Pengembangan media video tematik kelas V tema 2 sub tema 1 pembelajaran 4 kurikulum 2013 di SD Kanisius Duwet tahun ajaran 2014/2015.

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013

TAHUN AJARAN 2014/2015

Ignasius Bayu Prayoga Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis audio visual berupa video tematik sesuai dengan kurikulum 2013 kelas V SD Kanisius Duwet dengan memaparkan kualitas pengembangan produk berupa video tematik. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa media video tematik pada pembelajaran 4 subtema 1 tema 2 kelas V beserta perangkat pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk video tematik melalui lima tahapan yaitu (1) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (2) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (3) pengembangan program pembelajaran, (4) memproduksi media audiovisual berupa video pembelajaran, dan (5) uji coba serta revisi produk. Validasi dilakukan oleh pakar media, guru kelas, dan siswa. Validasi oleh siswa terdiri dari dua tahap, yaitu uji coba perorangan oleh 5 orang siswa dan uji coba kelompok kecil oleh 10 orang siswa, dengan subjek ujicoba pengembangan adalah siswa kelas V. Data yang dikumpulkan berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk serta saran untuk merevisi produk.

Hasil pengembangan video tematik divalidasi oleh pakar media, guru, dan siswa. Hasil validasi dari pakar media menunjukkan skor rerata 3,0 dengan kategori baik. Validasi dari guru kelas menunjukkan skor rerata 3,3 dengan kategori sangat tinggi. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba perorangan menunjukkan skor rerata 3,25 dengan kategori baik. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba kelompok kecil menunjukkan skor rerata 3,20 dengan kategori baik. Kesimpulan dari penelitian pengembangan ini adalah media video tematik untuk siswa kelas V SD sudah “layak” digunakan sebagai media pembelajaran kurikulum 2013.


(2)

THE DEVELOPMENT OF THEMATIC VIDEO MEDIA BASED ON CURRICULUM 2013 FOR GRADE V THEME 2 SUBTHEME 1

LEARNING 4 ACADEMIC YEAR 2014/2015

Ignasius Bayu Prayoga Sanata Dharma University

2015

This research aims to develop audio visual-based learning media in the form of thematic video according to the curriculum 2013 of the grade V in Kanisius Duwet Elementary School by describing the quality of the product development in the form of thematic video. The final aim of this research is to produce a product in the form of thematic video media on learning 4 subtheme 1 theme 2 grade V along with learning instruments.

This research used Research and Development method (R&D) according to Borg and Gall. This development research produces thematic video through five phases, they include (1) the analysis of the needs of development learning program, (2) the review of competency standards and learning materials, (3) the development of learning program, (4) the producing audio visual in the form video learning, and (5) the validation and revision of the products. The validation is done by the media experts, teachers, and students. Validation by the students consists of two phases: individual validation by 5 students and a small group validation by 10 students, with the validation development subjects are grade V. The data collected in the form of the assessment results about the quality of the product as well as suggestions for revising the products.

The results of the development of thematic video validated by media experts, teachers, and students. The results of the validation from media experts showed the average score of 3.0 with categories good. The validation from teachers showed the average score of 3.3 with categories very good. The assessment of thematic video quality on individual validation showed the average score of 3.25 with categories good. The assessment of thematic video quality on small group validation showed the average score of 3.20 with a good categories. The conclusion from this development research is the thematic video media for grade V of elementary school already "good" is used as a learning media based on curriculum 2013.


(3)

i

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V

TEMA 2 SUB TEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013

DI SD KANISIUS DUWET TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ignasius Bayu Prayoga NIM : 111134234

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan, berkat, dan

penyertaan dalam menempuh dan akhirnya menyelesaikan studi

Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Suhardi dan Ibu Yustina Samilah yang

telah memberikan dukungan, doa, dan perhatian yang lebih selama ini

Kakak ku Nely Setyawati beserta keluarga, Aan Anjar Wibowo beserta

keluarga, dan adikku Maria Nadila Tiaraningrum yang telah mendoakan dan

mendukungku selama ini

Christin Setyaningrum

Yang telah memberikan pencerahan, doa, dan dukungan selama menempuh studi

dan dalam penyusunan skripsi

Seluruh rekan kelompok payung yang telah membantu dan bekerja sama

dalam penyusunan skripsi


(7)

v MOTTO

Aku tidak bisa mengubah orang lain, aku harus menjadi perubahan yang ku harapkan dari orang lain

(Mahatma Gandhi)

Jangan mengharapkan keluarga mengerti apa yang kamu lakukan, tapi bantu mereka memahami bahwa semua yang kamu lakukan adalah untuk mereka.

(Film Act Of Valor)

Succes is walking from failure to failure with no loss of enthusiasm


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015

Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ignasius Bayu Prayoga

NIM : 111134234

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V

TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013

DI SD KANISIUS DUWET TAHUN AJARAN 2014/2015

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 31 Agustus 2015

Yang menyatakan,


(10)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013

TAHUN AJARAN 2014/2015

Ignasius Bayu Prayoga Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis audio visual berupa video tematik sesuai dengan kurikulum 2013 kelas V SD Kanisius Duwet dengan memaparkan kualitas pengembangan produk berupa video tematik. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa media video tematik pada pembelajaran 4 subtema 1 tema 2 kelas V beserta perangkat pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk video tematik melalui lima tahapan yaitu (1) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (2) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (3) pengembangan program pembelajaran, (4) memproduksi media audiovisual berupa video pembelajaran, dan (5) uji coba serta revisi produk. Validasi dilakukan oleh pakar media, guru kelas, dan siswa. Validasi oleh siswa terdiri dari dua tahap, yaitu uji coba perorangan oleh 5 orang siswa dan uji coba kelompok kecil oleh 10 orang siswa, dengan subjek ujicoba pengembangan adalah siswa kelas V. Data yang dikumpulkan berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk serta saran untuk merevisi produk.

Hasil pengembangan video tematik divalidasi oleh pakar media, guru, dan siswa. Hasil validasi dari pakar media menunjukkan skor rerata 3,0 dengan kategori baik. Validasi dari guru kelas menunjukkan skor rerata 3,3 dengan kategori sangat tinggi. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba perorangan menunjukkan skor rerata 3,25 dengan kategori baik. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba kelompok kecil menunjukkan skor rerata 3,20 dengan kategori baik. Kesimpulan dari penelitian pengembangan ini adalah media video tematik untuk siswa kelas V SD sudah “layak” digunakan sebagai media pembelajaran kurikulum 2013.


(11)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF THEMATIC VIDEO MEDIA BASED ON CURRICULUM 2013 FOR GRADE V THEME 2 SUBTHEME 1

LEARNING 4 ACADEMIC YEAR 2014/2015

Ignasius Bayu Prayoga Sanata Dharma University

2015

This research aims to develop audio visual-based learning media in the form of thematic video according to the curriculum 2013 of the grade V in Kanisius Duwet Elementary School by describing the quality of the product development in the form of thematic video. The final aim of this research is to produce a product in the form of thematic video media on learning 4 subtheme 1 theme 2 grade V along with learning instruments.

This research used Research and Development method (R&D) according to Borg and Gall. This development research produces thematic video through five phases, they include (1) the analysis of the needs of development learning program, (2) the review of competency standards and learning materials, (3) the development of learning program, (4) the producing audio visual in the form video learning, and (5) the validation and revision of the products. The validation is done by the media experts, teachers, and students. Validation by the students consists of two phases: individual validation by 5 students and a small group validation by 10 students, with the validation development subjects are grade V. The data collected in the form of the assessment results about the quality of the product as well as suggestions for revising the products.

The results of the development of thematic video validated by media experts, teachers, and students. The results of the validation from media experts showed the average score of 3.0 with categories good. The validation from teachers showed the average score of 3.3 with categories very good. The assessment of thematic video quality on individual validation showed the average score of 3.25 with categories good. The assessment of thematic video quality on small group validation showed the average score of 3.20 with a good categories. The conclusion from this development research is the thematic video media for grade V of elementary school already "good" is used as a learning media based on curriculum 2013.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V

TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013

DI SD KANISIUS DUWET

TAHUN AJARAN 2014/2015”

.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta

memberikan motivasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Christiyanti Aprianastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I,

yang telah membimbing, mengarahkan, mendukung, dan memberi

semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi


(13)

xi

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II,

telah memberikan bimbingan, masukan, dukungan, dan semangat,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Theresia Yunia S, S.Pd., M.Hum., selaku pakar media, yang telah

memvalidasi produk penulis, serta memberikan saran dan komentar

terhadap produk yang dikembangkan oleh penulis.

7. Margarita Nova Kurniawati, S.Pd, selaku wali kelas V SD Kanisius Duwet

yang telah membantu dan membimbing penulis, sehingga dapat

melaksanakan penelitian dengan baik.

8. Siswa kelas V semester gasal SD Kanisius Duwet tahun ajaran 2014/2015

yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.

9. Para dosen PGSD, yang dengan sabar dan selalu mendampingi serta

mendidik penulis selama menempuh ilmu di PGSD.

10. Sekretariat PGSD, yang dengan sabar dan ramah telah memberikan

kemudahan berbagai urusan.

11. Kedua orang tua penulis, yang telah mendoakan, mendukung, dan segala

sesuatu dalam mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman kelompok payung, yang telah membantu dan memberi


(14)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhirnya semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015

Penulis


(15)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRAC ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8


(16)

xiv

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 10

F. Definisi Operasional ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 13

1. Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013 ... 13

b. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 14

c. Tujuan Kurikulum 2013 ... 16

2. Pendekatan Tematik Integratif a. Pengertian Tematik Integratif ... 18

b. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif ... 21

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif ... 23

d. Kekurangan dan Kelebihan Tematik Integratif... 24

3. Pendekatan Saintifik a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 26

b. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik ... 27

4. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran ... 28

b. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 29

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 29

d. Jenis Media Pembelajaran... 30

e. Fungsi Media Pembelajaran ... 31

5. Media Video a. Pengertian Media Video ... 33


(17)

xv

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 40

D. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Setting Penelitian ... 43

C. Prosedur Pengembangan ... 44

D. Uji Coba Produk ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

1. Instrumen Analisis Kebutuhan ... 48

2. Instrumen Validasi Ahli ... 54

3. Instrumen Uji Coba Lapangan ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G. Teknik Analisis Data... 58

1. Data Kualitatif ... 58

2. Data Kuantitatif ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Analisis Kebutuhan ... 61

1. Data Analisis Kebutuhan ... 61

2. Data Analisis Wawancara dengan Guru ... 71

3. Data Analisis Wawancara dengan Siswa ... 74

B. Deskripsi Produk Awal ... 76


(18)

xvi

E. Kajian Produk Akhir ... 120

1. Kelebihan Produk... 121

2. Kekurangan Produk ... 122

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 123

B.Keterbatasan Penelitian ... 124

C.Saran ... 124


(19)

xvii

Lampiran RPP Kurikulum2013 dan LKS ... 130

Lampiran LKS dan Materi ... 144

Lampiran Petunjuk Penggunaan Video ... 183

Lampiran Desain Skenario Film ... 186

Lampiran Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 189

Lampiran Penilaian Produk oleh Ahli Media ... 194

Lampiran Penilaian Produk oleh Guru ... 198

Lampiran Hasil Penilaian Uji Coba Perorangan... 202

Lampiran Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ... 207

Lampiran Dokumentasi Penelitian ... 210

Lampiran Surat Ijin Penelitian ... 214


(20)

xviii

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 46

Tabel 3.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 49

Tabel 3.4 Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 49

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Siswa ... 50

Tabel 3.6 Pertanyaan Wawancara dengan Siswa ... 51

Tabel 3.7 Kisi-kisi Pedoman Observasi di kelas ... 51

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Ahli Media dan Guru ... 52

Tabel 3.9 Kuesioner Validasi Ahli Media dan Guru ... 52

Tabel 3.10 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Siswa ... 53

Tabel 3.11 Kuesioner Validasi Siswa ... 54

Tabel 3.12 Konservasi Nilai Skala Likert ... 57

Tabel 4.1 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 1 ... 62

Tabel 4.2 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 2 ... 64

Tabel 4.3 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 3 ... 65

Tabel 4.4 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 4 ... 67

Tabel 4.5 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 5 ... 68

Tabel 4.6 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 6 ... 70

Tabel 4.7 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator7 ... 71

Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Media ... 85

Tabel 4.9 Pedoman Konservasi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala 4 ... 87

Tabel 4.10 Hasil Validasi Guru Kelas ... 88


(21)

xix

Tabel 4.13 Analisis Data Penilaian Ahli Media ... 94

Tabel 4.14 Analisis Data Penilaian Guru ... 96

Tabel 4.15 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 1 ... 98

Tabel 4.16 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 2 ... 99

Tabel 4.17 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 3 ... 101

Tabel 4.18 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 4 ... 102

Tabel 4.19 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 5 ... 103

Tabel 4.20 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 6 ... 104

Tabel 4.21 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 7 ... 105

Tabel 4.22 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 8 ... 106

Tabel 4.23 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 9 ... 108

Tabel 4.24 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 10 ... 109

Tabel 4.25 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 1... 110

Tabel 4.26 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 2... 111

Tabel 4.27 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 3... 113

Tabel 4.28 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 4... 114

Tabel 4.29 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 5... 115

Tabel 4.30 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 6... 116

Tabel 4.31 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 7... 118

Tabel 4.32 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 8... 119

Tabel 4.33 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 9... 120

Tabel 4.34 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 10... 121


(22)

xx

Gambar 4.1 Tampilan Awal Video... ... ... 74

Gambar 4.2 Tampilan Penggalan Pem... ... 74

Gambar 4.3 Tampilan Penggalan Setting Video ... ... 75

Gambar 4.4 Tampilan Inti Media Video (1) ... ... 76

Gambar 4.5 Tampilan Inti Media Video (2) ... ... 77

Gambar 4.6 Tampilan Inti Media Video (3) ... ... 77

Gambar 4.7 Tampilan Inti Media Video (4) ... ... 78

Gambar 4.8 Tampilan Inti Media Video (5) ... ... 78

Gambar 4.9 Tampilan Penutup Media Video (1) ... ... 79

Gambar 4.10 Tampilan Penutup Media Video (2) ... ... 79

Gambar 4.11 Tampilan Penutup Media Video (3) ... ... 80

Gambar 4.12 Diagram Batang Penilaian Ahli Media ... ... 91

Gambar 4.13 Diagram Batang Penilaian Guru Kelas ... ... 92

Gambar 4.14 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 1 ... ... 93

Gambar 4.15 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 2 ... ... 94

Gambar 4.16 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 3 ... ... 96

Gambar 4.17 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 4 ... ... 97

Gambar 4.18 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 5 ... ... 98

Gambar 4.19 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 6 ... ... 100

Gambar 4.20 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 7 ... ... 101

Gambar 4.21 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 8 ... ... 102

Gambar 4.22 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 9 ... ... 104


(23)

xxi

Gambar 4.25 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 2 ... ... 108

Gambar 4.26 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 3 ... ... 109

Gambar 4.27 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 4 ... ... 110

Gambar 4.28 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 5 ... ... 111

Gambar 4.29 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 6 ... ... 113

Gambar 4.30 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 7 ... ... 114

Gambar 4.31 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 8 ... ... 115

Gambar 4.32 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 9 ... ... 117

Gambar 4.33 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 10 ... ... 118

Gambar 4.34 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media dan Guru ... ... 119


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan

penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang diharapkan, dan (6)

definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan

merupakan aktivitas belajar, yaitu proses memperoleh pengetahuan. Menurut

Slameto (2010), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan proses di mana manusia menemukan hal baru, mengetahui,

dan mengalami sesuatu yang baru. Di Indonesia, pendidikan merupakan salah satu

sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan

melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, seperti yang

disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yang

menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan penjelasan tersebut pendidikan menjadi kunci untuk kemajuan


(25)

dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai

warga masyarakat. Pendidikan yang ideal merupakan pendidikan yang

diimplementasikan ke dalam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran merupakan suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan

bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki

menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat, dilihat dari aspek

sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dalam

penerepannya, dibutuhkan pedoman/acuan bagi penyelenggara pendidikan untuk

mengatur dan menjalankan proses pendidikan dengan efektif.

Di Indonesia terdapat kurikulum 2013 sebagai pedoman dalam menjalankan

kegiatan pendidikan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dicetuskan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (Kemendikbud, 2013).

Kurikulum 2013 mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter,

sehingga siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi, namun juga aktif

dalam berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif. Kurikulum 2013 menuntut guru untuk terus berkreasi

dan terus mencari terobosan baru dalam melaksanakan pendidikan di kelas. Hal

yang perlu diperhatikan para guru adalah mengembangkan sebuah metode

pembelajaran yang dapat merancang siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran


(26)

yang terjadi dilapangan saat ini adalah masih terdapat guru yang belum peduli

pada perkembangan siswa secara menyeluruh. Siswa membutuhkan metode

pembelajaran yang beragam, media pembelajaran, dan sumber belajar yang tidak

hanya bersumber dari guru.

Saat ini, metode ceramah merupakan metode umum dan satu-satunya yang

dipergunakan guru dalam menyampaikan materi dikelas, dan ini tidak sesuai

dengan apa yang termuat di dalam kurikulum 2013. Siswa menjadi kurang tertarik

pada pelajaran apabila metode yang digunakan guru dalam menyampaikan

pelajaran sangat tidak bervariasi/monoton. Guru harus jeli dengan kebutuhan

siswa, dan guru tidak hanya menjadi mentor bagi siswa tetapi juga menjadi

fasilitator dan mediator yang baik. Salah satu solusi bagi guru agar dapat

menyelenggarakan pendidikan yang benar dan sesuai dengan ketentuan dalam

kurikulum 2013 adalah dengan menentukan metode pembelajaran yang efektif

seperti diskusi, tanya jawab, debat, dan lain-lain. Pemilihan metode dan media

pembelajaran tidak hanya bermanfaat bagi siswa, namun juga bagi guru.

Melalui penyediaan media dan metode pembelajaran yang tepat siswa dapat aktif

mengikuti pelajaran dan membantu siswa dalam memahami materi yang

disampaikan guru. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

semakin mendorong berbagai upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil

teknologi dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran oleh guru

dapat juga dijadikan sarana untuk menyampaikan pokok-pokok bahasan materi

dalam bentuk sajian yang lebih kreatif dan mudah dipahami oleh siswa. Media


(27)

pembelajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar merupakan

suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena dapat membantu tugas guru

dalam menyampaikan berbagai pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru

kepada siswa. Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan harus dengan

pertimbangan yang matang, karena akan mempengaruhi hasil belajar dari siswa.

Contoh dari media pembelajaran yang digunakan guru di sekolah berupa media

gambar, buku, majalah, koran, poster, alat peraga, dan video pembelajaran.

Media berupa video pembelajaran merupakan media pembelajaran yang masih

jarang digunakan di Indonesia, karena membutuhkan proses yang panjang dalam

merangkai sebuah video untuk menjadi media pembelajaran yang baik.

Menerapkan media video pembelajaran di kelas juga membutuhkan alat

pendukung lain, seperti OHP/LCD dan speaker/pengeras suara. Media video

merupakan perpaduan antara suara dan gambar atau audiovisual yang menyajikan

bentuk tampilan secara nyata sesuai yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mempermudah siswa dalam memahami isi dari materi yang diberikan.

Guru juga dituntut untuk mampu menggunakan alat atau media yang digunakan

dalam pembelajaran dan mampu menggembangkan keterampilan membuat media

pembelajaran yang akan digunakannya jika media tersebut belum tersedia di

sekolah. Kenyataan tersebut menuntut guru di dalam melaksanakan tugasnya

sebagai perancang, maupun pengelola pembelajaran untuk memiliki keterampilan

dalam menyusun rencana pengajaran maupun melakukan interaksi dengan siswa,

mengelola kelas, menggunakan sumber belajar termasuk di dalamnya


(28)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Kanisius Duwet,

implementasi kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa tingkat kelas, salah

satunya yaitu kelas V. Namun dalam proses pembelajaran di kelas V, guru belum

sepenuhnya menggunakan media pembelajaran untuk memfasilitasi pemahaman

siswa, baik media berupa gambar, majalah, koran, alat peraga, ataupun berupa

video pembelajaran. Dengan demikian, peneliti memilih kelas V SD Kanisius

Duwet sebagai obyek penerapan media pembelajaran berupa video pembelajaran

tematik. Sehubungan dengan penjelasan di atas, video tematik yang

dikembangkan mempelajari berbagai hal yang dimuat dalam sebuah tema belajar

yang termuat dalam Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 4 Kelas V Sekolah Dasar.

Dalam pembelajaran ini, siswa mempelajari materi pembelajaran tentang

pengertian kegiatan industri, dampak negatif dan positif dari kegiatan industri,

manfaat air dalam kegiatan industri, contoh kegiatan kemasyarakatan, dan

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika menggunakan

perkalian dan pembagian. Materi pembelajaran tersebut dirasa masih sulit dan

terlalu abstrak jika dipelajari di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Video

pembelajaran yang berisi contoh kegiatan industri, contoh dampak positif dan

dampak negatif dari kegiatan industri, dan contoh pemanfaatan air dalam kegiatan

kegiatan industri, serta contoh kegiatan kemasyarakatan dan pemecahan masalah

yang berkaitan dengan matematika dapat membantu siswa dalam memahami

secara konkrit materi tersebut. Selain menggunakan media video, guru juga dapat

mengajak siswa untuk secara langsung mengamati kegiatan industri dengan


(29)

sekitar sekolah. Hal tersebut dikarenakan bahwa suatu kegiatan pembelajaran

seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa

agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan seperti yang menjadi tujuan pada

penerapan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan

pada hari Senin, tanggal 11 Februari 2015 di kelas V SD Kanisius Duwet, peneliti

menyimpulkan bahwa penggunaan dan pemanfaatan media masih kurang karena

guru lebih dominan menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode

ceramah dan keterbatasan sekolah dalam memfasilitasi pengadaan media

pembelajaran yang cukup. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa, diketahui

bahwa guru lebih dominan menyampaikan materi melalui ceramah dan mencatat

materi dipapan tulis, guru hanya kadang-kadang meminta siswa mempraktikan

contoh kegiatan, dan siswa lebih menyukai aktivitas belajar yang lebih beragam

seperti diskusi, tanya jawab dan presentasi.

Selanjutnya, pada hari yang sama peneliti melakukan kegiatan wawancara

kepada guru tentang sikap dan pandangan guru terhadap implementasi kurikulum

2013, dan hasil dari wawancara tersebut guru menyampaikan pendapatnya

tentang penerapan kurikulum 2013 di mana guru belum sepenuhnya memahami

kurikulum 2013, karena sekolah juga baru mulai menerapkan kurikulum 2013,

guru sudah menggunakan beberapa media pembelajaran seperti gambar, video,

dan media lain yang tersedia di sekolah. Namun yang sering digunakan adalah

gambar. Media yang ada di sekolah juga masih media berdasarkan kurikulum


(30)

sekolah beberap seperti alat peraga, buku, gambar, kaset video, dan media

lainnya.

Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami, guru menyampaikan

kesulitan-kesulitan yang dialami antara lain pada tahap penilaian. Menurut

keterangan guru, proses mengamati setiap individu itu yang susah, membutuhkan

ketelitian dan ketekunan untuk menilai. Guru berpendapat, akan lebih baik jika

penilaian menggunakan kurikulum 2013 diterapkan di kelas dengan jumlah siswa

maksimal hanya 10 siswa. Menurut guru, kurikulum 2013 masih sangat butuh

penyempurnaan, karena belum cocok diterapkan di Indonesia, atau pada karakter

siswa di Indonesia. Guru masih memerlukan penggunaan media belajar yang

mengacu pada langkah-langkah saintifik, seperti video pembelajaran yang bersifat

kontekstual agar guru mampu mengembangkan media pembelajaran secara

mandiri sesuai dengan kurikulum 2013. Guru juga memberikan masukan berupa

saran agar bahan ajar kurikulum SD 2013 sedikit disesuaikan dengan budaya lokal

yang ada di sekolah, saran guru pada kurikulum SD 2013 yang sudah tersedia

adalah akan lebih baik jika buku tematik yang ada untuk siswa tidak disajikan

berdasarkan per tema, serta penempatan mata pelajaran harus diatur ulang agar

sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagai contoh, pada hari tertentu, matematika

ada pada jam terakhir. Hal ini dirasa kurang sesuai karena belajar matematika

membutuhkan pemikiran lebih, sedangkan jika siang hari kondisi fisik dan psikis

siswa sudah mulai berkurang. Pengetahuan tidak bisa ditransfer oleh guru siswa

begitu saja, tetapi pengetahuan tersebut dibangun terlebih dahulu didalam pikiran


(31)

yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Guru

lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, peneliti mencoba

memberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan

melakukan pengembangan media pembelajaran berupa video pembelajaran

tematik tema 2 sub tema 1 pembelajaran 4 untuk kelas V Sekolah Dasar. Dengan

demikian,peneliti menyusun penelitian pengembangan dengan judul:

“Pengembangan Media Video Tematik Kelas V Tema 2 Sub tema 1 Pembelajaran

4 Kurikulum 2013 Di SD Kanisius Duwet Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan media video tematik kelas V Tema 2 Sub Tema

1 Pembelajaran 4 di SD Kanisius Duwet?

2. Bagaimana kualitas pengembangan media video tematik kelas V Tema 2

Subtema 1 Pembelajaran 4 di SD Kanisius Duwet?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian pengembangan

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengembangkan media video tematik kelas V Tema 2 Sub Tema 2


(32)

2. Mengetahui kualitas pengembangan media video tematik kelas V Tema 2

Sub Tema 2 Pembelajaran 4 di SD Kanisius Duwet.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat dari penelitian pengembangan

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan

informasi bagi peneliti dalam hal pengembangan media pembelajaran

berupa video tematik pada tema 2 Sub Tema 1 Pembelajaran 4 kelas V

sekolah dasar di SD Kanisius Duwet sebagai upaya ikut mengembangkan

pendidikan di Indonesia.

2. Praktis

a. Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan membantu

siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta menumbuhkan rasa

ingin tahu dan mendorong siswa untuk membentuk pemikirannya

sendiri secara mandiri, sehingga minat dan motivasi siswa meningkat

dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.

b. Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan


(33)

Sekolah Dasar agar dapat memilih, mengembangkan, serta

menggunakan media pembelajaran yang kreatif, mendidik, dan

menyenangkan bagi siswa.

E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Media video tematik, yang dikembangakan berdasarkan materi berbagai

mata pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran 4 subtema 1 tema 2

Kurikulum 2013 untuk kelas V SD.

2. Video pembelajaran yang dikembangkan memuat materi dari berbagai

mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang contoh

kegiatan yang ada di masyarakat, Matematika tentang pemecahan masalah

yang berkaitan dengan konsep matematika menggunakan operasi hitung

perkalian dan pembagian, Bahasa Indonesia tentang dampak negatif dan

dampak positif kegiatan industri, dan PPKn tentang arti kerjasama. Dalam

video ini juga ditampilkan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari,

hal ini bertujuan memudahkan siswa dalam memahami materi.

F. Definisi Operasional

Berikut dijelaskan beberapa definisi operasional yang terdapat

dalam penelitian pengembangan ini.


(34)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan di

Indonesia sejak Juni 2013 atau tepatnya pada awal tahun pelajaran

2013/2014. Kurikulum 2013 menerapkan pendidikan karakter pada setiap

pembelajarannya. Kurikulum ini juga menggunakan pendekatan tematik

dan melibatkan siswa secara langsung pada setiap tahap pembelajaran.

Fungsi guru sebagai sumber utama belajar juga beralih menjadi seorang

fasilitator. Kurikulum 2013 juga mempunyai karakteristik yang

menerapkan pembelajaran inovatif dan terintegrasi antar pelajaran, yang

menjadikan suatu pembelajaran terasa menarik dan menantang bagi

peserta didik. Juga menekankan kompetensi pada ranah sikap, kognitif,

keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan

pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat atau benda yang dipergunakan

untuk membantu peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan

saat pembelajaran, atau alat yang mampu berfungsi memperjelas isi yang

disampaikan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Pendekatan Tematik Integratif dan Saintifik

Pembelajaran yang dirancang khusus berdasarkan tema-tema

tertentu dengan mengaitkan pokok bahasan pada setiap mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada

peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.


(35)

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode

ilmiah. Pendekatan saintifik mengarah pada kegiatan yang mengandung

unsur 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah/memproses,

menyajikan/mempublikasikan.

4. Media video

Media video pembelajaran adalah alat yang digunakan guru berupa

perpaduan tampilan video dansuara sebagai media belajar yang membantu

guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan membantu siswa dalam


(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan (a) kajian pustaka, (b) kajian penelitian yang

relevan, (c) kerangka berpikir, dan (d) pertanyaan penelitian.

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Zais dalam Widyastono (2014:1), kurikulum adalah: “a

racecource of subject matters to be masterred”. Hal tersebut diartikan bahwa kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh

guru dan dipelajari oleh peserta didik. Selaras dengan pengertian tersebut,

Hamalik (2007:3) mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran

yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Sedangkan, Alberty dalam

Widyastono (2014:5) menyatakan bahwa kurikulum: “All of the activities that are

provided for students by the school”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kurikulum sebagai segala aktivitas guru dan dan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah.

Pengertian Kurikulum 2013 berbasis kompetensi menurut Kusnandar

(2013:26) adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian komtensi yang dirumuskan

dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar


(37)

diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen

kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Dari berbagai pengertian kurikulum di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

kurikulum adalah pedoman dasar bagi penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum

menjadi dasar acuan bagi pelaku pendidikan seperti guru, kepala sekolah, dan

peserta didik untuk mencapai tujuan akademik yang telah ditentukan.

b. Karateristik Kurikulum 2013

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi menurut Kusnandar (2013:26)

adalah:

(1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam

bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke

dalam Kompetensi Dasar (KD).

(2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang

sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta

didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

(4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kogniti, keterampilan

psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata

pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD


(38)

(5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,

generalisasi, topik, atau sesuatu yang berasal dari pendekatan

disciplinariy-based curriculum” atau “content-based curriculum”.

(6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.

(7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada

tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten

kompetensi di mana pengetahuan adalah konten bersifat tuntas.

Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan

konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan

penguasaan konten yang lebih selit dikembangkan dan memerlukan proses

pendidikan yang tidak langsung.

(8) Penilaian hasi belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat

formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk

memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria

Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

Menurut Widyastono (2014:131), kurikulum 2013 dikembangkan dengan

beberapa karakteristik, yaitu mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin

tahu, kreativitas, dan kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik

secara seimbang, memberikan pengalaman belajar terencana saat peserta didik

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan


(39)

Muzamiroh (2013:142-145) mengemukakan bahwa karakteristik kurikulum

ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang di antaranya: proses

pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.

Dari berbagai pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karateristik

kurikulum 2013 adalah adanya penerapan pembelajaran yang inovatif dan

terintegrasi antar pelajaran, yang menjadikan suatu pembelajaran terasa menarik

dan menantang bagi peserta didik. Juga adanya penekanan kompetensi pada ranah

sikap, kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan

pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD.

c. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki tujuan, yaitu untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia

(Widyastono 2014:131). Senada dengan tujuan kurikulum tersebut, Mulyasa

(2013:65) menyatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan

insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Hidayat (2013:113) menyatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah proses

terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),


(40)

Menurut Fadlilah (2013:25), kurikulum 2013 memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skill dan soft

skill melalui kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka

menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

2. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif,

dan inovatif.

3. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan

administrasi mengajar.

4. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

masyarakat scara seimbang dalam mengendalikan kualitas pelaksanaan

kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

5. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.

Dari beberapa pendapat tersebut mengenai tujuan kurikulum 2013, peneliti

menyimpulkan bahwa yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 adalah untuk

mengembangkan keseimbangan kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga

negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan mampu berkontribusi dalam


(41)

2. Pendekatan Tematik Integratif a. Pengertian Tematik Integratif

Berikut ini pengertian tematik integratif menurut Mulyasa dan Ahmadi &

Sofan Amri. Mulyasa (2013:170) mengatakan bahwa di dalam implementasi

kurikulum 2013 semua murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari

masing-masing mata pelajaran secara terpisah, tetapi berdasarkan tema yang nantinya

akan digabungkan dengan mata pelajaran lainnya. Ahmadi dan Sofan Amri

(2014:90), mendefinisikan pendekatan tematik integratif sebagai pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran,

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Menurut

Ahmadi dan Sofan Amri (2014), pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah

pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu

(intergrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

otentik.

Berdasarkan perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia pada

saat ini, model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model

pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model


(42)

pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Konsep

pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengaitkan bebearapa aspek baik dalam intramata pelajaran

maupun antan mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran

jadi bermakna bagi para peserta didik. Bermakna artinya bahwa pada

pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan

antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan

pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada

keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif

terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik

menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu,

pendidik dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar

dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan

agar dapat hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui

pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu, pengalaman belajar di sekolah

sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan

untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya

lebih luas dibandingkan hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang


(43)

suatu tema. Kata tema berasal dari kata Yunani rithenaiyang berarti

“menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami

perkembangan, sehingga kata rithenai berubah menjadi tema. Menurut arti

katanya, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys Keni, 2001:107)

Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk

mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam

pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam

satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan

membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak

mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik

merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran

untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan

pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan

aspek belajar mengajar.

Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pealajran

sekaligus dalam satu kali pertemuan.

Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang

digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep konsep baik yang

berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi


(44)

(2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi

yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan

dan perkembangan anak.

(3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara

stimulan.

(4) Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda

dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang khusus berdasarkan

tema-tema tertent dengan mengaitkan pokok bahasan pada tiap-tiap mata

pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan kedalaman implementasi

kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk

memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.

b. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut

Ahmadi dan Sofan Amri (2014) adalah sebagai berikut:

(1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan

dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat


(45)

(2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran

yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih

dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi

pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam

standar isi.

(3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan

kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif

harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang

termuat dalam kurikulum.

(4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kamampuan,

kebutuhan, dan pengetahuan awal.

(5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi

yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Pendekatan tematik integratif diterapkan dengan memperhatikan beberapa

prinsip. Ahmadi dan Sofan Amri (2014:95) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip

tersebut di antaranya: (1) terintegrasi dari lingkungan, (2) bentuk belajar disusun

agar siswa menemukan tema yang sudah ditentukan, dan (3) adanya efisiensi.

Daryanto dan Herry Sudjendro (2014:84) menjabarkan prinsip pendekatan ini

menjadi dua hal, yaitu pada penggalian tema dan pelaksanaan pembelajaran


(46)

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip

utama dari pendekatan tematik integratif adalah adanya integrasi antara

pokok-pokok bahasan pada tiap mata pelajaran, yang kemudian dikembangkan dalam

satu tema yang aktual dan tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum. Pokok

bahasan pada tiap pelajaran yang dikaitkan juga harus mempunyai unsur materi

yang fleksibel, berhubungan jika dikaitkan dengan materi lain. Pendekatan

tematik integratif juga disusun untuk mempermudah siswa dalam memahami

suatu permasalahan tertentu.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik

memliki karakteristik-karateristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai

dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa

sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator

yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa utnuk melakukan

aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan penglaman langsung kepada siswa

(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini siswa dihadapkan pada

sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih

abstrak.


(47)

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak

begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema

yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagi mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran

dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami

konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal in diperlukan untuk membantu siswa

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes di mana pun dapat mengaitkan bahan ajar

dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan

mengaitkannya dengan kehiudpan siswa dan keadaan lingkungan di mana

sekolah dan siswa berada.

6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Ahmadi dan Sofan Amri (2014:192) mengungkapkan bahwa pendekatan

tematik integratif memiliki kerakteristik di antaranya: (1) berpusat pada siswa, (2)

memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan antar mata

pelajaran tidak nampak, (4) menyajikan konsep dan berbagai mata pelajaran dala

suatu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes (fleksibel), dan (6) hasil


(48)

Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karateristik

dari pendekatan tematik integratif adalah berpusat pada siswa dan melibatkan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengalaman

belajar bagi siswa.

d. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik memliki kelebihan, yaitu:

1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan

tingkat perkembangan dan kubutuhan anak didik.

3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan

yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang

lain.

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang

dihadapi, dalam lingkungan anak didik.

Kekurangan pembelajaran tematik adalah pada perencanaan dan pelaksanaan

evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan

tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.

Menurut Daryanto dan Herry Sudjendro (2014:53), pendekatan tematik


(49)

menyesuaikannya dengan kebutuhan peserta didik, (2) menyatukan pembelajaran

peserta didik, pemahaman yang diperoleh peserta didik dapat dilakukan sambil

mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran, (3) merefleksikan

pengalaman yang dialami peserta didik di rumah dan lingkungannya, dan (4)

selaras dengan cara peserta didik dalam berpikir.

Dari beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

kekurangan dari pendekatan tematik integratif adalah menuntut guru untuk terus

berfikir dan berinovasi menggali materi yang akan dikaitkan menjadi satu tema.

Namun dibalik itu, terdapat kelebihan dari pendekatan tematik integratif seperti

menyenangkan bagi siswa dan menimbulkan pengamalaman belajar secara

langsung pada siswa, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan kerja sama antar

peserta didik.

3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Sudarwan dalam Majid (2012:194), pendekatan saintifik

memiliki ciri yang menonjol, yaitu pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dalam pelaksanaan

pendekatan saintifik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan

karakteristik pendekatan saintifik yaitu: (1) berpusat pada peserta didik, (2)

melibatkan keterampilan proses sains, (3) melibatkan proses-proses pengetahuan


(50)

keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) dapat mengembangkan karakter

peserta didik.

Kurniasih (2014:29) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses

ilmiah, sehingga kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik atau

ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif membangun konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,

dan mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan. Tujuannya untuk membuat

peserta didik menyadari bahwa pengetahuan dapat berasal dari mana saja dan

kapan saja, tidak bergantung pada guru. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat

menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam

mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan mandiri.

Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian

pendekatan saintifik ialah pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan

kemampuan dasar siswa dari aspek kognitif, sikap, keterampilan, dan pengetahuan

pribadi siswa melalui pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa.

b. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata


(51)

meliputi: (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mencoba, (5) membentuk

jaringan (mengolah,menyaji,menciptakan). 5M atau aktivitas belajar tersebut

merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk

mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk

mengamati fenomena yang terdapat di sekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi

fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan

menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu merumuskan masalah atau

merumuskan hal yang ingin diketahuinya.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu usaha sadarguru/pengajar untuk membantu

siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kbutuhan dan

minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana

dalam memanipulasi sumber sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri

siswa (Arief Sadiman, 1984:7 dalam Kustandi Cecep 2011).

Secara harafiah, media berarti perantara atau pengantar. Sadiman (1993:6)

mengemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, dkk., 1993:1) menyatakan bahwa

media adalaah berbagai jenis komponen dan lingkungannya. Media dalam proses

pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk


(52)

Djamarah (1995:136) menjelaskan bahwa media adalah alat bantu apa

saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4) media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa

sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pengertian media adalah alat peraga yang dipergunakan guru untuk segala sesuatu

yang dapat menyalurkan maksud/pengetahuan narasumber agar para peserta

didik akan tertarik untuk mengikuti dan memhami materi, dan merangsang

pikiran serta kemauan peserta didik untuk belajar atau memperhatikan demi

tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Landasan Pengguanaan Media Pembelajaran

Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa landasan untuk

menggunakan media pembelajaran, yaitu:

1) Pengalaman langsung (enactive)

2) Pengalaman piktorial/gambar (iconic)

3) Pengalaman abstrak (syimbolic)

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran


(53)

1. Ciri fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekan, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau objek. Suatu

peristiwa atau objek dapat diurutkan dan disusun kembali dengan media.

2. Ciri Manipulatif

Transformasi suatu kejadian atau dimungkinkan karena media memilki

ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat

disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik

pengambilan gambar.

3. Ciri Distributif

Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan

melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan keapada

sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejadian itu.

d. Jenis Media Pembelajaran

Menurut Heinich and Molenda (2009), terdapat enam jenis dasar dari media

pembelajaran, yaitu:

1) Teks. Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi

yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya

memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.

2) Media audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih


(54)

persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman

suara, dan lainnya.

3) Media visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan

visual seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun,

poster, papan buletin, dan lainnya.

4) Media proyeksi gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang,

program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD).

5) Benda-benda tiruan/miniatur. Termasuk di dalamnya benda-benda

tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini

dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi

sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6) Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di

bidang/materi tertentu.

Rudi Bretz (2003) mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur

pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Dari ketiga unsur tersebut Bretz

mengklasifikasikannya ke dalam tujuh kelompok, yaitu media audio, media cetak,

media visual diam, media visual gerak, media audio semi gerak, media semi

gerak, media audio visual diam, dna media audio visual gerak.

e. Fungsi media pembelajaran

1. Levie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi


(55)

kognitif, (d) fungsi kompensatoris. Berikut ini dijelaskan satu per satu seaara

rinci.

Fungsi atensi media visual adalah menarik dan mengarahkan perhatian

siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna

visual yang ditampilkan atau menyertakan teks materi pelajaran. Sering kali

pada awal pelajaran, siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau materi

pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh

mereka, sehingga mereka tidak mau memperhatikan.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa

ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang

visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang

menyangkut masalah sosial atau ras. sikap siswa, misalnya informasi yang

menyangkut masalah sosial atau ras.

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan

yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil pnelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.


(56)

1) Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif

2) Penggunaan media merupakan bagian internal dalam system pembelajaran.

3) Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

4) Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses

pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi yang

disajikan oleh guru dalam kelas.

5) Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi

mutu pendidikan.

Berdasarakan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

fungsi media pembelajaran adalah sebagai perantara guru menyampaikan isi dan

pesan yang terkandung dalam materi pelajaran kepada siswa. Dengan tujuan

membantu siswa dalam memahami isi materi.

5. Media Video dan Media Audiovisual

a. Pengertian Media Video dan Media Audiovisual

Menurut Wina Sanjaya (2010), secara umum media merupakan kata jamak

dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk

berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media

pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan

dalam bidang pengajaran atau pendidikan, sehingga istilahnya menjadi media

pendidikan atau media pembelajaran. Media audio yaitu media yang berkaitan

dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam


(57)

non verbal. Beberapa jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah

radio, dan alat perekam pita magnetik.

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang

sanagat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar

pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat

siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia

nyata. Agar menjadi efektiv, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang

bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk

meyakinkan terjadinya proses informasi. Pengertian Media Audio Visual Media

audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis

media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis

media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan

sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan

dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam

menularkan pengetahuan, sikap, dan ide

Berikut ini pengertian media pembelajaran menurut para ahli. Menurut

Miarso (2004), pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar. Harmawan (2007) mengemukakan bahwa, media Audio Visual adalah

media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan


(58)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas mengenai pengertian media audi

visual, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran berupa audio visual

adalah media belajar berupa perpaduan antara gambar dan suara yang menjadi

satu tampilan grafis yang berisi pesan atau materi pelajaran guna membantu siswa

memahami konsep pelajaran yang disampaikan guru.

b. Kelebihan dan Kekurangan Media Audiovisual

Menurut Harmawan ( 2007), ada beberapa kelebihan atau kegunaan media

Audio-Visual seperti:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)

2) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

a) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai,

film atau model

b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau

gambar

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

tamelapse atauhigh speed photography.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e) Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan


(59)

f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim) dapat di

visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar, dan lain-lain.

g) Media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.

Menurut Harmawan (2007), pengajaran audio-visual juga mempunyai

beberapa kelemahan yang sama dengan pengajaran visual, yaitu:

1. Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangannya dan tetap memandang materi audio-visual sebagai alat

bantu guru dalam mengajar. Media yang beoriantasi pada guru

sebernarnya media audio visual yang cenderung menggunakan model

komunikasi satu arah.

2. Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja,

karena media audio-visual cenderung tetap di tempat.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

Pertama, penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Audiovisual Sebagai

Media Pembelajaran Menyimak Siswa Kelas III SD N Soka 1 Srumbung Magelang Tahun Ajaran 2010/2011” yang disusun oleh Andreas Anggi

Kurniawan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan produk berupa media

audiovisual (film) untuk siswa kelas III SD. Langkah-langkah yang dilakukan


(60)

audiovisual, (3) produk yang dihasilkan yaitu film dokumenter, (4) uji penilaian,

(5) uji coba secara langsung ke siswa kelas III SD, (6) Penelitian lebih lanjut.

Kedua, penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Bahan

Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Mendengarkan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal” yang dilakukan oleh Windy Ariezona (2013). Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar yang yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk

keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV

Semester Gasal di SD Negeri Daratan. Prosedur pengembangan yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan modifikasi langkah-langkah model Kemp yang

telah direvisi dan pengembangan Borg dan Gall. Penelitian ini menghasilkan

rerata skor 4,5 dan termasuk kategori “sangat baik” setelah melakukan tahap uji

coba.

Ketiga, penelitian pengembangan yang dilakuan oleh Vitus Winda Ari

Wismantaka (2014) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Meneladani Sikap Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yang mengacu pada Kurikulum 2013dan menggunakan pendekatan tematik

integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta

penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa bahan ajar yang dikembangkan dengan prosedur pengembangan dengan

langkah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)


(61)

desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa bahan ajar yang mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV SD. Bahan ajar tersebut telah direvisi

berdasarkan (1) pakar Kurikulum 2013, (2) dua orang guru kelas IV SD, dan (3)

validasi lapangan oleh sepuluh siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu. Dari

keseluruhan hasil validasi diperoleh hasil bahwa bahan ajar yang dikembangkan

sudah layak digunakan untuk kelas IV SD dengan skor rerata skor 4,43 dan

termasuk dalam kategori “sangat baik

Berdasarkan tinjauan dari beberapa penelitian di atas, pengembangan dan

pemanfaatan media pembelajaran berupa media audio visual belum banyak

dikembangkan. Penelitian ini mempunyai keunggulan pada hasil produk berupa

video pembelajaran tematik untuk Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 4 Kelas V

Sekolah Dasar.Peneliti berharap media video pembelajaran tematik yang

dihasilkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran tematik di kelas V


(62)

Bagan Penelitian yang Relevan

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan

Pengembangan dan pemanfaatan media serta perangkat pembelajaran Tema 2 Sub

tema 1 Pembelajaran 4 Kelas V Sekolah Dasar

Melakukan analisi kebutuhan dan analisis masalah, menghasilkan produk, menguji media pembelajaran, melihat hasil penelitian, membantu guru

dan siswa dalam menyampaikan materi dan memahami materi Membantu guru

dalam menyusun bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan Membantu guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran dan

bahan ajar yang mengacu pada Kurilkulum 2013 Memudahkan guru

dan peserta didik dalam melaksanakan

kegiatan belajar dan siswa menjadi lebih

bisa memahami materi yang diberikan

Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Meneladani Sikap Pahlawan Penelitian III Vitus Winda Pengembangan Bahan Ajar yang

Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Mendengarkan Penelitian II Windy Ariezona Pengembangan Media Audiovisual Sebagai Media Pembelajaran Menyimak Siswa Penelitian I Andreas Anggi K


(63)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, peneliti menggunakan kerangka

berpikir dalam pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berupa

video pembelajaran tematik dan perangkat pembelajaran adalah pembelajaran

dengan mengacu pada kurikulum 2013 menitikberatkan pada pembelajaran

yang mengaitkan berbagai pokok bahasan materi dari beberapa mata

pelajaran menjadi satu tema. Sebagai seorang pengajar, guru tidak hanya

bertugas untuk mengajar siswanya, melainkan juga harus menyiapkan

perangkat pembelajaran yang inovatif dan menarik. Kreativitas guru dalam

menentukan dan memilih media yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran sangat dituntut, agar media yang disajikan pada siswa tepat

sasaran.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, peneliti mengembangkan media

pembelajaran berupa video pembelajaran tematik dan perangkat pembelajaran

berupa RPP dan LKS Tema 2 Sub tema 1 Pembelajaran 4 Kelas V Sekolah

Dasar.

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang muncul dan dirumuskan oleh peneliti adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan media video tematik kelas V Tema


(64)

2. Bagaimana kualitas pengembangan media video tematik kelas V


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3 )prosedur

pengembangan, (4) uji coba produk, (5) instrumen penelitian, (6) teknik

pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian dan pengembangan, yang biasanya lebih dikenal sebagai

penelitian R&D (Research and Development). Research and Development

adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,

dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407). Produk

yang dikembangkan dalam penpelitian ini berupa video pembelajaran

tematik Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 4 Kelas V Sekolah Dasar.

Dalam penelitian dan pengembangan terdapat beberapa langkah

yang harus dilakukan oleh peneliti. Sugiyono (2010:409-426)

mengemukakan 10 langkah yang harus dilakukan di dalam penelitian dan

pengembangan, yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Mengumpulkan

informasi/data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Perbaikan

desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian,


(66)

B. Setting Penelitian

Dalam sub bab setting penelitian memaparkan tentang subjek penelitian, tempat

penelitian, sumber dan data penelitian.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Duwet Sleman,

dengan jumlah 34 siswa, 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Duwet Sleman, dengan alamat

Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil observasi dan kuesioner yang

diberikan kepada siswa yang berjumlah 34 anak dan guru wali kelas V SD

Kanisius Duwet Sleman.

4. Data Penelitian

Data dalam penelitian pengembangan ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif berupa skor dari komentar ahli media (dosen), guru

dan siswa kelas V, sedangkan data kualitatif berupa data analisis kebutuhan,


(1)

212

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

214

LAMPIRAN 11

SURAT IJIN PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

216

LAMPIRAN 12

BIODATA PENULIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

BIODATA PENULIS

Ignasius Bayu Prayoga, lahir di Lampung Tengah, 29 April 1992. Penulis masuk Sekolah Dasar pada tahun 1999 di SD Fransiskus Kalirejo Lampung Tengah dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2005-2008 penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 01 Kalirejo, Lampung Tengah.

Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Prambanan Klaten pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.