lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang diacunya. Berkaitan dengan penryataan tersebut, Yule membedakan antara konteks dan ko-teks. Konteks ia
definisikan sebagai lingkungan fisik di mana sebuah kata dipergunakan, sedangkan ko-teks adalah bahan linguistik yang membantu untuk memahami
sebuah ekspresi atau ungkapan. Sehubungan dengan adanya berbagai maksud yang memungkinkan
dikomunikasikan oleh penutur dalam sebuah tuturan, Leech 1983 mengajukan aspek-aspek situasi tutur atau speech situation itu dibagi menjadi lima macam,
yaitu 1 penutur dan mitra tutur, 2 konteks tuturan, 3 tujuan tuturan, 4 tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan 5 tuturan sebagai produk
tindak verbal melalui Wijana dan Rohmadi, 2010: 12-16.
2.2.2.1 Penutur dan Mitra Tutur
Konsep penutur dan mitra tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca apabila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulis. Adapun aspek-
aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini adalah usia, latar
belakang, sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya.
2.2.2.2 Konteks Tuturan
Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam. Pertama, konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam
komunikasi. Kedua, konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan mitra tutur. Ketiga, konteks linguistik yang
terdiri atas kalimat-kalimat atau tutran-tuturan yang mendahului dan mengikuti tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi. Konteks linguistik disebut pula
dengan istilah koteks. Keempat, konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara penutur dan mitra tutur.
Jadi, dapat dikatakan bahwa konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari
tuturan bersangkutan. Namun, dalam pragmatik, konteks ini pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan backround knowledge yang dipahami
bersama oleh penutur dan mitra tutur.
2.2.2.3 Tujuan Tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang
bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.
2.2.2.4 Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas: Tindak Ujar
Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. Jika tata bahasa menangani unsur-unsur
kebahasaan yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dan sebagainya, pragmatik berhubungan tindak verbal yang lebih
konkret yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan sebagai entitas, mempunyai peserta tutur, waktu, dan tempat pengutaraan yang jelas. Tindak tutur sebagai
suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan,
sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.
2.2.2.5 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal