66
Konsekuensi dari corak tersebut adalah, bahwa keluarga Kristiani bukanlah semata-mata merupakan rukun hidup,
melainkan sekaligus rukun iman. Justru dengan kata Kristiani hendaknya dimensi iman menjiwai seluruh dinamika hidup
keluarga itu. Sebagaimana cara hidup jemaat perdana, keluarga Kristiani perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi iman
ini. Artinya, dalam perjalanan dan pergulatan hidup keluarga itu, hendaknya iman digali unsur wawasannya, diungkapkan
atau dirayakan dalam doa, dihayati dalam hubungan kasih persaudaraan, diwujudkan dalam tindakan nyata, serta disaksikan
secara radikal, agar mendatangkan suka cita bagi sesama. Pola penghayatan iman yang kompleks dan dinamis semacam ini, serta
seiring dengan tugas perutusan Gereja dalam karya pastoralnya, perlu terus-menerus ditumbuhkan dalam keluarga.
2. Peranan Keluarga
a. Mengabdi Kehidupan
Peranan keluarga Kristiani yang juga sangat penting adalah mengabdi kehidupan. Peranan mengabdi kehidupan dari keluarga
pertama-tama adalah penyaluran kehidupan. Peranan keluarga menyalurkan kehidupan diwujudkan melalui pengadaan keturunan.
Kesuburan cinta kasih suami isteri terbuka bagi adanya keturunan. Hubungan suami isteri tidak hanya berpusat pada hubungan seks
saja. Seksualitas harus semakin mengarahkan diri akan maknanya sebagai ungkapan penyerahan diri masing-masing pribadi dengan
cinta kasih yang mendalam unifikasi dan penuh syukur atas Rahmat Kasih Allah yang telah memanggil mereka untuk hidup
berkeluarga. Di samping itu peranan hubungan seks dalam rangka prokreasi dalam keluarga harus semakin mempersatukan
ikatan mereka yang tak terceraikan serta memberi orientasi dalam mencapai perkembangan hidup berkeluarga. Oleh karena itu segala
usaha yang menghalangi terjadinya prokreasi dengan tujuan dan
67
cara apa pun yang melanggar hakekat perkawinan dan melanggar nilai moral harus ditolak Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.32.
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut di atas, tugas orang tua untuk mengabdi kehidupan adalah mendidik anak-anak.
Pendidikan anak merupakan hak dan kewajiban orang tua. Cinta kasih menjadi sumber yang mendasari mereka dalam mengemban
tugas untuk mendampingi anak-anak mereka yang sedang bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baru dalam
menghayati hidup manusiawi secara penuh. Tugas orang tua mendidik anak merupakan tugas yang amat penting dan tidak
bisa digantikan oleh siapa pun. Orang tua hendaknya mampu menciptakan situasi, relasi dan komunikasi yang penuh cinta
kasih dan diliputi semangat cinta kasih kepada Allah dan sesama, sehingga menunjang pendidikan pribadi termasuk pembinaan
iman anak. Maka keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama sangat dibutuhkan oleh keluarga itu sendiri,
Gereja dan masyarakat Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.36.
b. Ikut Serta Dalam Pengembangan Masyarakat
Keluarga sebagai sel masyarakat mempunyai peranan yang pertama dan amat penting dalam mengembangkan masyarakat
yang sehat. Masyarakat yang sehat dapat terwujud oleh faktor adanya keluarga yang sehat pula. Ada tiga syarat Yang menentukan
kesehatan keluarga, yakni: kesatuan keluarga monogami, kokohnya keluarga tak terceraikan, dan pendidikan yang
dilaksanakan oleh orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dengan penuh tanggung jawab Paus Yohanes Paulus II, 1994:
art.32.
Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk bekerjasama
membela dan mengembangkan kesejahteraan setiap orang. Tetapi masyarakat harus mengakui keberadaan “keluarga sebagai rukun
hidup yang mempunyai hak aslinya sendiri.” Paus Yohanes Paulus
68
II, 1994: art.45. Berdasarkan prinsip tersebut maka masyarakat khususnya negara harus menghormati hak-hak hakiki yang
dimiliki oleh keluarga dan tidak bisa mengambilalih peranan- peranan keluarga. Negara harus mampu mengusahakan agar
keluarga dapat mencukupi semua kebutuhan di bidang: ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan kebudayaan secara memadai.
Dalam suasana kesatuan yang akrab keluarga sebagai sekolah hidup bermasyarakat dapat menumbuhkan semangat berkorban
dan dialog untuk dapat membina dan mengembangkan sikap sosial, rasa tanggung jawab. Maka orang tua mampu mengajak
anak belajar memperhatikan orang lain. Hidup di tengah-tengah masyarakat bukannya tanpa resiko. Dalam menghadapi masyarakat
yang sedang mengalami perubahan dan perkembangan di bidang teknologi yang pesat keluarga banyak menghadapi berbagai
macam masalah. Kalau tidak waspada menghadapi kebiasaan- kebiasaan buruk masyarakat akan kehilangan martabat luhur
dan sifat manusiawi sehingga hidup menjadi serba terkungkung dan diatur oleh nafsu. Akibatnya, timbullah ekses-ekses seperti:
alcoholisme, narkotik dan terorisme. Namun diharapkan “keluarga masih mempunyai kekuatan untuk mengangkat manusia dari
keadaannya yang tak bernama, membina dan mengembangkan kesadarannya akan martabatnya, serta memperkayanya dengan
perikemanusiaan yang mendalam.” Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.42.
c. Berperan Serta Dalam Kehidupan dan Misi Gereja