Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, 5 spesifikasi produk yang diharapkan, dan 6 definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan merupakan aktivitas belajar, yaitu proses memperoleh pengetahuan. Menurut Slameto 2010, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses di mana manusia menemukan hal baru, mengetahui, dan mengalami sesuatu yang baru. Di Indonesia, pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan penjelasan tersebut pendidikan menjadi kunci untuk kemajuan dan perkembangan yang lebih berkualitas, karena melalui pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Pendidikan yang ideal merupakan pendidikan yang diimplementasikan ke dalam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat, dilihat dari aspek sikap afektif, pengetahuan kognitif, dan keterampilan psikomotor. Dalam penerepannya, dibutuhkan pedomanacuan bagi penyelenggara pendidikan untuk mengatur dan menjalankan proses pendidikan dengan efektif. Di Indonesia terdapat kurikulum 2013 sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 Kemendikbud, 2013. Kurikulum 2013 mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, sehingga siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi, namun juga aktif dalam berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Kurikulum 2013 menuntut guru untuk terus berkreasi dan terus mencari terobosan baru dalam melaksanakan pendidikan di kelas. Hal yang perlu diperhatikan para guru adalah mengembangkan sebuah metode pembelajaran yang dapat merancang siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran dan mampu memahami dengan baik materi yang disampaikan guru. Namun fakta yang terjadi dilapangan saat ini adalah masih terdapat guru yang belum peduli pada perkembangan siswa secara menyeluruh. Siswa membutuhkan metode pembelajaran yang beragam, media pembelajaran, dan sumber belajar yang tidak hanya bersumber dari guru. Saat ini, metode ceramah merupakan metode umum dan satu-satunya yang dipergunakan guru dalam menyampaikan materi dikelas, dan ini tidak sesuai dengan apa yang termuat di dalam kurikulum 2013. Siswa menjadi kurang tertarik pada pelajaran apabila metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran sangat tidak bervariasimonoton. Guru harus jeli dengan kebutuhan siswa, dan guru tidak hanya menjadi mentor bagi siswa tetapi juga menjadi fasilitator dan mediator yang baik. Salah satu solusi bagi guru agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang benar dan sesuai dengan ketentuan dalam kurikulum 2013 adalah dengan menentukan metode pembelajaran yang efektif seperti diskusi, tanya jawab, debat, dan lain-lain. Pemilihan metode dan media pembelajaran tidak hanya bermanfaat bagi siswa, namun juga bagi guru. Melalui penyediaan media dan metode pembelajaran yang tepat siswa dapat aktif mengikuti pelajaran dan membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong berbagai upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran oleh guru dapat juga dijadikan sarana untuk menyampaikan pokok-pokok bahasan materi dalam bentuk sajian yang lebih kreatif dan mudah dipahami oleh siswa. Media pembelajaran memiliki nilai praktis dan fungsi yang besar bagi pelaksanaan pembelajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena dapat membantu tugas guru dalam menyampaikan berbagai pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan harus dengan pertimbangan yang matang, karena akan mempengaruhi hasil belajar dari siswa. Contoh dari media pembelajaran yang digunakan guru di sekolah berupa media gambar, buku, majalah, koran, poster, alat peraga, dan video pembelajaran. Media berupa video pembelajaran merupakan media pembelajaran yang masih jarang digunakan di Indonesia, karena membutuhkan proses yang panjang dalam merangkai sebuah video untuk menjadi media pembelajaran yang baik. Menerapkan media video pembelajaran di kelas juga membutuhkan alat pendukung lain, seperti OHPLCD dan speakerpengeras suara. Media video merupakan perpaduan antara suara dan gambar atau audiovisual yang menyajikan bentuk tampilan secara nyata sesuai yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mempermudah siswa dalam memahami isi dari materi yang diberikan . Guru juga dituntut untuk mampu menggunakan alat atau media yang digunakan dalam pembelajaran dan mampu menggembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya jika media tersebut belum tersedia di sekolah. Kenyataan tersebut menuntut guru di dalam melaksanakan tugasnya sebagai perancang, maupun pengelola pembelajaran untuk memiliki keterampilan dalam menyusun rencana pengajaran maupun melakukan interaksi dengan siswa, mengelola kelas, menggunakan sumber belajar termasuk di dalamnya menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Kanisius Duwet, implementasi kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa tingkat kelas, salah satunya yaitu kelas V. Namun dalam proses pembelajaran di kelas V, guru belum sepenuhnya menggunakan media pembelajaran untuk memfasilitasi pemahaman siswa, baik media berupa gambar, majalah, koran, alat peraga, ataupun berupa video pembelajaran. Dengan demikian, peneliti memilih kelas V SD Kanisius Duwet sebagai obyek penerapan media pembelajaran berupa video pembelajaran tematik. Sehubungan dengan penjelasan di atas, video tematik yang dikembangkan mempelajari berbagai hal yang dimuat dalam sebuah tema belajar yang termuat dalam Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 4 Kelas V Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran ini, siswa mempelajari materi pembelajaran tentang pengertian kegiatan industri, dampak negatif dan positif dari kegiatan industri, manfaat air dalam kegiatan industri, contoh kegiatan kemasyarakatan, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika menggunakan perkalian dan pembagian. Materi pembelajaran tersebut dirasa masih sulit dan terlalu abstrak jika dipelajari di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Video pembelajaran yang berisi contoh kegiatan industri, contoh dampak positif dan dampak negatif dari kegiatan industri, dan contoh pemanfaatan air dalam kegiatan kegiatan industri, serta contoh kegiatan kemasyarakatan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan matematika dapat membantu siswa dalam memahami secara konkrit materi tersebut. Selain menggunakan media video, guru juga dapat mengajak siswa untuk secara langsung mengamati kegiatan industri dengan mengajak siswa berkunjung ke salah satu contoh pabrik industri yang ada di sekitar sekolah. Hal tersebut dikarenakan bahwa suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan seperti yang menjadi tujuan pada penerapan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Februari 2015 di kelas V SD Kanisius Duwet, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan dan pemanfaatan media masih kurang karena guru lebih dominan menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode ceramah dan keterbatasan sekolah dalam memfasilitasi pengadaan media pembelajaran yang cukup. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa, diketahui bahwa guru lebih dominan menyampaikan materi melalui ceramah dan mencatat materi dipapan tulis, guru hanya kadang-kadang meminta siswa mempraktikan contoh kegiatan, dan siswa lebih menyukai aktivitas belajar yang lebih beragam seperti diskusi, tanya jawab dan presentasi. Selanjutnya, pada hari yang sama peneliti melakukan kegiatan wawancara kepada guru tentang sikap dan pandangan guru terhadap implementasi kurikulum 2013, dan hasil dari wawancara tersebut guru menyampaikan pendapatnya tentang penerapan kurikulum 2013 di mana guru belum sepenuhnya memahami kurikulum 2013, karena sekolah juga baru mulai menerapkan kurikulum 2013, guru sudah menggunakan beberapa media pembelajaran seperti gambar, video, dan media lain yang tersedia di sekolah. Namun yang sering digunakan adalah gambar. Media yang ada di sekolah juga masih media berdasarkan kurikulum KTSP, jadi belum bisa dimanfaatkan secara maksimal, dan media yang ada di sekolah beberap seperti alat peraga, buku, gambar, kaset video, dan media lainnya. Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami, guru menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dialami antara lain pada tahap penilaian. Menurut keterangan guru, proses mengamati setiap individu itu yang susah, membutuhkan ketelitian dan ketekunan untuk menilai. Guru berpendapat, akan lebih baik jika penilaian menggunakan kurikulum 2013 diterapkan di kelas dengan jumlah siswa maksimal hanya 10 siswa. Menurut guru, kurikulum 2013 masih sangat butuh penyempurnaan, karena belum cocok diterapkan di Indonesia, atau pada karakter siswa di Indonesia. Guru masih memerlukan penggunaan media belajar yang mengacu pada langkah-langkah saintifik, seperti video pembelajaran yang bersifat kontekstual agar guru mampu mengembangkan media pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kurikulum 2013. Guru juga memberikan masukan berupa saran agar bahan ajar kurikulum SD 2013 sedikit disesuaikan dengan budaya lokal yang ada di sekolah, saran guru pada kurikulum SD 2013 yang sudah tersedia adalah akan lebih baik jika buku tematik yang ada untuk siswa tidak disajikan berdasarkan per tema, serta penempatan mata pelajaran harus diatur ulang agar sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagai contoh, pada hari tertentu, matematika ada pada jam terakhir. Hal ini dirasa kurang sesuai karena belajar matematika membutuhkan pemikiran lebih, sedangkan jika siang hari kondisi fisik dan psikis siswa sudah mulai berkurang. Pengetahuan tidak bisa ditransfer oleh guru siswa begitu saja, tetapi pengetahuan tersebut dibangun terlebih dahulu didalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, peneliti mencoba memberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan melakukan pengembangan media pembelajaran berupa video pembelajaran tematik tema 2 sub tema 1 pembelajaran 4 untuk kelas V Sekolah Dasar. Dengan demikian,peneliti menyusun penelitian pengembangan dengan judul: “Pengembangan Media Video Tematik Kelas V Tema 2 Sub tema 1 Pembelajaran 4 Kurikulum 2013 Di SD Kanisius Duwet Tahun Ajaran 20142015”.

B. Rumusan Masalah