Pendidikan Keuangan dan Pengelolaan Keuangan

8 status penabung dan peminjam saja, tetapi juga ikut serta membangun pertumbuhan Credit Union-nya melalui pengembangan modal manusia dan modal sosialnya.

1.1.5 Peningkatan Kesejahteraan Hidup Anggota: Cita-cita Credit Union

Pada awalnya, LKM diciptakan dengan tujuan untuk menyediakan fasilitas jasa keuangan kepada masyarakat yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal karena suatu alasan tertentu, seperti ketidakmampuan memenuhi persyaratan administrasi. Wright 1999, sebagaimana dikutip oleh Ahorlu 2014, hal. 24, menyatakan bahwa fokus untuk membantu masyarakat miskin dalam meningkatkan kesejahteraan hingga mencapai titik tertentu adalah dengan menyediakan berbagai jasa keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kekayaan dan penghasilan akan berkembang seiring berjalannya waktu. Merujuk pada pernyataan di atas, kehadiran LKM dimaknai sebagai sebuah komponen kunci dari sistem keuangan yang memiliki maksud untuk mengubah dan mengembangkan kehidupan masyarakat berpendapatan rendah melalui penciptaan lapangan pekerjaan yang nantinya dapat menjadi sebuah kontribusi pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan demikian, ada sebuah cita-cita fundamental yang diperjuangkan oleh setiap LKM, yakni meningkatkan kesejahteraan hidup bagi para kliennya. Bagi LKM yang membawa identitas Credit Union dengan segala keunikannya, kesejahteraan hidup yang dicita-citakan itu kurang tepat bila hanya berbicara tentang peningkatan yang diukur dari sisi finansial. Ada sisi nonfinansial yang harus masuk ke pemaknaan kesejahteraan hidup. Hal ini menjadi salah satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 tugas Credit Union untuk menanamkan kesadaran kepada anggota-anggotanya bahwa sejahtera memiliki makna lebih dalam daripada sekadar memiliki tabungan.

1.1.6 Studi Kasus Credit Union Tyas Manunggal, Bantul, Yogyakarta

Credit Union Tyas Manunggal CUTM berdiri pada tanggal 7 Oktober 2005, berlokasi di Gedogan RT 06, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Pada tahun 2011, CUTM mendapatkan legalitas operasional dari pemerintah sebagai lembaga keuangan simpan pinjam berbentuk koperasi. Nomor legalitas CUTM adalah 144BHXV.1V2011. Sejak kelahirannya pada tahun 2005, Credit Union Tyas Manunggal CUTM memiliki pertumbuhan aset yang kuat dengan tingkat kelalaian kredit kurang dari 2. Tutup buku tahun 2015 menunjukkan tingkat kelalaian kredit hanya sebesar 1,9 dari angka ideal 5. Angka ini meningkat cukup signifikan dari tahun 2014 yang berada pada posisi 0,74. Meskipun demikian, angka ini memberikan bukti bahwa CUTM masih berhasil menekan tingkat pengembalian kredit gagal atas pinjaman yang diakses oleh anggota-anggotanya. Sayangnya, penyerapan dana pinjaman anggota CUTM ini belum maksimal. Selama tahun 2015, CUTM mencatat jumlah peminjam sebanyak 1073 orang atau sekitar 52,47 dari total anggota. Penyerapan dana pinjaman hanya berada di angka 65 dari persentase ideal sebesar 70-80. Hal ini menunjukkan adanya idle money yang tidak digunakan secara efektif dalam perputaran bisnis keuangan CUTM. Artinya, cadangan dana resiko yang semakin besar jumlahnya tidak diikuti dengan semakin maksimalnya penyerapan dana pinjaman oleh anggota. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Ditinjau dari bisnis keuangannya, peneliti menemukan beberapa kondisi yang saat ini terjadi di CUTM. Pertama, jumlah aset bertumbuh sangat kuat. Kedua, penabung melakukan perannya dengan baik. Ketiga, peminjam melakukan kewajibannya mengangsur dengan sangat baik. Keempat, jumlah peminjam pada tahun 2012-2015 tidak pernah lebih dari 65 dari total anggota. Kelima, persentase jumlah uang yang beredar di anggota atau persentase penyerapan dana pinjaman belum maksimal karena hanya sekitar 58-66 dari total aset selama tahun 2012- 2015. Peneliti meringkas kondisi-kondisi di atas menjadi empat intisari. Pertama, kinerja keuangan CUTM sangat sehat, ditilik dari pertumbuhan aset, pertambahan SHU setiap tahun, dan tingkat kemacetan kredit yang rendah. Kedua, anggota- anggota yang mengakses pinjaman menunjukkan kinerja pengembalian sangat baik. Ketiga, hampir setengah dari total anggota CUTM belum atau tidak mengakses pinjaman. Keempat, adanya inefisiensi praktik di CUTM berkenaaan dengan idle money yang belum diserap oleh anggota. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sistem simpan-pinjam di Credit Union berkaitan langsung dengan keberlanjutan finansialnya. Apabila salah satu sistem tersebut berjalan tidak lancar, maka tantangan lembaga tersebut untuk bertumbuh dan berkelanjutan semakin besar. Beberapa contoh ketidaklancaran dari sistem simpan-pinjam, antara lain: a. Jumlah peminjam terlalu sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah dana pinjaman yang tersedia. Hal ini mengakibatkan lambatnya perputaran uang di dalam Credit Union.