71
E. PERSOALAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KDRT
Secara umum Gereja menyadari adanya persoalan yang melanda kehidupan keluarga. Kesadaran tersebut telah terungkap
sejak zaman Konsili Vatikan II, sebagaimana diuraikan dalam dokumen berikut:
“Akan tetapi tidak di mana-mana martabat lembaga itu sama-sama berseri semarak, sebab disuramkan oleh poligami,
malapetaka perceraian, apa yang disebut percintaan bebas, dan cacat-cedera lainnya. Selain itu cinta perkawinan cukup sering
dicemarkan oleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah-cara yang tidak halal melawan timbulnya keturunan. Kecuali itu situasi
ekonomis, sosio-psikologis dan kemasyarakatan dewasa ini menimbulkan gangguan-gangguan yang tak ringan terhadap
keluarga” GS. No. 47.
Persoalan di atas menggambarkan tentang praksis hidup berkeluarga yang menyimpang dari prinsip-prinsip dasar
perkawinan secara katolik. Penyimpangan tersebut menggabarkan kesalahan dalam penghayatan hidup berkeluarga, yakni
menyangkut hal-hal sbb: kedudukan serta peranan suami dan istri, penghayatan cinta dan seks dalam pernikahan, konsep pendidikan
bagi anak-anak dalam keluarga, konsep kebahagiaankesejahteraan dalam hidup berkeluarga, pengelolaan ekonomi rumah tangga,
serta peran sosial suami dan istri dalam hidup kemasyarakatan. Hal-hal itulah yang sering menimbulkan praksis-praksis dalam
bentuk kekerasan atau pemaksaan yang terjadi dalam keluarga.
1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga UU PKDRT,
pengertian kekerasan dalam rumah tangga diuraikan sbb.:
72
“Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”.
Lingkup rumah tangga yang dimaksud dalam Undang- undang ini adalah: suami, isteri, dan anak; orang-orang yang
mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang tinggal dalam rumah tangga; serta pembantu
rumah tangga yang bekerja dan menetap dalam rumah tangga tersebut ayat 2. Perbuatantindakan kekerasan bisa dalam
bentuk fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh orang dalam lingkup rumah tangga tersebut, yang mengakibatkan orang lain
dalam rumah itu mengalami penderitaan serta rumah tangganya menjadi terlantar. Yang sering menjadi korban KDRT adalah kaum
perempuan istripembantu serta anak-anak, dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya. Pada
dasarnya tindakan kekerasan adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang anggota keluarga terhadap orang
lain dalam keluarga itu, yang membahayakan dan mengancam keselamatan manusia maupun keutuhan rumah tangga.
2. Penyebab terjadinya KDRT
Secara umum latar belakang penyebab terjadinya KDRT antara lain:
a. Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara: Pandangantradisi patriarkal, yang memandang bahwa
kedudukan kaum laki-laki suami lebih tinggi daripada perempuan istri menjadi penghalang besar bagi
kesederajatan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan KWI, 2011:45. Pandangan tersebut bisa merusak keharmonisan dan
73
mengancam keutuhan hubungan suami-istri dalam rumah tangga. Hubungan suami-istri bukanlah hubungan kekuasaan,
melainkan hubungan partnership yang didasarkan pada kesetaraan derajat.
b. Pandangan yang keliru, bahwa laki-laki kodratnya lebih kuat dari pada perempuan. Pandangan ini sering menjadi
keyakinan umum yang berlaku di tengah masyarakat, sehingga menimbulkan paradigma bahwa laki-laki dalam segala hal
harus kuat, berkuasa, menang, berani melawan, serta tegas tanpa ampun. Laki-laki diciptakan dari tulang rusuk wanita,
dengan demikian setara dengan perempuan supaya dapat melindungi, bukan menindas dan menguasai.
c. KDRT dianggap sebagai persoalan pribadi suami istri dan intern keluarga: Pandangan ini menutup kesadaran akan
adanya pelanggaran hak azasi antar sesama manusia dalam tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan yang terjadi dalam
keluarga bukan semata-mata merupakan permasalahan pribadi dan intern, melainkan sekaligus menjadi masalah
sosial.
3. Bentuk-bentuk KDRT