1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa mata pelajaran dasar yang harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa. Salah satu mata pelajaran wajib bagi
siswa Sekolah Dasar SD adalah Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Pada dasarnya pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam
pendidikan IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung
siswa. Abdullah 1998:18 menjelaskan bahwa , IPA merupakan “pengetahuan
teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
IPA di SD sangat bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan IPA
berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK yang berpengaruh bagi perkembangan dunia pendidikan terutama pendidikan
IPA di Indonesia dan di dunia. Kemajuan perkembangan IPA di dunia telah terbukti dengan adanya
penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi, akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkan berbagai penemuan-
penemuan yang ada. Pencapaian standar Pendidikan IPA di Indonesia masih rendah. Rendahnya capaian standar dikuatkan oleh laporan TIMSS Trends in
International Mathematics and Science Study yang memaparkan bahwa
kemampuan siswa dalam pelajaran IPA di Indonesia berada pada urutan 34 dari 38 negara, dan jauh di bawah kemampuan rata-rata secara Internasional
Buabeng dan Andoh, 2012:12. Permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas,
peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru yang kurang menarik. Penerapan pembelajaran yang menarik tentunya sudah menjadi
kewajiban dan tanggungjawab seorang guru dalam pemberian materi. Dalam hal ini peneliti menitikberatkan pembelajaran dengan melibatkan siswa pada
materi secara langsung pengalaman langsung untuk mengamati, menanya, menalar, dan mencoba. Peneliti mempunyai ketertarikan pada sebuah Sekolah
Dasar Kanisius Gayam I Yogyakarta, karena model pembelajaran di SD tersebut pada umumnya masih menggunakan model pembelajaran ceramah
bervariatif, diskusi kelompok dan tanya jawab. Khususnya pada kelas IV
belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung pengalaman langsung untuk mengamati, menanya, menalar, dan
mencoba dalam mata pelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat langsung pengalaman
langsung adalah model pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. IPA menekankan pemberian pengalaman langsung dan kegiatan
praktis pada siswa untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan mengerti alam sekitar secara ilmiah. Permendikbud No. 65 Tahun 2013
tentang Standar
Proses Pendidikan
Dasar dan
Menengah telah
mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifikilmiah. Upaya penerapan Pendekatan
saintifikilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013,
yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut. IPA menekankan pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis pada
siswa untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan mengerti alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran merupakan proses ilmiah,
karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik Kemendikbud Tahun 2013.
Peneliti melakukan pengamatan di SD Kanisius Gayam I. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 Maret 2014, ketika
proses belajar mengajar berlangsung, siswa belajar dengan cara mendengarkan guru saat menjelaskan materi dan mengerjakan soal.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kondisi proses belajar mengajar di lingkungan sekolah masih menekankan
pada aspek pengetahuan sehingga siswa kurang terlibat dalam sebuah eksperimen. Keterlibatan siswa dalam melakukan eksperimaen masih rendah
sehingga berpengaruh pada keaktifan belajar siswa. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah perubahan yang dilakukan oleh guru agar mampu
meningkatkan keterampilan eksperimen dan keaktifan belajar siswa. Pemilihan pendekatan yang sesuai dengan tujuan dan kemampuan siswa
merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Hal ini menuntut kualitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang
sesuai untuk meningkatkan kemampuan melakukan eksperimen dan keaktifan belajar siswa. Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan kondisi awal
keterampilan eksperimen yang dilakukan peneliti kelas IV SD Kanisius Gayam I selama dua tahun terakhir.
Tabel 1.1 Hasil Observasi Kondisi Awal Keterampilan Melakukan Eksperimen Kelas IV SD K Gayam I
No. Indikator
Siswa Terampil Persentase
1. Memakai alat-alat dengan benar.
7 18,91
2. Berhati-hati dalam menggunakan alat-alat dan
bahan. 7
18,91 3.
Melaksanakan eksperimen dengan runtut. 9
24,32 4.
Mengumpulkan dan mencatat data-data yang diperlukan dalam eksperimen.
6 16,21
Rata-rata 7
19,58
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi awal keterampilan melakukan eksperimen yang dilakukan peneliti diperoleh hasil bahwa hanya 7
siswa dari 37 siswa yang dapat dikatakan memiliki keterampilan eksperimen yang baik. Siswa dikatakan dapat melakukan eksperimen dengan baik jika
siswa dapat menerapkan indikator keterampilan eksperimen dan jumlah turus melebihi target dan rata-rata jumlah turus melebihi target yang telah ditentukan.
Pengamatan didasarkan pada indikator keberhasilan yang telah disusun oleh peneliti. Sebagian besar siswa kurang dapat merancang hipotesis, cenderung
mengikuti teman yang lain, dan tidak mengikuti instruksi pada Lembar Kerja Siswa LKS saat melakukan eksperimen. Hasil keterampilan melakukan
eksperimen akan berdampak pada keaktifan belajar siswa. Selain melakukan wawancara dan observasi tentang keterampilan melakukan eksperimen, peneliti
juga melakukan wawancara dan observasi tentang keaktifan belajar siswa.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan kepada guru kelas IV SD Kanisius Gayam I pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014, guru menyatakan
bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas siswa cenderung pasif. Berdasarkan hasil observasi data
menunjukkan bahwa siswa yang bertanya kepada teman atau guru terkait materi hanya 30,23, sedangkan siswa yang
terlibat dalam diskusi yaitu 36,40, siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru hanya 35,10, sedangkan siswa yang mencari informasi
untuk pemecahan masalah yaitu 40,50, dan siswa yang menerapkan yang diperolehnya dalam pemecahan masalah sebanyak 37,83.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meningkatkan keterampilan eksperimen serta keaktifan belajar siswa
.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan eksperimen dan keaktifan belajar siswa kelas IV di SD Kanisius
Gayam I pada mata pelajaran IPA semester gasal tahun ajaran 2014 2015, dilaksanakan peneliti dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik adalah pendekatan yang berpusat pada peserta didik, pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan dan mencipta untuk semua mata pelajaran Permendikbud, 2013.
B. Identifikasi Masalah