Dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi empat macam maksim percakapan yaitu maksim kuantitas, maksim
kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.
2.2.4.1 Maksim Kuantitas Maxim of Quantity
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.
Lebih lanjut Rahardi 2008: 53 menyatakan bahwa jawaban yang diberikan oleh penutur kepada lawan tuturnya tidak boleh melebihi jawaban yang sebenarnya
dibutuhkan lawan tutur. Tuturan yang tidak mengandung jawaban yang sungguh- sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas.
Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu mengandung jawaban yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Ada dua submaksim yang
menopang maksim ini, yaitu; 1.
Sumbangan informasi Anda harus seinformatif yang dibutuhkan. 2.
Sumbangan informasi Anda jangan melebihi yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bawah ini.
01 + Siapa namanu? - Ani.
02 + Rumahmu di mana? - Klaten, tepatnya di Pedan.
03 + Sudah bekerja? - Belum, masih mencari-cari.
Pada wacana 01 tersebut, tokoh - pada memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai karena mencukupi pada setiap tahapan komunikasi.
Namun, pada wacana 02 dan 03 melanggar karena memberikan kontribusi yang berlebihan dalam komunikasi.
2.2.4.2 Maksim Kualitas Maxim of Quality
Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya
didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Lebih lanjut Rahardi 2008: 55 menyatakan bahwa dalam komunikasi sebenarnya, penutur dan lawan tutur
umumnya menggunakan tuturan dengan maksud yang tidak senyatanya dan tidak disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Bertutur yang terlalu langsung dan tanpa
basa basi dengan disertai bukti-bukti yang jelas dan apa adanya justru akan membuat tuturan menjadi kasar dan tidak sopan. Dengan perkataan lain, untuk
bertutur yang santun, maksim kualitas ini seringkali tidak dipatuhi dan tidak dipenuhi. Dalam maksim ini ada dua submaksim yang mendukung, yaitu;
1. Jangan katakan yang Anda yakini salah.
2. Jangan
katakan sesuatu
tanpa bukti-bukti
yang bisa
dipertanggungjawabkan. Untuk itu dapat diperhatikan contoh wacana di bawah ini:
04 + Apa ibu kota Jawa Tengah? - Semarang.
Pada wacana tersebut, tokoh - memberikan kontribusi yang sebenarnya bahwa ibu kota Jawa Tengah memang Semarang dan bukan kota-kota lain yang
ada di Jawa Tengah.
2.2.4.3 Maksim Relevansi Maxim of Relevance