36
pendidikan keuangan, seseorang merasa lebih percaya diri dalam mengelola keuangan, berani untuk meminjam demi pengembangan modal usahanya, dan
optimis untuk selalu taat mengembalikan pinjaman pokok serta membayar bunga pinjaman sesuai dengan perjanjian yang berlaku.
2.7 Penelitian Kualitatif Fenomenologi tentang Literasi Keuangan:
Tinjauan Teoritis
Campbell 2007
menulis disertasi
doktoral dengan judul “A
Phenomenological Study of Family Influence on Millennial College Students’ Money Beliefs and Behaviors
”. Tujuan penelitian kualitatif fenomenologi ini adalah mengeksplorasi fenomena pengaruh orang tua kepada anak-anaknya mengenai
uang yang membentuk keyakinan dan perilaku mereka. Campbell menggunakan kuesioner, wawancara, refleksi tertulis, genogram, dan studi pustaka untuk
mengumpulkan data. Ada tujuh tema yang dimunculkan oleh Campbell, yakni hidup dalam satu tujuan, pembatasan pinjaman, pengelolaan dan perencanaan,
menabung, berinvestasi, menyelesaikan pendidikan lebih tinggi, dan bekerja keras. “A Phenomenological Study to Discover Low-Income Adults Perceptions and
Expectations Regarding Financial Literacy ” oleh Schaffer 2013 bertujuan untuk
menemukan strategi meningkatkan kehadiran kelompok berpenghasilan rendah ke dalam program literasi keuangan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta.
Schaffer mengumpulkan data dari 20 partisipan melalui wawancara mendalam terkait latar belakang kehidupan, program pendidikan, dan harapan masa depan
mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III METODE PENELITIAN
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya bahwa salah satu tanggung jawab sosial dari sebuah Credit Union adalah memajukan pendidikan
keuangan, yang merupakan prinsip inti koperasi, kepada seluruh anggotanya. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi program pendidikan di sebuah koperasi,
yakni Credit Union Tyas Manunggal CUTM, dalam kaitannya dengan peningkatan kapasitas anggota di bidang pengelolaan keuangan dan dampaknya
pada kesejahteraan anggota.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan kualitatif
deskriptif dengan
pendekatan fenomenologi. Merriam 2009, hal. 23 memaparkan bahwa dasar penelitian
kualitatif, secara filosofis, berasal dari konstruksionisme, fenomenologi, dan interaksi simbolis yang diterapkan oleh peneliti untuk memahami pengalaman
kehidupan manusia, menafsirkan cara pandang manusia, dan mendalami hal-hal yang dianggap penting oleh manusia untuk membangun pengalamannya. Penelitian
kualitatif diterapkan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” dari perilaku, pendapat, dan pengalaman manusia.
Lebih dalam, Creswell 2007, hal. 37 menerangkan bahwa penelitian kualitatif dimulai dari asumsi, sudut pandang, dan studi dari rumusan masalah
penelitian yang memuat pertanyaan berkenaan dengan masalah manusia atau sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kemudian, laporan hasil penelitian memuat suara partisipan, refleksi peneliti, dan deskripsi serta interpretasi yang lengkap mengenai permasalahan. Bahkan, lebih
jauh, hasil penelitian bisa dikembangkan sebagai pancingan atau sinyal untuk mengambil tindakan konkret.
Guest, dkk. 2012, hal. 17 menyebutkan kekuatan dari pendekatan fenomenologi, yaitu baik untuk sampel data yang kecil dan memiliki kebebasan
mengeksplorasi data lebih dalam. Makna fenomenologi lebih luas dari sekadar pengalaman karena melibatkan persepsi, perasaan, dan pengalaman hidup
terpenting dan semuanya itu yang menjadi objek penelitian Guest, MacQueen, Namey, 2012, hal. 13. Selaras dengan Guest, dkk., Merriam 2009, hal. 26
memaparkan bahwa penelitian fenomenologi cocok untuk mempelajari afektif, emosi, dan pengalaman manusia dengan lebih detil.
Selanjutnya, Creswell 2007, hal. 59 memaparkan dua pendekatan fenomenologi, yakni hermeneutika dan psikologis. Manen 1990, sebagaimana
dikutip oleh Creswell, menjelaskan bahwa fenomenologi hermeneutika berorientasi pada pengalaman hidup partisipan. Peneliti menginterpretasi
“teks-teks” kehidupan yang muncul dari partisipan dan menuliskan hasil interpretasinya ke laporan akhir.
Sementara itu, pada fenomenologi psikologis, peneliti justru lebih banyak mendeskripsikan pengalaman partisipan daripada melakukan interpretasi. Dengan
demikian, fokus dari studi fenomenologi hermeneutika adalah mengungkapkan dan menafsirkan esensi pengalaman kehidupan manusia, sehingga produk akhir dari
penelitian fenomenologi hermeneutika adalah deskripsi dan interpretasi yang menyajikan esensi dari pengalaman tersebut.