10
b. Macam-macam Norma
Sebagaimana nilai
memiliki hirarki
demikian juga
perwujudan nilai itu dalam norma akan hirarkis pula. Selama hidup kita, kita mengetahui dan terlibat dalam banyak norma,
mulai dari norma keluarga, sekolah, desa, masyarakat adat, agama, negara, dan sebagainya. Ada norma yang dirumuskan positif yang
berbentuk perintah. Contoh: Hormatilah orang tuamu. Ada norma yang dirumuskan negatif yang berbentuk larangan. Contoh: jangan
mencuri.
Dari segi kesadaran, norma dapat dibedakan menjadi kelaziman, adat istiadat dan hukum. Kelaziman merupakan
norma yang diikuti tanpa berpikir. Kelaziman terbentuk karena alasan praktis. Norma adat mengandung nilai, atau makna atau
keyakinan. Adat dibentuk untuk menjamin akan ketercapaian dari nilai yang diyakini oleh kelompok. Dalam konteks praksis sosial
antara kelaziman dan adat istiadat kadang tidak jelas batasnya. Norma dengan taraf kesadaran paling tinggi disebut hukum.
Hukum adalah aturan yang rasional untuk mencapai tujuan kelompok masyarakat negara, diumumkan oleh lembaga yang
berwenang. Hukum adalah aturan bukan hanya nasihat. Hukum dibuat dengan sengaja melalui proses demokrasi atau penetapan,
diakui, diterapkan pada keadaan nyata. Pelaksanaannya ditegakkan dan diawasi. Bagi yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi.
Norma yang menyangkut hidup sosial paling dalam ialah norma moral. Norma ini disusun berdasarkan kodrat, martabat
dan hakikat pribadi manusia yang tetap, sehingga norma ini dapat disebut juga hukum kodrat. Norma moral ini sebagian dapat
muncul atas dasar iman atau wahyu. Norma yang muncul dari iman dan wahyu disebut norma agama. Norma ini tidak hanya
menunjuk kehidupan di dunia ini tatapi juga kehidupan setelah kematian. Norma agama meliputi juga berbagai bidang kegiatan
dalam agama tersebut, seperti ibadat, hidup keluarga, hidup
11
pribadi manusia, kepemimpinan, kerja, pendidikan dan sebagainya Kieser, 1987:158-160.
c. Fungsi Norma
Kieser 1987:160-161 mengemukakan bahwa norma berfungsi untuk mengatur kerjasama dalam memenuhi kebutuhan
hidup, keberlangsungan kelompok, dan mengungkapkan harapan kelompok. Setiap orang memiliki kepentingan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, sangat mungkin terjadi konflik dan agresi-agresi, maka agar kebutuhan
dapat terpenuhi diperlukan norma.
Setiap kelompok ingin mempertahankan keberadaannya. Kelompok mengharapkan bahwa kelompoknya terus hidup.
Penerusan hidup kelompok tersebut terjadi melalui keturunan dan masuknya anggota baru. Keturunan dan anggota baru perlu dibina
tentang kehidupan bersama oleh anggota lama. Bentuk kehidupan bersama tampak dalam norma. Penerusan hidup bersama berarti
belajar menaati norma.
Norma mengungkapkan harapan kelompok tentang apa yang baik, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan. Anggota kelompok
diharapkan menghargai dan mencapai nilai-nilai yang terkandung dalam norma kelompok tersebut. Norma moral mengingatkan
anggota kelompok akan perbuatan-perbuatan baik yang harus dilakukan demi diri dan sesama. Dalam hal inilah dimensi moral
muncul.
Selain fungsi di atas, Chang 2001:87-88 mengungkapkan satu fungsi lagi yakni menarik perhatian akan gejala ‘pembiasan emosi’.
Dalam tindakan kejahatan, korban secara emosional cenderung ingin balas dendam. Tindak balas dendam karena emosi, memiliki
kecenderungan lebih jahat dari tindakan yang mengenainya. Dalam tindakan balas dendam ada pembiasan emosi. Kalau ini berlanjut
terus kelangsungan hidup bersama bisa terancam. Norma menarik perhatian akan tindakan yang bias emosi tersebut. Artinya, dengan
12
adanya norma manusia diajak untuk bertindak rasional daripada emosional.
d. Fungsi Norma dalam Moralitas