tangan 43. Dan panelis Akbar menyamakan kegalakan narasumber Pak Ahok dengan seokora anjing 44.
4.3.7.3 Pemutarbalikkan Fakta
Informasi berupa pemutarbalikan fakta ini disebabkan oleh adanya informasi yang diberikan berupa fakta yang disimpangkan. Adanya informasi
yang berupa pemutarbalikan fakta ini bertujuan untuk menciptakan humor semata sebagaimana tampak pada wacana dialog 45 dan 46 berikut ini,
Dialog 45 Rosiana
: Setuju atau tidak hukuman mati bagi koruptor. Yang menjawab setuju berapa? Tidak berapa? Dan ragu-ragu berapa? Inilah
hasilnya. Setuju sebanyak 59.9, tidak setuju 35,3, dan ragu-ragu 7,8. Jadi dari 56 eh lebih dari 50 setuju hukuman mati. Hanya
memang apakah perdebatan diantara ditangan manusia menyabut nyawa seseorang itu masih menjadi perdebatan yang panjang. Ok. Kalau
Komeng? Setuju? Komeng
: Apa tuh? Rosiana
: Hukuman mati untuk koruptor. Komeng
: Wah setuju. Biar Akbar dihukum mati.
TMT7MD26.4.2014PNR
Konteks tuturan: Tuturan salah satu Panelis laki-laki dalam acara Tatap Mata trans 7 Komeng disampaikan ketika pembawa acara
menanyakan kepada panelis tersebut mengenai setuju atau tidak hukuman mati dilakukan bagi para koruptor, dan panelis tersebut
menyatakan setuju.
Dialog 46 Rosiana
: Bapak ngerasa sedih nggak ngeliat aduh ini ma semua daerah bisa. Bapak aman ee damaikan kecuali Makasar?
Tawurannya?
Zeda : Susah.
Jusuf Kalla : Sedih juga pasti. Kalau saya datang tidak berkelahi soalnya, ya gimana? Saya datang berhenti, saya pergi
berkelahi lagi kadang-kadang. Akbar
: Hahahaha, berarti penyebabnya bapak dong pak?
Jusuf Kalla : Ha? Akbar
: Kalau bapak datang berhenti. Komeng
: Berhenti Akbar
: Kalau bapak pergi berkelahi. Berarti penyebabnya bapak.
TMT7JK3.5.2014PNR
Konteks tuturan: Tuturan salah satu panelis laki-laki Akbar dalam acara tatap mata trans 7 disampaikan setelah mendengar jawaban dari
narasumber tentang kesedihannya melihat perkelahian itu dan narasumber menambahkan bahwa perkelahian itu berhenti ketika beliau
berada di Makasar, namun ketika beliau keluar dari daerah Makasar, perkelahian itu ada lagi.
Berdasarkan wacana dialog 45 dan 46 di atas tampak antara panelis Komeng dengan panelis Akbar memaksimalkan ketidakhormatan terhadap mitra
tutur dengan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya. Setiap orang tahu bahwa panelis Akbar bukanlah seorang koruptor jadi tidak harus dihukum mati 45,
sedangkan narasumber Jusuf Kalla bukanlah penyebab terjadinya kegaduhan bentrokan masyarakat di Makasar 46.
4.3.8 Wujud Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati