59
menjadikan pasangan bahagia, mau tidak mau seseorang harus menjadi orang yang tepat bagi partnernya, bukannya mencari dan
menuntut orang yang tepatcocok dan sesuai dengan keinginan dirinya Alan Loy Mc. Ginnis, 1987:27. Dalam konteks perkawinan,
cinta hendaknya dihayati bukan lagi “untuk mencari pribadi yang cocok”, melainkan “menjadi pribadi yang cocok”. Inilah makna
cinta itu: Love is not finding the right person, but is being the right person.
3. Tujuan
Pada intinya tujuan pernikahan diarahkan untuk mengembangkan dan memurnikan cinta kasih suami-istri
menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bersama GS art. 49. Cinta yang telah ditempatkan sebagai dasar perlu terus-
menerus dipelihara, dipupuk, digairahkan, dikembangkan dan semakin disempurnakan. Indikator perkembangan cinta yang
paling nyata dialami oleh suami-isteri adalah kelahiran anak. Anak adalah buah cinta kasih suami-isteri yang hidup, yang perlu
dirawat dan dididik agar dapat tumbuh berkembang mencapai kedewasaannya. Namun anak kandung bukanlah satu-satunya
wujud perkembangan cinta kasih suami-isteri. Suami-istri tetap dapat menghayati kedudukannya sebagi ayah dan ibu yang penuh
kasih terhadap anak yang dirawat dan diasuhnya, meskipun bukan anak kandungnya sendiri. Tidak adanya anak keturunan
bukan berarti pernikahan tersebut gagal, lalu hubungan suami- isteri kehilangan nilainya Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.14.
Cinta yang sungguh berkembang antara suami-isteri, akan membangkitkan kreativitas dan keberanian mereka, bahwa
meskipun tidak atau belum mempunyai anak mereka tetap setia dan harmonis, bahkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pendidikan dan masa depan anak-anak yang terlantar. Kehadiran anak angkat atau adopsi dalam keluarga akan mendatangkan
kebahagiaan, kedamaian serta meneguhkan cinta suami-isteri.
60
Karena dengan begitu mereka dapat mengarahkan cinta yang semakin hidup dan berkembang dalam diri seorang anak yang
telah dihayati sebagai buah hatinya sendiri.
Jadi, tujuan lain hidup berkeluarga yang lebih bersifat sekunder, seperti: memperoleh keturunan, pemenuhan kebutuhan
seksual, serta mencapai kesejahteraan hidup sosial, ekonomi, material, dll. perlu ditempatkan dalam perspektif tujuan pokoknya,
yakni untuk mengembangkan dan memurnikan cinta kasih suami- istri. Kebahagiaan, kesejahteraan kedamaian, keharmonisan,
kesetiaan, serta keutuhan adalah tanda otentik cinta suami-isteri yang sungguh hidup dan berkembang semakin murni. Suasana
hidup berkeluarga semacam ini dapat diupayakan melalui tujuan sekunder dalam pernikahan.
4. Cinta dan Seksualitas