18
Manusia bermartabat luhur justru karena ia memiliki hati nurani. Dan keluhuran itu terwujud manakala ia menaati keputusan
hati nurani. Dalam ketaatan terhadap keputusan hati nurani itulah letak martabat manusia. “Menurut hati nurani itu pula ia akan
diadili”, sebagaimana dinyatakan dalam artikel Gaudium et Spes di atas, “Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut
hukum itu pula ia akan diadili”.
4. Pembinaan Hati Nurani
Suara hati dapat keliru, bisa tidak tahu, bisa juga mengalami kebingungan, bahkan kekacauan. Seorang ibu desa setiap memasak
pakai kayu bakar. Di desanya sudah biasa orang-orang cari kayu bakar di hutan. Suatu kali hutan itu sudah berubah fungsi menjadi
perkebunan. Ibu itu tidak tahu kalau hutan sudah berubah fungsi. Ia tetap mencari kayu bakar di hutan itu. Petugas kehutanan
menangkap ibu itu dan memperkarakan. Ibu desa itu mengalami ketidaktahuan yang tidak disengaja. Karena tidak tahu suara
hatinya mengambil keputusan yang keliru. Secara moral ia tidak dapat dipersalahkan.
Pada masalah-masalah baru dalam kehidupan yang belum banyak dibahas perspektif moralnya kebanyakan orang akan
mengalami ketidaktahuan dalam mengambil keputusan moral. Dalam kasus perawatan orang sakit parah pada usia tua, orang dapat
mengalami kebingungan. Dilepas alat-alat perawatannya, menurut dokter kemungkinan besar orang itu akan segera meninggal. Tetapi
perawatan tersebut tidak menyembuhkan penyakitnya. Dalam hal itu keluarga dapat mengalami kebingungan antara menggunakan
alat medis untuk merawat atau melepasnya.
Ketika orang tidak tahu lagi membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, orang tersebut mengalami keadaan
kekacauan hati nurani. Pernah diberitakan bahwa di salah satu blog internet, sekelompok orang menawarkan jasa untuk membunuh
orang. Sebagian orang merasa bangga dapat melakukan kekerasan
19
pada orang lain bahkan mengeksposnya ke media internet. Dapat didugai bahwa orang-orang seperti itu telah mengalami kekacauan
suara hati. Perlakukan ‘tidak dapat dipersalahkan’ ketika orang menaati hati nurani sebagaimana dilakukan oleh ibu desa tersebut
di atas tidak berlaku pada orang seperti ini. Gaudium et Spes dalam hal ini menyatakan: ‘Akan tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa
hati nurani tersesat karena ketidaktahuan yang tak teratasi, tanpa kehilangan martabatnya. Tetapi itu tidak dapat dikatakan tentang
orang, yang tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir
menjadi buta’.
Mengingat hati nurani dapat mengalami berbagai hal negatif tersebut maka perlulah malakukan pembinaan suara hati terus
menerus. Pembinaan suara hati agar lurus dan benar dapat dilakukan melalui pendidikan, penghayatan sabda Allah dan
pengajaran Gereja, memohon dukungan Roh Kudus dan bantuan orang-orang bijak Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 2011:
artikel 374.
Dalam dunia pendidikan diajarkan berbagai norma. Dibalik norma ada nilai-nilai. Suara hati moral perlu dilatih untuk
menemukan dan memahami nilai-nilai yang ada. Suara hati perlu dibina untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang ada. Dengan
pemahaman akan nilai-nilai yang ada tentu hati nurani akan dapat mengambil keputusan secara benar Kieser, 1987:148-150.
Bagi orang beriman Sabda Allah adalah sumber nilai-nilai. Nilai-nilai dari Sada Allah adalah nilai yang mendasar dan luhur.
”Hukum emas” misalnya perbuatlah pada orang lain apa yang kamu inginkan orang lain perbuat kepadamu, merupakan nilai
yang sangat mendasar, universal dan luhur. Sabda Allah melalui Magisterium Gereja ditafsirkan untuk dapat diterapkan pada
situasi kini. Maka menghayati ajaran Gereja dalam berbagai permasalahan masa kini akan membina suara hati untuk dapat
mengambil keputusan yang benar.
20
Dalam sejarah kita memahami bahwa manusia karena kelemahan dagingnya sering kali jatuh pada kesalahan-kesalahan.
Oleh kelemahan dagingnya, manusia sering mengikuti godaan- godaan si jahat. Untuk itu perlulah memohon rahmat dari Roh
Kudus agar dapat kuat melawan godaan dan kuat dalam komitmen untuk menghayati nilai-nilai kebaikan. Dalam doa-Nya yang
diajarkan kepada para murid-Nya Yesus mengajak agar mereka memohon kepada Allah untuk dijauhkan dari pencobaan dan
pembebasan dari kuasa jahat.
Manusia tidak hidup sendirian. Dalam kelompok senantiasa ditemukan orang-orang bijak. Para tua-tua yang sudah memiliki
banyak pengalaman, para pemimpin yang dipersiapkan dalam berbagai hal untuk memperkembangkan hidup kelompoknya,
para rohaniwan-rohaniwati, dapat menjadi orang-orang bijak. Mereka adalah orang-orang yang dapat menjadi tempat konsultasi
dan menjadi pendamping dalam menjalani kehidupan ini.
Dapat ditambahkan lagi satu bentuk pembinaan hati nurani ialah kesediaan untuk mengadakan refleksi moral dalam
pengambilan keputusan atas apa yang dilakukan maupun atas apa yang sudah dilakukan Chang, 2001:138. Dengan refleksi orang
dapat melihat dengan jernih kebenaran keputusan yang akan dan telah diambil. Dengan refleksi itu orang dapat memperbaiki
keputusan-keputusan yang keliru yang telah diambilnya. Dengan itu kemajuan hidup moral dapat diharapkan terjadi.
E. KEUTAMAAN-KEUTAMAAN MORAL