……….. 60

1. Observasi/ pengamatan ……….. 60

2. Hasil belajar siswa ………. 61

3. Wawancara ……… 63

4. Angket ……… 64

5. Dokumentasi……… 65

J. Teknik Analisis Data ……….. 65

1. Validitas dan reliabilitas butir soal ………. 65

2. Teknik analisis hasil belajar siswa ……….. 67

3. Teknik analisis keaktifan siswa ……….. 73


(15)

xv

BAB IV PELAKSANAAN DAN DESKRIPSI DATA ……….. 76

A. Pelaksanaan Penelitian ……… 76

1. Sebelum Penelitian ……… 76

2. Selama penelitian ……….. 78

3. Setelah penelitian ………... 108

B. Deskrispsi Data ……… 109

1. Data hasil uji coba tes materi prasyarat ……… ….. 109

2. Data hasil uji coba tes prestasi belajar ……… 111

3. Data hasil belajar siswa ……….. 112

4. Data keaktifan siswa ……….. 116

5. Data nilai ulangan relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya …….. 121

6. Data respon guru dan siswa ……… 122

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 127

A. Analisis Data ………... 127

1. Uji Hipotesis ……….. 127

2. Analisis validitas dan reliabilitas butir soal uji coba tes materi prasyarat ………..…. 128

3. Analisis validitas dan reliabilitas butir soal uji coba tes prestasi belajar ……….……. 130

4. Analisis hasil belajar siswa ………. 134

5. Analisis data keaktifan siswa ………. 140

6. Analisis nilai tes relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya ……… 143

7. Analisis respon siswa dan guru ……….. 144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xvi

B. Pembahasan ………. 147

C. Kelemahan Penelitian ……….. 150

BAB VI PENUTUP ……… 151

A. Kesimpulan ……….. 151

B. Saran ……… 152

DAFTAR PUSTAKA ………. 154


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan

beberapa model pembelajaran kooperatif lain ……… 35

Tabel 3.1 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada tiap-tiap pertemuan……… 51

Tabel 3.2 Klasifikasi reliabilitas soal (harga r)……… 67

Tabel 3.3 Sistem penilaian tes materi prasyarat……… 67

Tabel 3.4 Kriteria penilaian hasil tes awal………... 68

Tabel 3.5 Sistem penilaian tes prestasi belajar ……… 69

Tabel 3.6 Kriteria penilaian hasil tes prestasi belajar………..………... 71

Tabel 3.7 Kriteria penilaian kelompok……… 72

Tabel 3.8 Kriteria keaktifan siswa………... 74

Tabel 3.9 Kriteria respon siswa……… 75

Tabel 4.1 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan I……… 84

Tabel 4.2 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan II ……….. 90

Tabel 4.3 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan III………. 97

Tabel 4.4 Skor uji coba tes materi prasyarat……….. 110

Tabel 4.5 Skor uji coba tes prestasi belajar………. 111

Tabel 4.6 Nilai tes materi prasyarat……… 112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xviii

Tabel 4.7 Nilai tes prestasi belajar ……… 113

Tabel 4.8 Nilai kelompok pada pertemuan I……… 115

Tabel 4.9 Nilai kelompok pada pertemuan II……… 115

Tabel 4.10 Nilai kelompok pada pertemuan III………. 116

Tabel 4.11 Nilai kelompok pada pertemuan IV……….. 116

Tabel 4.12 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan I.. 117

Tabel 4.13 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan II. 118 Tabel 4.14 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan III ……… 119

Tabel 4.15 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan IV……….. 120

Tabel 4.16 Nilai ulangan relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya…...……... 121

Tabel 4.17 Hasil angket respon siswa ………..… 122

Tabel 5.1 Validitas butir soal uji coba tes materi prasyarat ………... 128

Tabel 5.2 Validitas butir soal uji coba tes prestasi belajar……….. 131

Tabel 5.3 Kriteria hasil nilai tes materi prasyarat……….. 135

Tabel 5.4 Kriteria hasil nilai tes prestasi belajar………. 136

Tabel 5.5 Persentase kelulusan yang dicapai siswa pada tes prestasi belajar ………. 136

Tabel 5.6 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan I………... 137

Tabel 5.7 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan II………. 137

Tabel 5.8 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan III……… 138


(19)

xix

Tabel 5.10 Nilai rata-rata kelompok ……….……… 139 Tabel 5.11 Kriteria hasil nilai rata-rata kelompok………. 140 Tabel 5.12 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan I ………… 140 Tabel 5.13 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan II…………. 141 Tabel 5.14 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan III………… 141 Tabel 5.15 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan IV………… 142 Tabel 5.16 Skor rata-rata keaktifan siswa pada tiap-tiap pertemuan………. 142 Tabel 5.17 Kriteria hasil nilai tes tahun ajaran sebelumnya……….. 143 Tabel 5.18 Persentase kelulusan yang dicapai siswa pada tahun ajaran

sebelumnya……….. 144

Tabel 5.19 Kriteria respon siswa terhadap masing-masing pernyataan

dalam angket……… 144

Tabel 5.19 Kriteria hasil angket respon siswa ……….. 145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

xx DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh relasi dari himpunan A ke himpunan B………….... 38 Gambar 2.2 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan

diagram panah……… 39

Gambar 2.3 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan diagram kartesius……… 40 Gambar 2.4 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke

himpunan B dengan diagram panah……….. 42 Gambar 2.5 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke

himpunan B dengan diagram kartesius ………. 43 Gambar 4.1 Siswa sedang mencatat materi yang diajarkan guru……….. 77 Gambar 4.2 Aktivitas siswa di dalam kelas ……….. 78 Gambar 4.3 Siswa-siswa sedang menyusun meja dan kursi………. 82 Gambar 4.4 Peneliti sedang membagikancall carddi kelompok B……. 83 Gambar 4.5 Peneliti sedang menjawab pertanyaan dari kelompok E…… 83 Gambar 4.6 Siswa sedang mencatat hasil kunjungannya……….. 84 Gambar 4.7 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan I……… 86

Gambar 4.8 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan I……… 86

Gambar 4.9 Kelompok A sedang mempresentasikan hasil diskusi……… 88 Gambar 4.10 Siswa sedang mengenakancall card………. 90


(21)

xxi

Gambar 4.11 Kelompok B sedang memecahkan masalah bersama-sama… 91 Gambar 4.12 Beberapa siswa melakukan hal yang tidak semestinya saat

bertamu……….. 92

Gambar 4.13 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan II ……….. 92

Gambar 4.14 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan II ……….. 93

Gambar 4.15 Kelompok F sedang melakukan presentasi……… 95 Gambar 4.16 Siswa sudah duduk berkelompok saat peneliti memasuki

kelas………... 96

Gambar 4.17 Peneliti sedang menjawab pertanyaan dari kelompok H…… 97 Gambar 4.18 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan III………. 98

Gambar 4.19 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan III………. 99

Gambar 4.20 Siswa sedang menyalin hasil diskusi kelompok lain………. 100 Gambar 4.21 Kelompok D sedang melakukan presentasi………... 101 Gambar 4.22 Beberapa anggota kelompok A belum berpartisipasi penuh

dalam diskusi kelompok……… 103 Gambar 4.23 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan IV………. 103

Gambar 4.24 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan IV………. 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

xxii

Gambar 4.25 Siswa sedang mendengarkan penjelasan dari kelompok lain.. 105 Gambar 4.26 Suasana kelas saat pembelajaran usai……… 106


(23)

xxiii DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ……….. 156

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 1………... 157 A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 2……… 162 A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 3………... 168

LAMPIRAN B ……….. 172

B.1 Soal dan lembar jawab tes awal ………..…………... 173 B.2 Soal dan lembar jawab tes akhir ………..……….. 175

LAMPIRAN C ……….. 178

C.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.1……… 179 C.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.2……… 183 C.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.3……… 187 C.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.4……… 190 C.5 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.5……… 194 C.6 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.6……… 198 C.7 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.7……… 201 C.8 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.8……… 205 C.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.1……….. 208 C.10 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.2……….. 211 C.11 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.3………. 215 C.12 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.4………. 219 C.13 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.5……….. 222

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

xxiv

C.14 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.6………. 225 C.15 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.7………. 228 C.16 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.8………. 232 C.17 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.1……… 235 C.18 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.2……… 239 C.19 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.3……… 243 C.20 Lembar Kerja Siswa (LKS) IV.1……… 247 C.21 Lembar Kerja Siswa (LKS) IV.2 ………... 252 C.22 Lembar aktivitas bertamu………... 257

LAMPIRAN D ……….. 261

D.1 Pedoman Wawancara………. 262

D.2 Angket ……… 263

LAMPIRAN E ……….. 265

E.1 Lembar observasi kelompok ……….. 266 E.2 Lembar observasi antar kelompok ………. 267 E.3 Lembar observasi kelas ……….. 268 E.4 Hasil observasi pertemuan I……… 269 E.5 Hasil observasi pertemuan II……….. 287 E.6 Hasil observasi pertemuan III………. 305 E.7 Hasil observasi pertemuan IV………. 323

LAMPIRAN F ……….. 341

F.1 Contoh pekerjaan tes awal siswa……… 342 F.2 Contoh pekerjaan tes akhir siswa……… 359


(25)

xxv

F.3 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa I……… 371 F.4 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa II ……….. 378 F.5 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa III………. 388 F.6 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa IV ……… 396

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat penting untuk dikuasai di setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu pelajaran matematika selalu ada disetiap kurikulum, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun di Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika dirasa penting bagi siswa karena matematika dapat menumbuh kembangkan pola berpikir logis, sistematis dan rasional.

Dalam kenyataanya, menurut pengakuan beberapa siswa pada saat penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), beberapa siswa tersebut beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit. Hal ini berakibat pelajaran matematika menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti dan bahkan dihindari. Penyajian pembelajaran yang monoton seringkali membuat siswa jenuh, bosan dan pasif. Dalam keadaan seperti inilah seorang guru harus melakukan refleksi apakah model pembelajaran atau pendekatan yang digunakan dalam mengajar sudah efektif dan tepat. Menurut Soemosasmito (1988; dalam Trianto, 2009), guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan persentase waktu akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Banyak kegiatan belajar mengajar yang


(27)

2

diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya (Sugiyanto, 2010).

Untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman, menyenangkan dan mengaktifkan siswa, guru perlu menggunakan teknik dan metode yang bervariasi. Proses belajar mengajar yang baik dan efektif adalah yang dapat menciptakan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau sering disebut dengan model Dua tinggal Dua Bertamu. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong prestasi, serta melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.

Salah satu kelebihan model pembelajaran kooperatif TSTS yaitu dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini digunakan dalam mata pelajaran matematika pada kelas VIII SMP dengan Pokok Bahasan Memahami Relasi dan Fungsi. Model ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya saja tetapi bisa juga bekerjasama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

3

Peneliti memilih materi relasi dan fungsi karena menurut informasi yang peneliti peroleh dari guru mata pelajaran matematika, siswa kelas VIII tahun ajaran lalu merasa kesulitan dengan materi tersebut. Sedangkan alasan peneliti memilih melakukan penelitian di SMP N 1 Botodayaan adalah karena lokasi sekolah berada di pedesaan dan belum pernah diadakan penelitian di sekolah tersebut. Selain itu, menurut informasi yang peneliti peroleh dari beberapa guru, pembelajaran di sekolah tersebut belum pernah menggunakan model pembelajaran lain, selain model pembelajaran ceramah.

Dengan latar belakang di atas, peneliti mengadakan penelitian yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013 ”

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hasil belajar siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013?

2. Bagaimana tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two


(29)

4

Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013?

3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII semester 1 SMP N 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013.

2. Mengetahui tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013.

3. Mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(30)

5 D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau sering disebut juga Dua Tinggal Dua Bertamu.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai tes tertulis berupa angka. Tes tertulis tersebut terdiri dari tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar. Sedangkan untuk nilai kelompok diperoleh dari nilai LKS. 3. Tingkat keaktifan

Tingkat keaktifan dalam penelitian ini ditentukan dengan skor keaktifan berdasarkan pengamatan peneliti. Peneliti menggunakan lembar pengamatan siswa.

4. Materi yang dibahas

Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah Relasi dan Fungsi dengan Kompentensi Dasar (KD) : Memahami Relasi dan Fungsi.

5. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013.


(31)

6 6. Respon guru dan siswa

Respon guru dan siswa merupakan pendapat pribadi guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Respon guru dapat diketahui melalui wawancara, sedangkan respon siswa dapat diketahui melalui pengisian angket.

E. Batasan Istilah

1. Model pembelajaran

Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. TSTS berasal dari bahasa inggris yang berarti ‘Dua Tinggal Dua Bertamu’. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

7 4. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Dalam penelitian ini tes diberikan pada awal dan akhir penyampaian materi.

5. Tingkat keaktifan

Tingkat kekatifan siswa dalam suatu kelompok dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok lain, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok sendiri, memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang, mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, mampu memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan menguasai berbagai model mengajar, khususnya pembelajaran kooperatif, sehingga siswa tidak


(33)

8

merasa bosan dengan pembelajaran ceramah yang sudah sering diterapkan oleh kebanyakan guru.

2. Bagi siswa

Sebagai sarana bagi siswa untuk makin berkembang dalam proses pembelajaran, tidak hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu, namun juga memanfaatkan proses diskusi dan bertukar pikiran sebagai sumber pengetahuan mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu melatih siswa untuk bertanggung jawab, bekerja sama dan menjalin keakraban dengan teman sekelasnya, serta dapat menumbuhkan keaktifan dalam diri siswa.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan sekolah untuk menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi untuk kemajuan belajar siswa.

4. Bagi penulis

Penulis dapat mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan memahami relasi dan fungsi, sehingga dapat menambah pengetahuan penulis tentang model-model pembelajaran yang bisa diterapkan saat mengajar.

5. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di perpustakaan, sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

9

ingin menambah wawasannya ataupun bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Tahun Ajaran 2012/ 2013 ini adalah sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, batasan istilah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II terdapat beberapa teori yang menjadi landasan dalam penulisan skripsi ini dan juga penelitiannya. Teori – teori tersebut meliputi pembelajaran matematika, hasil belajar, keaktifan, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS), serta materi Relasi dan Fungsi.

Bab III berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, bentuk data, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Selain itu, bab IV juga berisi hasil data yang diperoleh selama penelitian.


(35)

10

Bab V berisi analisis data yang diperoleh selama penelitian dan pembahasannya, serta beberapa kelemahan dari penelitian ini.

Bab VI merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Berikut akan dipaparkan landasan teori yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik (Ahmadi & Widodo, 1991).

Berikut ini adalah definisi-definisi belajar menurut para ahli. a. Menurut James O Whittaker (dalam Ahmadi, 1991)

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience

Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.


(37)

12

b. Menurut Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Educational Psychology” (dalam Ahmadi dan Widodo, 1991)

Belajar yang efektif adalah belajar melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya.

Learning is shown by change in behavior as a result of experience” c. Menurut Howard L. Kingsley (dalam Ahmadi dan Widodo, 1991)

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training

Angkowo dan Kosasih (2007) menuliskan dalam bukunya beberapa pengertian belajar sebagai berikut.

a. Menurut Skinner (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

b. Bell Gredler (1986:1; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan, ketrampilan dan sikap.

c. Menurut teori kognitivisme (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007), belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.

d. Kleden menegaskan bahwa belajar pada dasarnya berarti mempraktekkan sesuatu, sedangkan belajar tentang sesuatu berarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

13

mengetahui sesuatu (Andrias Harefa, 2000:24 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007)

e. Menurut Winkel (1996: 21; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru.

f. Hilgard dalam Nasution (2000: 35 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) mengatakan: “Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures”. Belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan. g. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses

mengkonstruksi arti, entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain (Paul Suparno, 2002:61 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007).

h. Winkel (1996: 36 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) membuat kesimpulan tentang belajar. Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap.

Dari teori-teori tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan fisiknya.


(39)

14 2. Pembelajaran

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004). Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut ialah:

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya (Surya, 2004). Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Surya, 2004): 1) Perubahan yang disadari

2) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan) 3) Perubahan yang bersifat fungsional

4) Perubahan yang bersifat positif 5) Perubahan yang bersifat aktif

6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap) 7) Perubahan yang bertujuan dan terarah

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Artinya bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif atau motorik (Surya, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

15

c. Pembelajaran merupakan suatu proses. Artinya pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan (Surya, 2004).

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Artinya pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan (Surya, 2004).

e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Hal ini berarti bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti (Surya, 2004).

Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2009).


(41)

16 3. Matematika

Dalam bukunya, Ruseffendi (1990) menguraikan tentang pengertian matematika yaitu sebagai berikut.

a. James dan James (1976 ; dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan dalam kamus matematikanya bahwa matematika itu adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak. Mereka juga mengatakan bahwa matematika itu biasanya dibagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

b. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya berjudul “Guidelines for Teaching Mathematic” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa: 1) Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian yang logik.

2) Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

3) Matematika adalah pengetahuan terstruktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

4) Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

17

5) Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

6) Matematika adalah ilmu deduktif.

c. Reys dkk (1984) dalam bukunya “Helping Children Learn Mathematics” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

d. Kline (1973) dalam bukunya “Why Johnny Can’t Add” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Y. Marpaung (1992) menuliskan dalam makalahnya bahwa matematika adalah suatu ilmu yang menuntut kemampuan problem solving yang kuat. Sifatnya yang aksiomatis selalu menantang manusia untuk berpikir strategis dengan menggunakan logika, khususnya prinsip-prinsip dan aturan-aturan logika matematika, sehingga dapat mengembangkan teori yang makin lama makin kompleks dari suatu himpunan aksioma yang sedikit banyaknya, bebas dan konsisten dengan menggunakan kesepakatan yang disebut definisi.

Soedjadi (1999) menyajikan beberapa definisi dan pengertian matematika dalam bukunya sebagai berikut.


(43)

18

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. 4. Pembelajaran matematika

Herman Hudojo (1988) menyatakan bahwa mempelajari konsep B yang mendasar kepada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dulu konsep A, tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu dapat memahami konsep B. Ini berarti mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasar kepada pengalaman belajar yang lalu. Lebih lanjut Herman Hudojo menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil bila proses belajar baik, yaitu melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Sedangkan Nurhadi (2004) mengatakan bahwa belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berarti belajar bernalar. Jadi belajar matematika berarti berhubungan dengan penalaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

19 B. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes.

Hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai tes berupa angka yang terdiri dari tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar. Tes materi prasyarat diberikan sebelum materi disampaikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan tes prestasi belajar diberikan setelah secara keseluruhan materi dalam penelitian ini telah disampaikan. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti pun juga meneliti hasil belajar psikomotoris yaitu keaktifan siswa.

C. Keaktifan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal di


(45)

20

mana siswa dapat aktif. Dalam penelitian ini, keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar siswa. Jadi yang dimaksud dengan keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan yang memungkinkan siswa aktif secara jasmani dan rohani dalam suatu pembelajaran.

Menurut Sriyono, dkk. (1992), keaktifan jasmani dan rohani tersebut meliputi:

1. Keaktifan indera

Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

2. Keaktifan akal

Akal anak-anak aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah. 3. Keaktifan ingatan

Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.

4. Keaktifan emosi

Anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007) adalah:

1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa). 3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

21

4. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari). 5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 7. Memberi umpan balik (feed back).

8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

Dalam penelitian ini tingkat keaktifan siswa ditentukan dengan skor keaktifan berdasarkan pengamatan peneliti dan observer. Peneliti dan observer menggunakan lembar pengamatan siswa.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Winataputra (2001, dalam Sugiyanto: 2010), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai


(47)

22

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Agus Suprijono, 2009).

Menurut Arends (dalam Agus Suprijono, 2009), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Merujuk pemikiran Joyce (dalam Agus Suprijono, 2009),

fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang hampir sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini, telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran. Guru atau pendidik harus bisa menyesuaikan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada proses belajar mengajar. Model yang dipilih diharapkan dapat mendukung pemahaman siswa, sehingga pemahaman mereka akan suatu materi pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

23

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010). Menurut Lie (2004, dalam Sugiyanto : 2010), elemen-elemen pembelajaran kooperatif yang terkait adalah saling ketergantungan posistif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009), pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Roger dan David Johnson (dalam Agus Suprijono,2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah (Agus Suprijono, 2009):


(49)

24

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

a. Saling membantu secara efektif dan efisien

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien d. Saling mengingatkan

e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

25 f. Saling percaya

g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

Untuk mengkoordinasi kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus:

a. Saling mengenal dan mempercayai

b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius c. Saling menerima dan saling mendukung

d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif 5. Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan, kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Adapun keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Sugiyanto, 2010).

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.


(51)

26

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik.

11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

Secara umum, model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe. Berikut ini merupakan beberapa macam tipe dari model pembelajaran kooperatif.

1. Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) menekankan pada diskusi kelompok, diskusi antar kelompok dan diskusi kelas. Langkah-langkah pembelajarannya adalah (Tukiran, 2011):

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

27

b. Siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok

c. Dua orang anggota kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mengetahui hasil diskusi kelompok lain, sedangkan sisanya tetap tinggal di dalam kelompok untuk menerima kunjungan dari kelompok lain

d. Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masing-masing untuk menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok

e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

2. Team Assisted Individualization (TAI)

Tipe pembelajaran TAI merupakan kolaborasi antara model pembelajaran individual dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen (Agus Suprijono, 2009), yaitu:

a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.

b. Placement test yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu.

c. Student creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.


(53)

28

d. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.

e. Team scores and team recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching group yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

g. Facts test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole class units yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

3. TGT (Team Game Tournament)

Kinerja siswa dalam pembelajaran dengan tipe ini tidak dinilai dengan kuis individual, tetapi dengan turnamen perbaikan akademik. Siswa mewakili timnya berlomba dengan anggota tim lain yang setara kinerja akademiknya berdasarkan hasil penelitian yang lalu. Siswa dari seluruh tingkat kinerja pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk menyumbang poin bagi timnya jika mereka berbuat yang terbaik. Ada 5 komponen utama dalam TGT (Huda, 2011), yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

29 a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

b. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang. c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

d. Turnamen

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban


(55)

30

reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader 1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, challenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

4. Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD menekankan pada tanggung jawab kelompok untuk meyakinkan bahwa anggotanya telah memahami 100% pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru secara klasikal pada waktu awal. Langkah-langkah yang dilakukan pada tipe pembelajaran kooperatif STAD antara lain (Huda, 2011):

a. Penyampaian materi

Pada awal pembelajaran STAD, guru menerangkan materi secara klasikal kepada seluruh siswa. Hal ini untuk menyamakan persepsi di antara siswa. Setelah penyampaian materi guru dapat memberikan soal pre tes kepada masing-masing siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

31 b. Membagi kelompok

Setelah penyampaian materi dilakukan, langkah selanjutnya adalah membagi kelompok. Kelompok yang dibentuk diusahakan heterogen dengan latar belakang sosial, prestasi serta kemampuan belajar yang berbeda dalam setiap kelompoknya.

c. Belajar kelompok

Setelah kelompok terbentuk maka selanjutnya setiap kelompok kembali membahas apa yang telah disampaikan oleh guru di awal kelas. Guru menekankan kepada siswa untuk tidak menghentikan diskusi di dalam kelompok sebelum para anggotanya yakin dapat mampu menjawab seluruh pertanyaan atau kuis yang nanti akan diajukan.

d. Kuis

Guru memberikan kuis secara individual kepada para siswa. Materi kuis merupakan materi yang telah disampaikan oleh guru pada awal pembelajaran. Dalam kuis ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Tujuan dari kuis ini antara lain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab serta kepedulian para siswa terhadap anggota kelompok yang lain. Siswa juga akan menyadari pentingnya kontribusi dari setiap anggota dalam kelompok dalam keberhasilan menyerap materi pelajaran.


(57)

32

Hasil dari kuis tersebut dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran kooperatif melalui model STAD. Hasil yang optimal adalah ketika suatu kelompok mendapatkan skor yang lebih baik daripada skor pre tes.

f. Penghargaan kelompok

Kelompok dengan kerjasama yang baik akan memiliki skor nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor sebelumnya. Penghargaan diberikan oleh guru kepada masing-masing siswa dalam kelempok tersebut untuk menunjukan bahwa pentingnya kerja sama di antara siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Masih banyak lagi macam-macam tipe yang lain, namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model yang sering disebut Dua Tinggal Dua Bertamu ini merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/ bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi (Anita Lie, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

33

Pembelajaran model Two Stay Two Stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok (Suyatno, 2009).

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut (Tukiran, 2011).

1. Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) maupun jenis kelamin. 3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas

dalam kelompok.

4. Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mengetahui hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain, dan sisa kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya.

5. Siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat.


(59)

34

6. Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan tanggapan atau pertanyaan.

7. Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar. 8. Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.

Seperti kita ketahui, setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (Susanti, 2009) adalah:

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna 3. Lebih berorientasi pada keaktifan

4. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini (Susanti, 2009) adalah:

1. Membutuhkan waktu yang lama.

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga). 4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan model pembelajaran kooperatif lain seperti Team Assited Individualizatiori (TAI), Team Games Tournament (TGT) dan Students Team Achievement Division (STAD) dapat dilihat dari berbagai sisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

35

Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan beberapa model pembelajaran kooperatif lain

TSTS TAI TGT STAD

Siswa ditempatkan dalam tim-tim belajar beranggotakan 4 siswa yang heterogen.

Siswa ditempatkan dalam tim-tim belajar beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen. Adanya penghargaan dari hasil penilaian.

Siswa ditempatkan dalam tim-tim belajar beranggotakan 4-5 siswa. Siswa melakukan permainan dengan tim lain untuk memperoleh skor tambahan bagi timnya.

Tim-tim belajar heterogen beranggota 4-5 orang

Komponen-komponen TSTS yaitu: materi, kelompok (teams), pembagian permasalahan, mendiskusikan permasalahan (kerja kelompok), presentasi kelas, penghargaan kelompok.

Komponen-komponen TAI yaitu: kelompok (teams), tes penempatan (placement test), materi, kurikulum, kelompok belajar, penilaian dan pengakuan tim, mengajar kelompok, tes fakta, mengajar seluruh kelas.

Komponen-komponen TGT yaitu: materi, kelompok (teams), game, turnamen, penghargaan kelompok.

Komponen-komponen STAD yaitu: presentasi kelas, kelompok (teams), kuis, skor kemajuan individual, penghargaan kelompok.

Kelebihan: mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih

Kelebihan: meminimalisir keterlibatan guru dalam

Kelebihan: memotivasi siswa karena belajar

Kelebihan: mendorong siswa berdiskusi, saling


(61)

36 banyak ide muncul, lebih banyak

tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah memonitor.

pemeriksaan dan pengelolaan tim. Siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi dengan cepat dan akurat, dapat mengecek pekerjaan satu sama lain, mengurangi perilaku mengganggu, konflik antar pribadi dan menimbulkan sikap positif, siswa yang berkemampuan lemah akan terbantu.

dikombinasikan dengan game/ menggunakan permainan dan siswa dilatih untuk bekerjasama.

bantu menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.

Kekurangan: Membutuhkan lebih banyak waktu, kurang kesempatan untuk kontribusi individu, dan siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan permasalahannya.

Kekurangan: dalam penerapannya membutuhkan manajemen waktu yang baik. Kesempatan individu mendominasi.

Kekurangan: dalam penerapannya membutuhkan manajemen waktu yang baik.

Kekurangan: dalam penerapannya

membutuhkan manajemen waktu yang baik. Mengacu pada belajar kelompok sehingga kurangnya kesempatan untuk individu

(Sugiyanto, 2010)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

37 A. Relasi dan Fungsi

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar : Memahami relasi dan fungsi. 1. Relasi

a. Pengertian relasi

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah hubungan yang memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan himpunan B (Endah Budi Rahaju dkk, 2008). Untuk lebih memahami pengertian dari relasi, maka diberikan contoh sebagai berikut. Bu Yeni mempunyai lima orang anak, yaitu Riska, Dimas, Candra, Dira dan Reni. Masing-masing anak tersebut mempunyai kegemaran berolahraga yang berbeda-beda. Riska gemar berolahraga badminton dan renang. Dimas gemar berolahraga sepak bola. Candra gemar berolahraga sepak bola. Sedangkan Dira dan Reni mempunyai kegemaran berolahraga yang sama yaitu basket dan badminton. Jika anak-anak Bu Yeni dikelompokkan menjadi satu dalam himpunan A, maka anggota dari himpunan A adalah Riska, Dimas, Candra, Dira dan Reni. Himpunan A tersebut kita tuliskan sebagai A = {Riska, Dimas, Candra, Dira, Reni}. Sedangkan jenis olahraga yang digemari anak-anak Bu Yeni dapat dikelompokkan dalam himpunan B. Himpunan B dituliskan sebagai B = {Badminton, Renang, Basket, Sepak bola}. Terhadap kegemaran anak-anak Bu Yeni, terdapat hubungan antara


(63)

38

himpunan A dan himpunan B. Hubungan tersebut berkait dengan gemar berolahraga dari anak-anak Bu Yeni.

Riska gemar berolahraga badminton dan renang. Dimas gemar berolahraga sepakbola

Candra gemar berolahraga sepakbola

Dira gemar berolahraga badminton dan basket Reni gemar berolahraga badminton dan basket

Apabila gemar berolahraga kita notasikan dengan tanda panah( ), pernyataan-pernyataan di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Contoh relasi dari himpunan A ke himpunan B

Kita melihat antara anggota himpunan A dan anggota himpunan B memiliki hubungan (relasi) gemar berolahrga. Selanjutnya kita katakan terdapat relasi antara anggota himpunan A dan anggota himpunan B, atau sering juga disebut relasi dari himpunan A ke himpunan B.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

39 b. Menyatakan relasi dua himpunan

1) Menyatakan relasi dua himpunan dengan diagram panah

Pada contoh di atas tampak bahwa relasi yang terbentuk dari kedua himpunan di atas adalah gemar berolahraga.

Gambar 2.2 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan diagram panah

Oleh karena itu lambang pada gambar di atas menyatakan relasi gemar berolahraga. Bila dituliskan Riska Badminton

artinya Riska gemar berolahraga Badminton. Dimas Sepak bola artinya Dimas gemar berolahraga

Sepak bola.

2) Menyatakan relasi dua himpunan dengan diagram kartesius

Dalam menyatakan relasi antara anggota-anggota dua himpunan, selain dengan menggunakan diagram panah dapat juga dinyatakan dalam diagram kartesius. Pada diagram kartesius terdapat dua sumbu yang saling tegak lurus yaitu sumbu mendatar atau horisontal dan sumbu tegak atau vertikal.

Pada Gambar 2.2 di atas, kita dapat menyatakan relasi antara anggota himpunan A dan anggota himpunan B tersebut dalam


(65)

40

diagram kartesius. Nama anggota-anggota himpunan A diletakkan pada sumbu mendatar dan nama anggota B diletakkan pada sumbu tegak (Endah Budi Rahaju dkk, 2008). Setiap anggota himpunan A yang berrelasi dengan anggota himpunan B dapat dinyatakan

dengan noktah ( ● ) atau dengan bintang ( * ). Jadi diagram kartesius dari relasi tersebut adalah:

Gambar 2.3 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan diagram kartesius

Relasi antara anggota himpunan A dan B adalah gemar berolahraga. Noktah A menghubungkan Riska dan Badminton, artinya Riska gemar berolahrga badminton. Noktah D menghubungkan Candra dan sepak bola, artinya Candra gemar berolahrga sepak bola dan seterusnya.

3) Menyatakan relasi dua himpunan dengan himpunan pasangan berurutan

A B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(66)

41

Pasangan berurutan dilambangkan dengan (x,y) dengan x menyatakan anggota himpunan A dan y menyatakan anggota dari himpunan B (Endah Budi Rahaju dkk, 2008). Kita ambil contoh Gambar 2.2 dan menyatakannya sebagai pasangan berurutan. Pada relasi gemar berolahraga di atas, kita memiliki himpunan A = {Riska, Dimas, Candra, Dira, Reni} dan himpunan B = {Badminton, Renang, Basket, Sepak bola}. Sehingga relasi gemar berolahraga dapat dituliskan sebagai R = {(Riska, Renang), (Riska, Badminton), (Dimas, Sepak bola), (Candra, Sepak bola), (Dira, Badminton), (Dira, Basket), (Reni, Badminton), (Reni, Basket)}.

Relasi antara himpunan X dan Y dapat dinyatakan sebagai himpunan pasangan berurutan (x, y) dengan x anggota himpunan pertama (X) dan y anggota himpunan kedua (Y) (Endah Budi Rahaju dkk, 2008).

2. Fungsi (Pemetaan) a. Pengertian fungsi

Fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang menghubungkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B (Endah Budi Rahaju dkk, 2008). Untuk lebih memahami pengertian fungsi maka diberikan contoh sebagai berikut. Jika kita merasakan beberapa bahan dapur seperti garam, gula, cuka dan lada maka rasa dari bahan-bahan tersebut sudah pasti. Rasa garam pasti


(67)

42

asin, rasa gula pasti manis, rasa cuka pasti asam dan rasa lada pasti pedas. Jika bahan-bahan dapur dikumpulkan dalam satu himpunan yaitu A dan rasa dari bahan-bahan dapur dikumpulkan dalam himpunan B, maka relasi yang dapat digunakan untuk menghubungkan himpunan A dan B adalah rasanya.

b. Menyatakan bentuk fungsi

1) Menyatakan bentuk fungsi dengan diagram panah

Contoh di atas dapat dinyatakan dengan diagram panah sebagai berikut.

Gambar 2.4 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke himpunan B dengan diagram panah

Relasi pada gambar di atas merupakan fungsi (pemetaan). Dalam diagram panah, garam dihubungkan oleh anak panah dengan asin dan dituliskan sebagai garam asin. Garam berada pada pangkal anak panah, sedangkan Asin berada pada ujung anak panah. Sehingga garam rasanya asin.

A = {garam, gula, cuka, lada} disebut daerah asal atau domain dari fungsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(68)

43

B = {asam, asin, pahit, manis, pedas} disebut daerah kawan atau kodomain dari fungsi.

Himpunan {asam, asin, manis, pedas} disebut daerah hasil atau range dari fungsi.

Untuk melihat apakah suatu relasi antara dua himpunan adalah fungsi, yang perlu diperhatikan adalah setiap anggota daerah asal harus mempunyai hubungan dengan satu saja anggota daerah kawan (Endah Budi Rahaju dkk, 2008).

2) Menyatakan bentuk fungsi dengan diagram kartesius

Diagram kartesius untuk fungsi dari himpunan A ke himpunan B pada Gambar 2.4 di atas adalah

Gambar 2.5 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke himpunan B dengan diagram kartesius

Pada gambar di atas tampak bahwa setiap nama pada sumbu mendatar hanya mempunyai satu pasangan dengan nama pada sumbu tegak.


(69)

44

3) Menyatakan bentuk fungsi dengan himpunan pasangan berurutan Dari diagram kartesius pada gambar di atas, fungsi dari himpunan A ke himpunan B dapat pula dinyatakan dengan pasangan berurutan sebagai berikut: {(garam, asin), (gula, manis), (cuka, asam), (lada, pedas)}.

c. Banyaknya pemetaan dari dua himpunan

Banyaknya pemetaan yang mungkin terjadi dari dua himpunan yang banyak anggotanya diketahui, jika n(A) = a, n(A) adalah banyaknya anggota A dan n(B) = b, n(B) adalah anggota B, maka banyaknya semua pemetaan yang mungkin dari A ke B adalah ba.

d. Korespondensi satu-satu

Himpunan A dikatakan berkorespondensi satu-satu dengan himpunan B jika setiap anggota A dipasangan dengan tepat satu anggota B, dan setiap anggota B dipasangkan dengan tepat satu anggota A. Dengan demikian, banyaknya anggota himpunan A dan B haruslah sama.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berpikir peneliti adalah sebagai berikut.

Hasil belajar merupakan puncak proses belajar siswa. Hasil belajar inilah yang menentukan sejauh mana pemahaman seorang siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes. Nilai tes tersebut adalah bukti kongkret hasil belajar siswa. Hasil belajar yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(70)

45

berupa nilai tes merupakan hasil belajar kognitif. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus mampu menanamkan pemahaman yang kuat sehingga hasil belajar yang diraih siswa dapat maksimal.

Selain itu, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga sangat penting, karena keaktifan ini menunjukkan perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Selain itu, keaktifan merupakan hasil belajar psikomotoris, sehingga keaktifan adalah aspek yang tidak bisa terlepas dari kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mampu membangkitkan keaktifan siswa, terutama untuk pelajaran matematika yang terkenal sulit. Hal ini berakibat pelajaran matematika menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti dan bahkan dihindari. Banyak cara atau model belajar yang bisa digunakan guru untuk mengaktifkan siswa dan membuat siswa terlibat langsung ke dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan terasa lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran yang vareatif dan tidak monoton akan membuat siswa tidak jenuh, tidak bosan dan menjadi aktif.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Secara umum, pembelajaran kooperatif sendiri adalah pembelajaran yang berfokus pada diskusi kelompok. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong prestasi, serta melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Perbedaan model TSTS dengan model pembelajaran kooperatif lain


(71)

46

adalah pada proses bertamu dan menerima tamu. Proses ini memungkinkan siswa untuk saling berinteraksi antar kelompok. Sehingga selain mengaktifkan, juga akan menciptakan keakraban sesama teman dalam satu kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hasil belajar yang dapat diperoleh siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi di SMP N 1 Botodayaan dan bagaimana tingkat keaktifan mereka pada saat model pembelajaran kooperatif TSTS ini diterapkan, serta respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran tersebut. Sehingga diharapkan model ini mampu membuat hasil belajar siswa menjadi lebih maksimal dan mampu mendorong siswa untuk ikut aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

407

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

408

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

409

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

410

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

411

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

412

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 1 GALANG.

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEI BINGAI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 19

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan relasi dan fungsi di kelas VIII semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

0 0 442

Skripsi : Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray siswa kelas X A6 SMA Negeri 1 Palu pada pokok bahasan System Persamaan Linear Dua Variabel | Karya Tulis Ilmiah

1 12 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) pada pokok bahasan usaha dan energi kelas VIII Semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya Tahun Ajaran 20142015 Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 11

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) pada pokok bahasan usaha dan energi kelas VIII Semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya Tahun Ajaran 20142015 Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20