18
menganalisis: membedakan diferentiating, mengorganisir organizing, dan menemukan pesan tersirat attributing.
7
5 Mengevaluasi C5, Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu materi pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Ada dua macam proses kognitif
yang tercakup dalam kategori ini yaitu: memeriksa checking dan mengkritik critiquing.
8
6 Mencipta C6
Jenjang ini didefiniskan sebgai kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong
dalam kategori ini, yaitu: membuat generating, merencanakan planning, memproduksi producing.
9
b. Ranah Afektif
Ranah Afektif merupakan hasil proses belajar yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses dan
metode. Ranah afektif menurut Karthwol dan kawan-kawan terbagi menjadi lima aspek, yaitu sebagai berikut:
1 Receiving atau attending
Receiving atau attending menerima atau memperhatikan diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang
ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan dan menggabungkan diri dengan nilai-nilai tersebut.
2 Responding
Responding atau menanggapi adalah kemauan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
7
Ibid., h. 120.
8
Ibid., h. 125.
9
Ibid., h. 128.
19
3 Valuing
Valuing atau menilai merupakan jenjang dimana peserta didik tidak hanya menerima nilai yang diajarkan tetapi peserta didik mampu untuk menilai baik
atau buruknya fenomena yang diajarkan. 4
Organization Organization atau mengatur artinya mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal yang membawa kepada perbaikan umum. Kemampuan mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lainnya, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya. 5
Characterization by a Value or Value Complex Characterization by a Value or Value Complex atau karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai.
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar. Terdapat enam aspek ranah psikomotorik, yaitu sebagai berikut: 1
Gerakan reflex, 2
Keterampilan gerakan dasar, 3
Kemampuan perceptual, 4
Keharmonisan atau ketepatan, 5
Gerakan keterampilan kompleks, 6
Gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini terbatas pada ranah
kognitif yaitu C1 sampai dengan C4.
20
5. Konsep Fluida Statis
Gambar 2.2 Zat cair menempati wadah
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, zat padat mempunyai bentuk dan volume tetap, zat cair memiliki volume tetap, akan tetapi bentuknya berubah
sesuai wadahnya Gambar 2.2 sedangkan gas tidak memiliki bentuk maupun volume yang tetap. Karena zat cair dan gas tidak mempertahankan bentuk yang
tetap sehingga keduanya memiliki kemampuan untuk mengalir. Zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk disebut
fluida .
a Gejala Meniskus
Gambar 2.3 Meniskus
Kelengkungan permukaan zat cair di dalam tabung disebut meniskus. Permukaan air dalam tabung disebut meniskus cekung. Karena adanya meniskus
cekung, air membasahi dinding kaca. Permukaan raksa dalam tabung disebut meniskus cembung. Karena adanya meniskus cembung, raksa tidak membasahi
kaca.
21
Bentuk permukaan zat cair ada dua, yaitu cekung dan cembung. Permukaan zat cair akan cekung, jika:
1 Gaya adhesi gaya kohesi
2 Sudut kontak � 90
°
3 Air membasahi dinding
Permukaan zat cair akan cembung, jika: 1
Gaya adhesi gaya kohesi 2
Sudut kontak � 90
°
3 Raksa tidak membasahi dinding
Sudut kontak � adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair
dengan bidang singgung dinding kaca.
b Tegangan Permukaan
Gambar 2.4 Setetes embus yang berada di atas daun talas dan Seekor nyamuk yang berada di atas permukaan air
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan
elastis.
Gambar 2.5 Tegangan Permukaan
A mewakili partikel di dalam zat cair, sedangkan B mewakili partikel dipermukaan zat cair. Partikel A ditarik oleh gaya yang sama besar ke segala arah
22
oleh partikel-partikel di dekatnya. Sebagai hasilnya, resultan gaya pada partikel- partikel di dalam zat cair diwakili oleh A adalah sama dengan nol, dan di dalam
zat cair tidak ada tegangan permukaan. B mewakili partikel di permukaan zat cair. Partikel B ditarik oleh partikel-partikel yang ada di samping dan di bawahnya
dengan gaya-gaya yang sama besar, tetapi B tidak ditarik oleh partikel-partikel di atasnya karena di atas B tidak ada partikel zat cair. Sebagai hasilnya, terdapat
resultan gaya berarah ke bawah yang bekerja pada permukaan zat cair. Resultan gaya ini menyebabkan seakan-akan tertutup oleh hamparan selaput tipis yang
ketat. Selaput ini cenderung menyusut sekuat mungkin. Oleh karena itu, sejumlah tertentu cairan cenderung mengambil bentuk dengan permukaan sesempit
mungkin. Inilah yang kita sebut tegangan permukaan. Tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
gaya tegangan permukaan F per satuan panjang d dimana gaya itu bekerja: � =
� �
………………….………… 2.1
Keterangan: � = gaya tegangan permukaan �
� = tegangan permukaan �. �
−1
� = panjang permukaan �
c Gejala Kapilaritas
Gambar 2.6 Gejala Kapilaritas
Pada kejadian tersebut, pipa yang digunakan, yakni pipa kapiler. Oleh karena itu, gejala kapilaritas adalah gejala naik turunnya zat cair dalam pipa
kapiler. Permukaan zat cair yang berbentuk cekung atau cembung disebut meniskus. Permukaan air pada dinding kaca yang berbentuk cekung disebut
23
meniskus cekung, sedangkan permukaan air raksa yang berbentuk cembung disebut meniskus cembung.
Penyebab dari gejala kapiler karena adanya adhesi dan kohesi. Pada gejala kapilaritas pada air, air dalam pipa kapiler naik karena adhesi antara partikel air
dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel airnya. Sebaliknya, pada gejala kapilaritas raksa, adhesi raksa dengan kaca lebih kecil daripada kohesi antar
partikel air raksa. Oleh karena itu, sudut kontak antara raksa dengan dinding kaca akan lebih besar daripada sudut kontak air dengan dinding kaca.
Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan yang bekerja pada keliling persentuhan zat cair
dengan pipa. Kenaikan atau penurunan zat cair dalam pipa kapiler dirumuskan sebagai berikut:
ℎ =
2����� ���
………………... 2.2
Keterangan : ℎ = kenaikan penurunan zat cair pada pipa kapiler �;
� = tegangan permukaan �. �
−1
; �= sudut kontak;
�= massa jenis zat ��. �
−2
; �= percepatan gravitasi �. �
−2
; � = jari-jari pipa kapiler
d Tekanan Hidrostatis
Zat cair dalam suatu wadah memiliki gaya berat. Gaya berat suatu zat selalu mengarah ke pusat gravitasi ke bawah. Tekanan zat cair yang disebabkan
oleh gaya beratnya disebut tekanan hidrostatis. Misalnya suatu wadah diisi air sampai penuh, maka besarnya tekanan hidrostatis zat cair di dasar wadah lebih
besar dibandingkan dengan pada suatu titik didekat permukaan, karena tekanan yang diterima pada suatu titik didekat permukaan hanya dipengaruhi sedikit berat
zat cair dibandingkan di dasar wadah yang dipengaruhi oleh seluruh berat zat cair.