Pokok-pokok Refleksi Moral

70 memuncak dalam penyambutan Sakramen Tobat Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.58. Tugas pengudusan dari orang tua dilaksanakan dalam doa bersama yang terpusat pada peristiwa hidup berkeluarga. Dengan demikian orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anak berdoa agar mempunyai relasi pribadi dengan Allah. Pembinaan hidup doa akan lebih baik melalui teladan orang tua dalam hidup doa mereka sendiri dan diadakan doa bersama dalam keluarga. Doa keluarga berguna juga untuk mempersiapkan anggota keluarga bagi doa dan ibadat Gereja. Keluarga juga mempunyai tugas rajawi, yakni memberi arah dan kepemimpinan dengan melayani sesama manusia, seperti Kristus Raja Rm 6:12. Dalam tugas rajawi ini keluarga harus melihat setiap orang termasuk anaknya sebagai citra Allah terutama mereka yang menderita dan semuanya itu harus dilaksanakan dan didasarkan dalam cinta kasih

3. Pokok-pokok Refleksi Moral

a. Di hadapan Allah, pria dan wanita pada hekikatnya memiliki martabat dan derajat yang sama. Terangkan arti pernyataan tersebut dan apa konsekuensinya bagi kita dalam menjalin hubungan dengan orang yang berlawanan jenis dalam perspektif hidup berkeluarga? b. Bagaimana tanggapan anda terhadap sebuah keluarga yang hidupnya tidak menunjukkan suatu persekutuan komunitas hidup antara suami-istri? c. Setujukah anda terhadap praktek poligami atau poliandri dalam pernikahan? Jelaskan tanggapan anda d. Berikan tanggapan anda mengenai kasus pisah ranjang atau perceraian berdasarkan ajaran Kristiani 71

E. PERSOALAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KDRT

Secara umum Gereja menyadari adanya persoalan yang melanda kehidupan keluarga. Kesadaran tersebut telah terungkap sejak zaman Konsili Vatikan II, sebagaimana diuraikan dalam dokumen berikut: “Akan tetapi tidak di mana-mana martabat lembaga itu sama-sama berseri semarak, sebab disuramkan oleh poligami, malapetaka perceraian, apa yang disebut percintaan bebas, dan cacat-cedera lainnya. Selain itu cinta perkawinan cukup sering dicemarkan oleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah-cara yang tidak halal melawan timbulnya keturunan. Kecuali itu situasi ekonomis, sosio-psikologis dan kemasyarakatan dewasa ini menimbulkan gangguan-gangguan yang tak ringan terhadap keluarga” GS. No. 47. Persoalan di atas menggambarkan tentang praksis hidup berkeluarga yang menyimpang dari prinsip-prinsip dasar perkawinan secara katolik. Penyimpangan tersebut menggabarkan kesalahan dalam penghayatan hidup berkeluarga, yakni menyangkut hal-hal sbb: kedudukan serta peranan suami dan istri, penghayatan cinta dan seks dalam pernikahan, konsep pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga, konsep kebahagiaankesejahteraan dalam hidup berkeluarga, pengelolaan ekonomi rumah tangga, serta peran sosial suami dan istri dalam hidup kemasyarakatan. Hal-hal itulah yang sering menimbulkan praksis-praksis dalam bentuk kekerasan atau pemaksaan yang terjadi dalam keluarga.

1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT

Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga UU PKDRT, pengertian kekerasan dalam rumah tangga diuraikan sbb.: