107
C. AKAR PERILAKU KORUPSI
Akar dari perilaku korup yang dilakukan oleh seseorang bisa disebabkan oleh faktor dari dalam internal atau dari luar
eksternal, sebagai berikut: 1.
Faktor Internal Perilaku Korupsi
Akar korupsi yang berasal dari dalam diri manusia biasanya berupa kecenderungan-kecenderungan seperti:
a. Keserakahan greed untuk memenuhi kebutuhan tanpa
batas dengan cara yang instant seketika. Hidup adalah gugusan kebutuhan: aneka kebutuhan itu terus-menerus
merongrong manusia dari dalam dan menderanya untuk segera bertindak guna mencari pemenuhannya. Dalam
konteks korupsi, kebutuhan yang merorongnya adalah kebutuhan akan uang demi menimbun harta-benda yang
bagus, mewah,serta berguna bagi kelancaran, kenyamanan dan peningkatan status hidupnya. Kebutuhan akan
uang ini dengan cepat dapat berkembang menjadi sikap rakus greed yang membuatnya hanya memikirkan
kepentingannya sendiri dan tidak memperdulikan nasib sesama. Pemenuhan kebutuhan semacam ini
tidak mempunyai batas maksimal atau tidak mengenal “titik sarat”. Pemuasan kebutuhan yang satu senantiasa
merangsang hasrat untuk memuaskan kebutuhan akan yang lainnya atau menimbulkan hasrat untuk mencari
pemuasan yang makin intensif. Eskalasi kebutuhan jenis ini memang tak kunjung henti. Itulah yang menyebabkan
batas di antara kebutuhan need dan kerakusan greed menjadi kabur. Perilaku oknum-oknum pejabat tinggi
negara yang terlibat dalam kasus korupsi yang membuat mereka memiliki harta berlimpah-ruah merupakan
contoh nyata dari pribadi-pribadi yang dikuasai oleh kecenderungan keserakahan.
108
Keserakahan telah menyebabkan manusia menjadi eksklusif
atau hanya mengindahkan kebutuhan dirinya semata, tidak memiliki kepedulian akan nasib sesama, atau pada sapaan dari
Allah = dapat merasakan keprihatinan Allah yang nampak dalam peristiwa hidup sehari-hari, terutama di tempat dimana orang
merintih dan mengeluh kesusahan karena didera beban hidup yang berat. Yohanes pembaptis menggambarkan keserakahan sebagai
perilaku yang tidak mau berbagi, tidak mau mencukupkan diri dengan gajinya, menagih lebih banyak dari yang ditentukan, serta
memeras dan merampas hak rakyat bdk. Luk 3: 11-14. Sedangkan menurut 1 Tim 6: 9-10 akar utama manusia memiliki keserakahan
adalah karena hatinya dikuasai kecenderungan jahat berupa cinta uang:
“Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan
yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah
cinta uang. Oleh karena memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-
bagai duka”.
b. Kebohongan dan kemunafikan, juga merupakan akar dari
perilaku korup. Pribadi yang korup cenderung berperilaku bohong dengan cara menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada, menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya,
memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi, menggelapkan
merusakkan atau membuat tidak dapat digunakan barang, akta, surat atau daftar yang digunakan untuk
meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
109
2011: 25-26. Padahal pelaku-pelaku yang berwenang itu sebelum memangku jabatan telah mengucapkan sumpah
di hadapan publik atau pengurus lembaga, bahwa dalam melaksanakan kewenangannya itu tidak akan berbuat
melawan hukum seperti menerima suap, mementingkan diri dan keluarga atau kelompoknya; serta berjanji untuk
bekerja keras, melayani rakyat, bersedia ditempatkan di manapun. Tetapi kenyataan menunjukkan, bahwa sumpah
itu tidak berbobot sama sekali, sehingga perilaku korup merajalela di seluruh tingkat kewenangan, dari tingkat
Rukun Tetangga RT sampai Lembaga Tinggi Negara.
Yesus mengecam kebohongan atau kemunafikan. Hal tersebut nampak pada sabda-Nya yang pedas saat berhadapan dengan orang
Farisi, yang dianggap-Nya sebagai orang-orang munafik. Mereka tampak berperilaku baik, berdoa panjang-panjang, mentaati segala
hukum dan aturan tetapi hati mereka penuh dengan nafsu untuk merampas milik orang lain. Praktek kemunafikan orang Farisi
dikecam Yesus lewat sabda-Nya berikut Mat 7: 3-5:
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok
di dalam matamu? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
2.
Faktor Internal Perilaku Korupsi
Korupsi yang dilakukan seseorang juga karena ada pengaruh dari faktor-faktor eksternal berupa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 2011: 41-45:
a. Faktor politik
: Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Salah satu bentuknya adalah politik
110
uang money politics. Politik uang merupakan tingkah laku negatif karena uang digunakan untuk membeli suara atau
menyogok para pemilih atau anggota-anggota partainya supaya memenangkan si pemilu si pemberi uang. Bentuk-
bentuk korupsi yang disebabkan oleh konstelasi politik misalnya: penyimpangan pemberian kredit atau penarikan
pajak pada penguasaha, kongsi antara penguasa dengan pengusaha, pemerasan uang suap, pencurian barang-
barang publik untuk kepentingan pribadi.
Tugas : Cobalah menginventarisasi kasus-kasus politik uang
yang terjadi akhir-akhir ini di lingkunganmu, lalu bagaimana pendapatmu atas perilaku tersebut?
b. Faktor hukum
: Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain
lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas- tegas sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping
dengan peraturan lain baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi. Sanksi yang tidak equivalen dengan
perbuatan yang yang dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat.
Tugas : Carilah salah produk hukum yang buruk seperti
Keppres yang bermasalah lalu diskusikan: Apakah penyebab produk hukum tersebut tidak sesuai antara tujuan dibuatnya
hukum dan produk yang dihasilkan? Apakah kondisi tersebut dapat menjadi potensi untuk melahirkan tindak korupsi?
c. Faktor ekonomi : Faktor ekonomi juga merupakan
salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan. Akan tetapi pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena de facto ada pemimpin
111
yang bukan tergolong miskin karena sudah memiliki pendapatan
yang tinggi
tetap terdorong
untuk melakukan praktek korupsi. Jadi korupsi bukan
disebabkan oleh kemiskinan tetapi justru sebaliknya kemiskinan disebabkan oleh korupsi.
Tugas : Coba cari data: ada orang miskin karena gaji kecil
yang melakukan praktek korupsi. Juga tentang pemimpin yang melakukan korupsi.
d. Faktor organisasi : Organisasi dalam hal ini adalah
organisasi dalam arti luas, termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi
yang membuka peluang terjadinya korupsi biasanya disebabkan karena: kurang adanya teladan dari
pemimpin, tidak adanya kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang
memadai, manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.
Tugas : Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Kompas
2972004 di kota Surabaya, Medan, Jakarta dan Makasar mengenai korupsi yang terjadi di tubuh organisasi kepemerintahan
eksekutif maupun legislatif disebutkan bahwa tidak kurang dari 40 responden menilai bahwa tindakan korupsi di lingkungan
birokrasi kepemerintahan dan wakil rakyat daerahnya semakin menjadi-jadi. Hanya 20 responden saja yang berpendapat korupsi
di Pemerintah Daerah dan DPR masing-masing masih berkurang.
Pertanyaan : Mengapa menurutmu mayoritas responden
40 menilai bahwa tindakan korupsi di lingkungan birokrasi kepemerintahan dan wakil rakyat daerahnya semakin menjadi-jadi?
D. ANTI-KORUPSI DALAM PERSPEKTIF KRISTIANI