73
mengancam keutuhan hubungan suami-istri dalam rumah tangga. Hubungan suami-istri bukanlah hubungan kekuasaan,
melainkan hubungan partnership yang didasarkan pada kesetaraan derajat.
b. Pandangan yang keliru, bahwa laki-laki kodratnya lebih kuat dari pada perempuan. Pandangan ini sering menjadi
keyakinan umum yang berlaku di tengah masyarakat, sehingga menimbulkan paradigma bahwa laki-laki dalam segala hal
harus kuat, berkuasa, menang, berani melawan, serta tegas tanpa ampun. Laki-laki diciptakan dari tulang rusuk wanita,
dengan demikian setara dengan perempuan supaya dapat melindungi, bukan menindas dan menguasai.
c. KDRT dianggap sebagai persoalan pribadi suami istri dan intern keluarga: Pandangan ini menutup kesadaran akan
adanya pelanggaran hak azasi antar sesama manusia dalam tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan yang terjadi dalam
keluarga bukan semata-mata merupakan permasalahan pribadi dan intern, melainkan sekaligus menjadi masalah
sosial.
3. Bentuk-bentuk KDRT
a. Kekerasan Fisik
Bentuk-bentuk kekerasan fisik kategori berat yang dialami korban misalnya: dipukul, dicambuk, ditendang, ditusuk, disiram
air panas atau cairan berbahaya, dibakar, ditenggelamkan dalam air, disekap dalam kamar tertutup, tidak diberi makan, dll. Akibat
yang diderita korban atas tindakan tersebut adalah: 1 Cedera atau cacat pada bagian tumbuh tertentu. 2Lemas dan pingsan. 3
Kehilangan salah satu panca indera. 4 Menderita sakit lumpuh. 5 Mengalami gangguan fungsi pendengaran, penglihatan, dan daya
ingat. 6 Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari. 7 Mengalami luka berat pada bagian tubuh tertentu dan menimbulkan bahaya
74
kematian. 8 Keguguran kandungan bagi seorang perempuan yang sedang hamil. 9 Kematian korban.
Bentuk-bentuk kekerasan fisik secara ringan, berupa: menampar, menjambak, mencubit, mendorong, dan perbuatan
lainnya yang mengakibatkan: 1 Memar, lecet, dan cedera ringan. 2 Rasa sakit yang tidak masuk dalam kategori berat.
b. Kekerasan Psikis
Beberapa bentuk kekerasan psikis berat, adalah berupa: tindakan pengendalian dan pemaksaan, intimidasi, manipulasi,
eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, pelarangan dengan ancaman, pengawasan dan pembatasan
yang berlebihan, dan tindakan isolasi sosial. Tindakan tersebut bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu
atau beberapa hal berikut: 1 Gangguan tidur, gangguan makan, ketergantungan obat, disfungsi seksual yang salah satu atau
kesemuanya berat dan atau menahun. 2 Gangguan stres pasca trauma. 3 Gangguan fungsi tubuh berat seperti tiba-tiba lumpuh
atau buta tanpa indikasi medis. 4 Depresi berat atau destruksi diri. 5 Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan
realitas seperti skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya. 6 Bunuh diri.
Bentuk kekerasan seperti tersebut di atas yang dilakukan secara ringan tidak berlebihanekstrim, bisa mengakibatkan
penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di bawah ini: 1 Minder, merasa diri tidak berharga. 2 Ketakutan dan
perasaan terteror. 3 Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri. 4 Hilangnya kemampuan untuk bertindak. 5 Secara temporer
mengalami gangguan tidur, gangguan makan, gangguan fungsi seksual. 6 Gangguan fungsi tubuh ringan misalnya, sakit kepala,
gangguan pencernaan tanpa indikasi medis. 7Fobia atau depresi temporer
75
c. Kekerasan Seksual