60
Karena dengan begitu mereka dapat mengarahkan cinta yang semakin hidup dan berkembang dalam diri seorang anak yang
telah dihayati sebagai buah hatinya sendiri.
Jadi, tujuan lain hidup berkeluarga yang lebih bersifat sekunder, seperti: memperoleh keturunan, pemenuhan kebutuhan
seksual, serta mencapai kesejahteraan hidup sosial, ekonomi, material, dll. perlu ditempatkan dalam perspektif tujuan pokoknya,
yakni untuk mengembangkan dan memurnikan cinta kasih suami- istri. Kebahagiaan, kesejahteraan kedamaian, keharmonisan,
kesetiaan, serta keutuhan adalah tanda otentik cinta suami-isteri yang sungguh hidup dan berkembang semakin murni. Suasana
hidup berkeluarga semacam ini dapat diupayakan melalui tujuan sekunder dalam pernikahan.
4. Cinta dan Seksualitas
Cinta antar pria dan wanita sering dimengerti sebagai hubungan yang intens dan bersifat pribadi. Dalam hubungan tersebut terjadi
perjumpaan antar pribadi, yang menyangkut seluruh aspek diri manusia, yaitu: jiwa dan raganya. Berkaitan dengan aspek jiwa, cinta
manusia akan menunjuk dinamika dan pengalaman batinnya, yakni: tertarik, suka, rindu, bahagia, semangatbergaerah, nyaman, dsb.
Pengalaman jiwa tersebut muncul bersamaan dengan perjumpaan secara ragawi, di mana keindahan fisik cantik, tampan, gagah,
maco, montok, dsb. membangkitkan rasa tertarik, suka, rindu, dst. Ketertarikan antar pria dan wanita adalah suatu kenyataan kodrat,
karena secara kodrati seks manusia memiliki daya tarik satu sama lain. Demikianlah pengalaman ketertarikan, bahkan cinta antara
pria dan wanita tidak bisa dilepaskan dengan daya seksnya.
Seks dipahami sebagai jenis kelamin yang membedakan seseorang sebagai pria atau wanita dari sisi biologis. Seks merupakan
ciri kepriaan atau kewanitaan yang bersifat kodrati berdasarkan fungsi genital alat kelamin dan organ reproduksi. Ciri-ciri tersebut
akan mempengarui kepribadian seseorang sebagai pria atau
61
wanita. Dari seksnya jenis kelamin, kita dapat mengenal pribadi seseorang. Namun pengenalan akan kepribadian seseorang tidak
hanya menyangkut jenis kelaminnya seks yang bersifat biologis saja, melainkan menyangkut keseluruhan diri orang itu, yakni:
jasmani, kejiwaan, sifat-sifatnya, cara befikir, perasaan, bakat- bakat, dsb. seksualitas. Seksualitas merupakan kualitas kepriaan
atau kewanitaan yang mewarnai seluruh kepribadian seseorang.
Manusia, dengan seksualitasnya adalah sosok makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki martabat lebih luhur dibanding
makhluk ciptaan yang lain. Keluhuran martabat manusia terletak pada kodratnya sebagai makhluk yang diciptakan secitra dengan
Sang Pencipta Kej 1:26a-27 dan yang diangkat menjadi rekan kerja Allah dalam karya ciptaan Kej 1:28. Allah menciptakan manusia
laki-laki dan perempuan sesuai gambar dan rupa-Nya. Laki-laki dan perempuan sebagai kesatuan mencerminkan gambar dan
rupa Allah. Laki-laki dan perempuan itulah yang menciptakan keutuhan manusia sebagai gambar dan rupa Allah Deshi, 2009:52.
Bukan hanya laki-laki atau perempuan saja yang mencerminkan gambar dan rupa Allah, melainkan keutuhan manusia itu pria
dan wanita. Gambar dan rupa Allah hanya dapat dipahami dan dihayati dalam keutuhan manusia laki-laki dan perempuan.
Dengan demikian keluhuran martabat manusia perlu diupayakan dalam keutuhan manusia. Keutuhan pribadi manusia inilah yang
perlu menjadi orientasi dalam hubungan cinta antara pria dan wanita melalui pernikahan.
Penghayatan cinta dalam perspektif hidup berkeluarga harus berorientasi pada keluhuran martabat manusia menuju
keutuhan pribadi dan pemenuhan peran diri sebagai rekan kerja Allah. Oleh karena itu seluruh dinamika hidup suami-istri,
khususnya aktivitas seksual mereka harus ditempatkan dalam konteks memenuhi keluhuran martabatnya sebagai rekan kerja
Allah dan menjaga keutuhan pribadi secitra dengan Allah. Dengan ini hendak ditegaskan bahwa hubungan seks manusia
62
suami dan istri pada hekekatnya berfungsi sebagai: prokreasi dan unisi. Sebab dari kodratnya hubungan seks diarahkan untuk
memperoleh keturunan. Sebuah fungsi yang mulia dan suci, bahwa dengan seksnya manusia dipanggil menjadi rekan kerja Allah dalam
karya ciptaan baru prokreasi. Demikian juga, hubungan seks berfungsi sebagai ungkapan cinta yang eksklusif bagi pasangan
suami-istri yang diarahkan demi keutuhan dan kedalaman cinta satu sama lain unisi. Di samping itu, hubungan seks manusia
diarahkan untuk mencapai kebahagiaan bersama, yang tersimbul dalam kenikmatan dan kepuasan seksual bersama pasangannya
fungsi rekreasi. Seluruh fungsi tersebut harus dihayati secara benar, proporsional, dan bertanggungjawab oleh suami-isteri demi
terjaganya keluhuran martabat manusia.
5. Pokok-pokok Refleksi Moral