Pentingnya merawat kesehatan psikologis

36 Setelah itu kelompok meminta para siswa untuk memilih gambar-gambar yang mereka sukai dan maju ke depan untuk menerangkan kepada teman-temannya tentang arti dari gambar- gambar tersebut. Akhirnya pertemuan ditutup dengan mengajak siswa untuk mengungkapkan niatnya akan merawat organ hati secara baik dengan menggambar, salah satu hasilnya adalah:

2. Pentingnya merawat kesehatan psikologis

Selain kesehatan fisik, kita juga perlu memelihara kesehatan psikologis. Maksudnya kita perlu dapat mengolah pengalaman sedih, gagal dan kecewa supaya emosi kita dapat tetap stabil dan sanggup merasakan serta menghargai aneka percikan kebahagiaan hidup. Salah satu contohnya ialah dengan belajar dari kisah hidup seseorang, misalnya Joyce Meyer yang menceriterakan pengalaman pahitnya di masa lalu yang penuh dengan suasana Fear Fear Fear yang mencekam, di dalam buku Beauty for Ashes 2003:13-24. Masa kecil dan masa remaja Joyce di California dihantui rasa takut yang berkepanjangan sebab ia berulang-kali menjadi korban dari sexual and emotional abuse dari ayah kandungnya sendiri. Ibunya suatu hari pernah memergoki perilaku bejat suaminya saat menyetubuhi Jocye anak kandung mereka, tetapi ia hanya bisa 37 bungkam dan membiarkan kejadian itu tetap berlanjut, bukannya menolong Joyce. Hal ini membuat Joyce memendam rasa benci yang mendalam, juga terhadap ibunya. Pada usia 18 tahun, Joyce kabur dari rumahnya, lalu bertemu dengan seorang laki-laki yang kemudian menikahinya. Akan tetapi ternyata suaminya itu adalah seorang penipu, pencuri bahkan manipulator ulung. Selama 5 tahun ia hidup menderita dengan suami salah pilih semacam itu. Saat mengandung dan melahirkan anak pertama, suaminya bahkan pergi meninggalkan dirinya karena menikahi wanita lain yang rumahnya hanya berselang dua blok saja dari rumah kontrakan tempat tinggal mereka berdua. Dan yang lebih menyakitkan lagi, suaminya pergi dengan menyebarkan fitnah jika bayi yang dilahirkan Joyce bukanlah berasal dari benihnya. Dengan kondisi kesehatan fisik yang menurun drastis, beban psikologis yang berat, tak memiliki uang, tak punya jaminan kesehatan dan terusir dari rumah kontrakan; Joyce membawa anaknya untuk kembali pulang ke rumah orang tuanya di musim panas 1966. Rumah orang tuanya kembali dirasakan bukan sebagai tempat yang nyaman dan terlindung baginya, karena kali ini ia harus menghadapi ibunya yang mengalami depressi parah yang nampak dalam gejala-gejala: kerap berperilaku kasar keras kepadanya Joyce pernah dipukuli berkali-kali dengan sapu karena lalai mengepel lantai kamar mandi agar kering kembali begitu selesai ia gunakan, selalu membawa pisau di dalam tasnya kemanapun ia pergi, menterormengancam pekerja di rumah yang melakukan kesalahan kecil, berteriak-teriak, meracau dan mengomel tentang apa saja yang ada dan terjadi. Hidup di rumah orangtuanya semacam itu dialaminya seperti berada di dalam neraka di siang bolong saja “My life was a living hell”. Dalam suasana hidup yang pedih dan pilu semacam itu ia selalu berdoa dalam hati , “Dear God, please let me be happy… Someday, give me someone who really loves me and make it someone who will take me to the church”. 38 Akhirnya, doanya terjawab juga, sebab pada tanggal 7 Januari 1967, seorang laki-laki tetangga di rumah orangtuanya bernama Dave Meyer meminang dan menikahinya. Dave adalah laki- laki yang baik, bertanggungjawab, penuh perhatian dan sangat religius karena selalu mengajak Joyce pergi beribadat ke gereja. Ia juga bersedia menerima masa lalu Joyce yang gelap itu dan selalu meyakinkan Joyce jika ia tetap layak dicinta dan mencinta. Berkat pengertian dan pendampingan Dave yang setia akhirnya Joyce menjadi dekat dengan Tuhan, dapat mengolah pengalaman pahitnya hingga bersedia mengampuni kesalahan orang-orang di masa lalu ayah, ibu dan suami pertamanya. Akibatnya, hidupnya yang yang tadinya retak tersayat-sayat itu bisa menjadi pulih dan utuh wholeness kembali hingga ia dapat menjadi pengkhotbah ulung dan penulis ternama. Buku-bukunya berisi motivasi tentang pentingnya mengolah pengalaman traumatis di masa lalu supaya dapat mengalami pembebasan batin dan kebahagiaan hidup. Berkat bimbingan suaminya, Dave Meyer, Jocye dapat memahami jika Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan supaya mengalami kebahagiaan. Pengalaman penderitaannya di masa lalu yang tidak mengalami tebaran cinta dari kedua orang tuanya dan juga suami pertamanya ia serahkan kepada Allah sebagai kurban rohani yang menyatukan hidupnya dengan hidup Kristus yang tersalib. Ia pun dapat merasakan kasih Allah itu terus mengalir dalam hidupnya melalui kehadiran suaminya Dave Meyer. Akibatnya ia sungguh merasa telah mengalami kekuatan Sabda ilahi sebagaimana termuat di dalam 1 Yohanes 4:18-20: ”Di dalam kasih, tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata ia mengasihi Allah tetapi ia membenci saudaranya maka ia adalah pendusta. Karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang 39 tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya”. Berbekal Sabda ilahi itu maka: 1 ia dapat mengampuni kesalahan ayah dan ibunya di masa lalu, dan 2 ia mengalami pembebasan dari lilitan perasaanemosi negatif yang merajut hidupnya dan berganti menjadi emosi positif . Tugas Cobalah melakukan refleksi diri untuk dapat mengetahui: a. Perasaan-perasaan negatif apakah yang masih menguasai hidupmu? Apakah yang menyebabkannya? b. Apakah akibatnya bagi dirimu sendiri maupun orang-orang di sekitarmu? c. Perasaan-perasaan positif apakah yang ingin kamu upayakan untuk mengubah perasaan-perasaan negatif itu supaya hidupmu terasa damai? Jelaskan.

D. TAHAP AKHIR HIDUP MANUSIA