77
Berikutnya, peneliti
ingin mengetahui
penerapan materi
pengelolaan pinjaman. Dari 20 informan yang memiliki rencana mengakses pinjaman, 16 orang
menyatakan telah menyusun tabel rencana pinjaman, seperti menghitung sendiri perkiraan angsuran dan bunga pinjaman yang harus dibayar setiap bulan.
Penyusunan tabel rencana pinjaman adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan, baik oleh anggota maupun lembaga, sebelum mengakses pinjaman. Dengan
menyusun tabel rencana pinjaman, anggota sebenarnya didorong untuk mampu berpikir lebih komprehensif mengenai resiko dan cara penanganannya. Melalui
penyusunan tabel rencana pinjaman itu pula, anggota bisa belajar menghitung perbandingan antara utang dengan aset atau utang dengan pendapatan. Sayangnya,
peneliti belum menemukan eksplorasi materi pengelolaan pinjaman ini. Sejauh peneliti melakukan observasi, studi pustaka, dan wawancara, materi ini masih
berkutat di penjelasan pola dan kebijakan poljak CUTM bagian pinjaman. Mengingat sebagian besar informan mengingat betul materi poljak ini lihat tabel
12 pada hal. 109, peneliti merasa pada saat penyampaian materi itu-lah merupakan waktu yang tepat untuk melatih anggota berpraktik menyusun tabel rencana
pinjaman. Berdasarkan deskripsi data, peneliti menyimpulkan bahwa sebanyak 40-
80 informan menyatakan telah menerima materi kunci Pendidikan Dasar dan Pendidikan Literasi Keuangan. Namun, merujuk pada pembahasan data-data dalam
analisis II, hanya 50-60 informan yang sudah terampil merencanakan dan menerapkan
pengelolaan keuangan
melalui penyusunan
anggaran belanja,
pengelolaan dana darurat, dan penyusunan tabel rencana pinjaman. Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
demikian, program pendidikan CUTM dalam upaya peningkatan keterampilan finansial anggota dinilai cukup efektif.
4.2.3 Analisis Pemetaan III
Pada analisis III ini, peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian ketiga yang berkaitan dengan efektivitas pendidikan CUTM dalam upaya perubahan sikap
finansial anggota. Guna menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga, ada 3 unit analisis kunci yang akan dianalisis, yaitu kepemilikan simpanan pribadi, kondisi
paling dihindari saat mengakses pinjaman, dan sikap mengelola pinjaman. Salah satu tujuan penyelenggaran pendidikan di CUTM adalah membangun
kesadaran berkoperasi. Kesadaran berkoperasi ini, menurut Kepala Divisi Kredit CUTM, sangat penting mengingat salah satu faktor keberlanjutan CUTM terletak
di dinamika simpan pinjamnya. Komponen-komponen utama yang mencerminkan sikap seorang anggota memiliki kesadaran berkoperasi terkait dengan dinamika
simpan pinjam di CUTM adalah melakukan aktivitas menabung, disiplin dalam mengangsur
pinjaman, dan
membuat pertimbangan-pertimbangan
sebelum mengakses pinjaman.
Terkait aktivitas menabung, peneliti mempertanyakan kepemilikan simpanan pribadi yang ditujukan untuk kepentingan pribadi, bukan kepentingan keluarga.
Tujuan peneliti menanyakan hal ini adalah memeriksa kesiapan informan apabila ada kondisi tertentu yang memaksa informan untuk bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri secara finansial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 4.17 Jawaban Informan
Terkait Kepemilikan Simpanan Pribadi ke-1 Jawaban
Frekuensi Persentase
Ya 15
50,0
Tidak 15
50,0 Total
30 100,0
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan data di atas, informan sebanyak 50 menyatakan bahwa mereka memiliki simpanan pribadi. Dari 15 informan tersebut lihat tabel 45 pada
hal. 119, 11 orang masih rutin menambahkan dana pada simpanan pribadi mereka. Sementara itu, 4 orang lainnya menyatakan bahwa mereka sudah tidak
rutin menambahkan dana karena semakin sulit menyisihkan dana untuk 2 jenis simpanan yang berbeda, yakni simpanan keluarga dan simpanan pribadi.
Meskipun demikian, setidaknya 50 informan telah memahami betul manfaat menabung di luar tabungan keluarga. Menurut peneliti, mereka sebenarnya telah
mencerminkan sikap penghargaan dan tanggung jawab kepada diri mereka sendiri. Artinya, bila terjadi sesuatu, mereka siap untuk meneruskan aktivitas
finansialnya tanpa menganggu tabungan keluarga. Selanjutnya, peneliti mempertanyakan sikap informan terhadap 4 kondisi
paling dihindari saat mengakses pinjaman. Berikut adalah kondisi-kondisi yang diberikan kepada informan.
a. Kondisi A:
Mengakses pinjaman melebihi kapasitas mengembalikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
b. Kondisi B:
Mendapatkan catatan hitam apabila tidak mampu mengangsur pinjaman dengan disipilin yang berdampak pada kesulitan mengakses
pinjaman di masa mendatang. c.
Kondisi C: Kehilangan jaminan karena tidak mampu mengembalikan pinjaman.
d. Kondisi D:
Dikenakan sanksi sosial dari anggota lain.
Tabel 4.18 Jawaban Informan
Terkait Kondisi Paling Dihindari Saat Mengakses Pinjaman
Jawaban
Kondisi A Kondisi B Kondisi C Kondisi D
Fr. Fr.
Fr. Fr.
Paling dihindari 18
15 16
7 Dihindari
8 14
11 17
Cukup dihindari 4
1 3
6 Total
30 30
30 30
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner Fr.: frekuensi
Berdasarkan data di atas, ada 18 informan yang menyatakan bahwa “mengakses pinjaman melebihi kapasitas mengembalikan” merupakan kondisi
paling dihindari saat mengakses pinjaman. Kemudian, kondisi kedua paling dihindari adalah “kehilangan jaminan karena tidak mampu mengembalikan
pinjaman”. Dari data ini, peneliti menyimpulkan bahwa lebih dari 50 informan memahami arti tanggung jawab terhadap pengembalian pinjaman. Hal ini ditandai