Karakteristik Informan Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

62 Persebaran karakteristik informan anggota CUTM didasarkan pada tahun masuk anggota CUTM, jenis kelamin, pendidikan terakhir, usia, status pernikahan, jumlah anak, pekerjaan, jumlah penghasilan bulanan, dan kondisi pengelolaan keuangan sebelum bergabung menjadi anggota di CUTM. Berikut adalah karakteristik informan berdasarkan tahun masuk menjadi anggota CUTM. Tabel 4.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Tahun Masuk Anggota CUTM Tahun Anggota Frekuensi Persentase 2005 1 3,3 2007 2 6,7 2009 1 3,3 2010 3 10,0 2011 7 23,3 2012 7 23,3 2013 5 16,7 2015 4 13,3 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Mengingat Pendidikan Literasi Keuangan baru diadakan tahun 2015, maka 26 informan atau sebanyak 86,7 dari total keseluruhan informan yang bergabung sebelum tahun 2015 diyakini telah memiliki cukup pengalaman berkoperasi dan mampu menilai proses pendidikan di CUTM dari pelaksanaan Pendidikan Dasar hingga Pendidikan Literasi Keuangan. Sementara itu, mempertimbangkan jeda waktu yang cukup singkat antara proses penerimaan materi Pendidikan Dasar dengan materi Pendidikan Literasi Keuangan, maka 4 informan yang baru bergabung pada tahun 2015 diyakini memiliki pengetahuan pengelolaan keuangan yang lebih segar untuk segera diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. 63 Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenjang Usia Usia Frekuensi Persentase 21-25 1 3,3 26-30 2 6,7 36-40 3 10,0 41-45 6 20,0 46-50 8 26,7 51-55 5 16,7 56-60 3 10,0 60 2 6,7 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Tabel 4.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Perempuan 18 60,0 Laki-laki 12 40,0 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Berdasarkan usia, mayoritas informan berusia 46-50 tahun. Jenjang usia ini masih masuk dalam kategori usia produktif. Persebaran ini mewakili informan dari berbagai jenjang usia mulai dari awal 20-an hingga usia pensiun. Berdasarkan jenis kelamin, 60 dari total keseluruhan informan adalah perempuan. Tabel 4.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Status Pernikahan Status Frekuensi Persentase Belum menikah 3 10,0 Menikah 25 83,3 Pasangan meninggal 2 6,7 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Tabel 4.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak Frekuensi Persentase 3 10,0 1 9 30,0 2 10 33,3 3 7 23,3 4 1 3,3 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Berdasarkan status pernikahan, 25 informan telah menikah. Persebaran ini mewakili informan dari berbagai status pernikahan. Berdasarkan jumlah anak, informan sebanyak 33,3 dari total keseluruhan informan, memiliki 2 anak. Persebaran ini mewakili informan mulai dari belum memiliki anak hingga telah memiliki 4 anak. Tabel 4.6 Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Frekuensi Persentase SD 2 6,7 SMPsederajat 4 13,3 SMAsederajat 15 50,0 Akademi D1-D3 5 16,7 S1 3 10,0 S2 1 3,3 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Berdasarkan pendidikan terakhir, informan sebanyak 50 dari total keseluruhan informan, menyelesaikan pendidikan terakhirnya di SMAsederajat. Persebaran ini mewakili berbagai jenjang pendidikan informan mulai dari tamatan SD hingga S2. 65 Tabel 4.7 Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase Petani 3 10,0 Wirausaha 7 23,3 Guru 3 10,0 Karyawan 2 6,7 PNS 1 3,3 Ibu Rumah Tangga 6 20,0 Buruh 7 23,3 Pensiunan 1 3,3 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Tabel 4.8 Karakteristik Informan Berdasarkan Penghasilan Bulanan Penghasilan Frekuensi Persentase 1 juta 16 53,3 1-1,5 juta 5 16,7 1,5-2 juta 1 3,3 2-2,5 juta 1 3,3 2,5-3 juta 2 6,7 3 juta 5 16,7 Total 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Berdasarkan pekerjaan, informan sebanyak 7 orang, bekerja sebagai wirausaha. Tujuh orang lainnya bekerja sebagai buruh. Persebaran ini mewakili informan dari berbagai jenis pekerjaan. Berdasarkan jumlah penghasilan, informan sebanyak 53,3 dari total keseluruhan informan, mendapat hasil kurang dari Rp 1 juta setiap bulan. Persebaran ini mewakili informan dari berbagai jumlah penghasilan, mulai dari kurang dari Rp 1 juta hingga lebih dari Rp 3 juta. 66 Tabel 4.9 Jawaban Informan Terkait Kondisi Pengelolaan Keuangan Sebelum Masuk CUTM Jawaban Simpanan Pinjaman Pelunasan Fr. Fr. Fr. Ya 21 70,0 18 60,0 12 40,0 Tidak 9 30,0 12 40,0 6 20,0 Tidak memiliki pinjaman - - - - 12 40,0 Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Fr.: frekuensi : persentase Berdasarkan kondisi pengelolaan keuangan informan sebelum bergabung di CUTM, ada 9 orang yang tidak memiliki simpanan. Lebih dalam, 4 dari 9 orang yang tidak memiliki simpanan, ternyata memiliki pinjaman. Kondisi ini memberikan tekanan ekonomi yang dirasa cukup berat. Pada akhirnya, 1 dari 4 yang tidak memiliki simpanan, namun memiliki pinjaman, ternyata tidak mampu melunasi pinjaman tersebut.

4.2 Pembahasan

Data kuesioner yang telah diisi oleh 30 informan dengan pertanyaan sejumlah 192 butir direkapitulasi dengan menggunakan SPSS 21 dan dibuat tabulasi berdasarkan frekuensi data. Guna menjawab pertanyaan penelitian dengan lebih spesifik, peneliti mengerucutkan sejumlah pertanyaan ke dalam klasifikasi- klasifikasi sesuai rumusan masalah. Pengerucutan tersebut 61 unit analisis kunci yang diyakini mewakili jawaban informan untuk diklasifikasikan ke dalam analisis pemetaan. Selanjutnya, peneliti mencermati kembali hasil observasi, studi pustaka, dan wawancara yang ada kaitannya dengan upaya menjawab rumusan masalah. 67 Merujuk pada efektivitas pendidikan yang hendak dijawab melalui penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa peningkatan kapasitas seseorang berkaitan dengan adanya peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, dan perubahan sikap. Di dalam latar belakang penelitian, peneliti mengangkat sebuah pernyataan bahwa salah satu tanggung jawab sosial dari sebuah Credit Union adalah memajukan pendidikan keuangan, yang merupakan prinsip inti koperasi, kepada seluruh anggotanya. Dalam wawancaranya, Manajer CUTM memberikan pernyataan mengenai tujuan pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan Dasar diadakan dalam rangka menanamkan bekal dasar komprehensif bagi anggota untuk menyusun perencanaan hidup sejahtera. Selain itu, Pendidikan Dasar juga memacu konsistensi anggota dalam menerapkan rencana-rencana yang telah disusun. Kemudian, Pendidikan Literasi Keuangan ditujukan untuk pengembangan pribadi di tengah-tengah masyarakat, serta mengupayakan ketahanan ekonomi bersama-sama .” Berdasarkan pernyataan di atas, Manajer CUTM, secara konseptual, sudah memahami betul makna pendidikan yang semestinya diselenggarakan oleh lembaga beridentitas Credit Union. Manajer CUTM tidak sekadar membicarakan pendidikan sebagai suatu pembangun kemampuan kognitif anggota, tetapi juga ada unsur pembangun afektif di dalamnya, yakni konsistensi dalam menerapkan perencanaan yang sudah disusun. Meringkas dari pernyataan Manajer CUTM, Kepala Divisi Kredit CUTM berharap bahwa melalui pendidikan, anggota menyadari pentingnya menabung, mampu menghitung kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang, sadar berkoperasi, serta mampu menciptakan atau mengembangkan usahanya. Terkait PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 pengembangan usaha, menurut Ketua Pengurus CUTM, salah satu proyek besar lembaga yang sudah direncanakan sejak tahun 2013 adalah menciptakan usaha- usaha baru bagi anggota yang belum memiliki usaha dan mengembangkan usaha- usaha dalam satu grup, yang disebut dengan Fokus Grup Simbiosis, untuk mewujudkan ketahanan ekonomi bersama. Dengan kata lain, pemantapan pendidikan keuangan yang diselenggarakan di CUTM berkaitan erat dengan kesadaran berkoperasi serta pembangunan sumber pendapatan baru. Merujuk pada wawancara dengan pengurus dan manajemen, peneliti menyimpulkan bahwa kesadaran berkoperasi yang dimaksud oleh CUTM bukan hanya pemenuhan kewajiban dan hak anggota secara individual saja, tetapi ada dimensi sosial yang terkait dengan eksistensi anggota-anggota lain, seperti kemantapan berkomunitas antaranggota dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bersama. Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa sebelum mencapai kemantapan berkomunitas yang dimaksud oleh lembaga, anggota perlu dipastikan telah menerima dan menerapkan pendidikan dengan baik di dalam pengelolaan keuangan rumah tangganya. Menurut peneliti, efektivitas pendidikan keuangan yang sudah diselenggarakan oleh koperasi tidak boleh terukur dari sisi peningkatan pengetahuan saja. Penerapan pengetahuan ke dalam kehidupan sehari-hari, dalam konteks penelitian ini disebut keterampilan, menjadi salah satu unsur penting yang membangun kapasitas seseorang. Selain itu, sikap dalam berpikir dan bertindak sebelum memutuskan suatu keputusan finansial juga menjadi cermin dari kapasitas seseorang. Dalam penelitian ini, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI