Gambar 2.1 Desain pembelajaran dengan SSCS 3.
Kegiatan Guru dan Siswa dalam Model SSCS
Kemampuan yang membentuk perkembangan berpikir kritis dan memecahkan masalah, siswa diberikan kegiatan-kegiatan yang mengajak untuk
berpikir secara kritis dan memecahkan masalah secara aktif. Model SSCS memberikan sebuah kerangka kerja untuk memperluas
keterampilan dalam penggunaan pada konsep ilmu pengetahuan, model ini membantu guru berpikir kreatif untuk mendorong siswa mampu berpikir secara
kritis.
13
Peranan guru pada pemecahan masalah model SSCS yakni sebagai fasilitator pengalaman untuk menambah pengetahuan siswa, secara bertahap,
kegiatan guru dan siswa dijelaskan pada tabel berikut:
13
Fisika wordpress: Model pembelajaran SSCS diambil dari https:fisika21.wordpress.com20101012model-pembelajaran-sscs
diakses tgl 16 Januari 2015 pukul 19.00 WIB, h.4.
Guru
Masalah atau kondisi Proses Pembelajaran
dengan SSCS
Share Create
Search
Solve
Mempresentasikan hasil penyelesaian di
depan kelas Membuat laporan
penyelesaian yang akan dipresentasikan
Menyelesaikan masalah yang
diberikan Membaca LKS dan
mencari informasi
13
Tabel 2.3 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Model Search, Solve, Create and Share SSCS
Tahapan Fase dalam
Model Search, Solve,
Create and Share SSCS
Keterangan Aktivitas
Guru dan Siswa
Kegiatan yang dilakukan oleh guru
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa
Fase Search Mendefinisik
an masalah Fase search membantu siswa untuk
menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalam permasalahan ke
konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah diidentifikasi dan
diterapkan oleh siswa, yang berdasarkan skema konseptual siswa.
Fase Search
1. Menciptakan situasi yang
dapat mempermudah munculnya pertanyaan,
2. Menciptakan dan
mengarahkan kegiatan. 3.
Membantu dalam pengelompokkan dan
penjelasan permasalahan yang muncul.
1. Memahami soal atau kondisi yang diberikan
kepada siswa, yang berupa apa yang diketahui, apa yang tidak diketahui, apa yang
ditanyakan. 2.
Melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut.
3. Membuat pertanyaan-pertanyaan kecil.
4. Menganalisis informasi yang ada sehingga
terbentuk sekumpulan ide. Fase Solve
Mendesain solusi
Selama fase Solve siswa
mengorganisasikan kembali konsep- konsep yang diperoleh dari fase Search
menjadi konsep-konsep yang berada dalam “higher-order” yang
mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan
jawaban yang diinginkan. Fase Solve
1. Menciptakan situasi yang
menantang bagi siswa untuk berpikir.
2. Membantu siswa mengaitkan
pengalaman yang sedang dikembangkan dengan ide,
pendapat atau gagasan siswa tersebut.
3. Memfasilitasi siswa dalam hal
memperoleh informasi dan data.
1. Menghasilkan dan melaksanakan rencana
untuk mencari solusi. 2.
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, membentuk hipotesis
yang dalam hal ini berupa dugaan jawaban. 3.
Memilih metode untuk memecahkan masalah.
4. Mengumpulkan data dan menganalisis.
Fase Create Memformulas
ikan hasil Fase Create menyebabkan siswa untuk
mengevaluasi proses berpikir mereka. Hasil dari fase
create adalah
pengembangan suatu produk inovatif yang mengkomunikasikan hasil fase
search ke fase solve ke siswa lainnya. Fase
Create 1.
Mendiskusikan kemungkinan penetapan audien dan audensi.
2. Menyediakan ketentuan dalam
analisis data dan tehnik penayangannya.
3. Menyediakan ketentuan dalam
menyiapkan presentasi. 1.
Menciptakan produk yang berupa solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah
dipilih pada fase sebelumnya. 2.
Menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah.
3. Menampilkan hasil sekreatif mungkin.
14
Fase Share Mengkomuni
kasikan hasil Fase
share tidak hanya sebatas
mengkomunikasikan ke siswa lainnya. Siswa menyampaikan buah fikirannya
melalui komunikasi dan interaksi, menerima dan memproses umpan balik,
yang tercermin pada jawaban permasalahan dan jawaban pertanyaan,
menghasilkan kembali pertanyaan untuk diselidiki pada kegiatan lainnya.
Fase Share 1.
Menciptakan terjadinya interaksi antara
kelompokdiskusi kelas. 2.
Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam
mengevaluasi hasil penemuan studi selama persentasi, baik
secara lisan maupun tulisan. 1.
Berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok dari kelompok lain atas temuan,
solusi masalah. 2.
Mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima umpan balik dan mengevaluasi
solusi.
15
5. Pengertian Belajar
Slavin menyatakan bahwa proses belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
1
Menurut Gage dalam buku Education Psychology Third Edition menyatakan bahwa
2
:
Learning may be defined as the process where by an organism changes its behavior as result of experience. Because this definition is deceptively
simple, we should look closely at its various components.
Hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu, sebagai suatu hasil pengalaman. Istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku
yang dianggap mewakili belajar. Batasan ini penting dan sulit untuk didefinisikan, biasanya dilakukan dengan memperhatikan penyebab perubahan perilaku yang
tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Dari beberapa pengertian belajar
di atas, maka dapat disimpulkan semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang yang menimbulkan
perubahan tingkah laku yang berbeda sesudah belajar dan sebelum belajar. Berdasarkan pada kajian di atas, dapat dipahami makna proses belajar
yang pada hakikatnya merupakan kegiatan mental. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita
hanya mungkin dapat mengamati dari adanya gejala-gejala perubahan tingkah laku yang tampak.
6. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
1
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Jakarta: Indeks, 2011, h. 177.
2
Gage, N.L dan Berliner, D.C, Educational Psychology, Boston: Houghton Mifflin, 1984 cet. 3, p.252-253.
16
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
3
1 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2 Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan
interpretatif. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
hasil belajar merupakan nilai, sikap, keterampilan yang didapatkan siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana kesemuanya ini dapat membawa ke
perubahan perilaku yang lebih positif berupa perkembangan tingkah laku yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut
masing-masing memiliki beberapa tingkatan atau jenjang-jenjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Ranah Kognitif
Hasil belajar penguasaan materi kognitif bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar kelimuan berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mentalotak. Pada tahun 2001 Lorin W.
Anderson dan David R. Karthwol merevisi taksonomi B. Bloom menjadi 1 remember, 2 understand, 3 apply, 4 analyze, 4 evaluate, dan 6 create.
Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah, penjelasannya yakni
sebagai berikut:
3
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, cet. XI, h.22-23.
17
1 Mengingat C1, melibatkan pengambilan pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang. Kedua proses kognitif yang terkait, yakni mengenali kembali recognizing, mengingat recalling. Kemampuan mengingat
penting untuk pembelajaran bermakna dan pemecahan masalah sebagai kemampuan yang digunakan dalam tugas yang lebih kompleks.
4
2 Memahami C2, mencakup kemampuan membangun makna dari pesan
instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan grafis komunikasi. Siswa memahami ketika mereka membangun hubungan antara pengetahuan baru
yang diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya. Lebih spesifiknya, pengetahuan yang masuk berupa peningkatan dengan skema yang ada dan
kerangka kerja kognitif. Kategori ini mencakup tujuh proses kognitif yaitu: menafsirkan interpreting, memberikan contoh exemplifying,
mengklasifikasikan classifying, meringkas summarizing, menarik inferensi inferring, membandingkan comparing, dan menjelaskan explaining.
5
3 Menerapkan C3, mencakup kemampuan menggunakan prosedur untuk
melakukan latihan atau memecahkan masalah. Menerapkan terkait erat dengan pengetahuan prosedural. Latihan adalah tugas dimana siswa telah tahu
prosedur yang tepat untuk digunakan, jadi siswa telah mengembangkan pendekatan yang cukup dirutinkan untuk itu. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif yaitu: menjalankan executing dan mengimplementasikan Implementing.
6
4 Menganalisis C4, Jenjang ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk
menguraikan suatu materi ke dalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga
struktur informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas. Terdapat tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam
4
Lorin W. Anderson, David R. Karthwohl. Kerangka untuk Landasan Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 99.
5
Ibid., h. 105-106.
6
Ibid., h. 116.
18
menganalisis: membedakan diferentiating, mengorganisir organizing, dan menemukan pesan tersirat attributing.
7
5 Mengevaluasi C5, Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu materi pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Ada dua macam proses kognitif
yang tercakup dalam kategori ini yaitu: memeriksa checking dan mengkritik critiquing.
8
6 Mencipta C6
Jenjang ini didefiniskan sebgai kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong
dalam kategori ini, yaitu: membuat generating, merencanakan planning, memproduksi producing.
9
b. Ranah Afektif
Ranah Afektif merupakan hasil proses belajar yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses dan
metode. Ranah afektif menurut Karthwol dan kawan-kawan terbagi menjadi lima aspek, yaitu sebagai berikut:
1 Receiving atau attending
Receiving atau attending menerima atau memperhatikan diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang
ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan dan menggabungkan diri dengan nilai-nilai tersebut.
2 Responding
Responding atau menanggapi adalah kemauan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
7
Ibid., h. 120.
8
Ibid., h. 125.
9
Ibid., h. 128.