9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan telah banyak dilakukan oleh banyak mahasiswa diberbagai universitas.
Namun, di Universitas Sanata Dharma sendiri khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia belum pernah dilakukan penelitian tentang pelanggaran
terhadap kedua prinsip ini. Hal ini yang mendasari peneliti melakukan penelitian tentang pelanggaraan terhadap prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan yang
dikaitkannya dengan pembentukan wacana humor verbal lisan. Dalam hal ini, I Dewa Putu Wijana 1995 dalam disertasi pengukuhan guru
besarnya yang berjudul “Wacana Kartun dalam Bahasa Indonesia”, menyatakan
bahwa kartun dapat diteliti dari semantik dan pragmatik. Dari penelitiannya tersebut, Wijana menyimpulkan bahwa wacana kartu sebagai media hiburan dan
wahana kritik sosial yang didasarkan pada cara penyajian humornya dibedakan menjadi dua jenis kartun, yaitu kartun nonverbal dan kartun verbal. Kartun
nonverbal lebih mengarah pada bentuk kelucuan yang disajikan dalam wujud visual, sedangkan kartun verbal lebih mengarah pada unsur-unsur kebahasaan
yang bekerjasama dengan unsur visual dalam menyajikan kelucuan dalam wacana kartun. Beliau mengatakan bahwa secara pragmatik, kelucuan dalam wacana kartu
itu terbentuk dari pnelanggar terhadap prinsip kerja samayang berupa ketidakpatuhan terhadap maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi,
maksim cara, dan maksim kesopanan. Serta didasarkan pada parameter-parameter pragmatik lainnya.
Secara kebahasaan, kelucuan dalam menciptakan humor dapat dilihat dari aspek-aspek kebahasaan dari tataran yang terendah sampai pada tataran tertinggi.
Dan secara kebahasaan ini didapatkan hasil bahwa dalam menciptakan humor juga dapat memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan yang meliputi pelanggaran
ortografis, fonologis, ketaksaan, motonimi, sinonimi, antonimi, eufenisme, name, deiksis, kata ulang, pertalian kata dalam frasa, pertalian elemen intra klausa,
konstruksi aktif pasif, pertalian antarklausa, dan pertalian antarproposisi. Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap prinsip
kerja sama dan prinsip kesopanan juga berlanjut sampai sekarang. Salah duanya adalah penelitian yang dilakukan oleh Waluyo pada tahun 2009 dengan judul
penelitiannya “Pelanggaran Prinsip Kerja sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Lum Kelar di Radio Sam FM
”. Dalam penelitiannya, Waluyo bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai tiga hal utama, yaitu 1
mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dalam percakapan Lum Kelar, 2 mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesopanan dalam
percakapan Lum Kelar, dan 3 mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat dalam percakapan Lum Kelar. Adapun jenis penelitiannya adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip kerja sama, pelanggaran prinsip
kesopanan, dan implikatur percakapan. Data-data tersebut diperoleh dari acara radio Lum Kelar di SAS FM. Dan penelitian ini menghasilkan tiga hal pokok.
Pertama, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dalam tuturan Lum Kelar. Pelanggaran prinsip kerja sama terjadi terhadap empat
maksim, yaitu a pelanggaran maksim kuantitas, b pelanggaran maksim kualitas, c pelanggaran maksim relevansi, dan d pelanggaran maksim
pelaksanaan. Pelanggaran prinsip kerja sama paling banyak terjadi terhadap maksim kualitas. Kedua, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip
kesopanan dalam percakapan Lum Kelar. Pelanggaran hanya terjadi terhadap lima maksim dari enam maksim yang tercakup dalam prinsip ini. Pelanggaran-
pelanggaran yang dimaksud adalah a pelanggaran maksim kebijaksanaan, b pelanggaran maksim penerimaan, c pelanggaran maksim kemurahan, d
pelanggaran maksim kerendahan hati, dan e pelanggaran maksim kecocokan. Pelanggaran terhadap maksim kesimpatian tidak ditemukan dalam penelitian ini.
Ketiga, tuturan dalam Lum Kelar mengandung beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk a
menegaskan, b mengeluh, c, menciptakan humor, d menyindir, e memastikan, f menolak, g menyombongkan diri, h mengejek, dan i
menyatakan rasa kesal. Dalam percakapan Lum Kelar, implikatur percakapan terbanyak digunakan untuk humor. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk
menarik minat pendengar, agar mau mendengarkan Lum Kelar dari awal hingga akhir.
Berbeda dengan Waluyo, penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ariyani pada tahun 2010 dengan judul penelitiannya “Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan
Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Kajian Pragmatik ”
yang bertujuan untuk mendeskripsikan tigal hal pokok, yaitu 1 mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam OVJ, 2 mendeskripsikan prinsip
ironi dalam OVJ, dan 3 mendeskripsikan implikatur yang muncul dalam OVJ. Dengan hasil yang dicapai adalah 1 ditemukan pelanggaran terhadap prinsip
kesantunan. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan ditemukan pada banyak data dan meliputi semua maksimnya. Pelanggaran paling banyak ialah pada
maksim pujian, yang diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan, pertimbangan, kerendahan hati, dan terakhir maksim kedermawanan. 2 terdapat
prinsip ironi dalam OVJ. Hanya sedikit data yang mengandung penerapan prinsip ironi. Hal tersebut karena kemungkinan para pemain OVJ akan merasa lebih puas
jika menghinamengecam orang lain secara terang-terangan. Pemain OVJ kelihatan bahagia jika berhasil menghina orang lain, hal ini dapat dilihat dari raut
muka mereka yang tersenyum. Dan 3 ditemukan beberapa implikatur percakapan dalam acara OVJ. Implikatur tersebut terdiri dari sembilan 9 macam
implikatur yang berbeda. Kesembilan macam implikatur tersebut ialah, implikatur menghina, memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan orang lain,
mempengaruhi, tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, dan merayu. Dalam acara OVJ implikatur yang terjadi dominan adalah implikatur
menghina. Secara garis besar, penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian
yang pernah ada sebelumnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan teori yang dipergunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu, yakni teori
tentang prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan aspek pragamatik lainnya.
Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada pada objek penelitiannya. Objek dalam penelitian ini berupa percakapan yang diperoleh dari
acara Talk Show, yang berjudul Tatap Mata, yang ditayangkan oleh stasiun televisi Tran 7. Selain itu, pelanggaran prinsip kesopanan tidak dikaji sama dalam
dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan mengkaji pelanggaran prinsip kesopanan. Adanya ruang lingkup pemakaian bahasa yang
diteliti berbeda, maka kemungkinan hasil yang diperoleh pun akan berbeda. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas pelanggaran prinsip kerja sama
dan prinsip kesopanan dengan sumber data penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu.
2.2 Landasan Teori