Pendidikan Literasi Keuangan Pendidikan Anggota di Credit Union

30 mendefinisikan literasi keuangan sebagai kemampuan memproses informasi keuangan dan membuat keputusan tepat terkait keuangan pribadi. Pada tahun 2010, ACCU mengeluarkan dokumen Credit Union Business Solution Series Number 16 dengan judul 360 Degrees Financial Literacy for Credit Unions Members. Dokumen ini berisi materi literasi keuangan. Berikut adalah delapan hal utama yang harus dipahami dan dipraktikkan oleh anggota: a. Misi Credit Union: menolong anggota untuk membantu dirinya sendiri mencapai kemandirian keuangan. b. Produk dan pelayanan Credit Union: menawarkan solusi keuangan atas berbagai masalah atau kebutuhan keuangan anggota pada setiap tahap kehidupan. c. Mempelajari bahasa penciptaan kekayaan dalam bentuk mempertanyakan jumlah kekayaan bersih yang dimiliki sekarang. d. Aturan manajemen keuangan pribadi, terdiri dari: 1 Penetapan tujuan keuangan. 2 Hidup sesuai kemampuan. Pengeluaran tidak lebih besar dari pendapatan. 3 Pembebasan diri dari utang. 4 Pembebasan diri dari tunggakan pengembalian pinjaman. 5 Pengendalian pengeluaran. 6 Pemahaman prinsip opportunity cost. Opportunity cost adalah pertimbangan biaya dan manfaat dari setiap keputusan finansial. 31 7 Pemahaman nilai waktu dari uang. 8 Pemahaman perhitungan bunga majemuk dari uang. 9 Pemahaman terkait pengambilan resiko dengan penuh perhitungan. 10 Aktivitas menabung. 11 Pemahaman berinvestasi dengan kerangka berpikir yang baru. 12 Pemahaman pertambahan ragam investasi dan kekayaan. e. Memahami cara-cara menabung f. Memahami pengelolaan dana darurat g. Memahami perencanaan keuangan keluarga h. Memahami anggaran belanja keluarga melalui pengembangan peta jalan keuangan Dengan demikian, pendidikan literasi keuangan sudah seharusnya tidak sekadar memuat faktor pengetahuan dan numerikal saja. Ada faktor afektif yang perlu diterapkan untuk mendorong pengambilan keputusan finansial yang rasional.

2.4 Pilar Kesejahteraan Hidup

Berbicara tentang kesejahteraan, tidak terlepas dari konteks pendapatan dan kekayaan. Dua hal tersebut menjadi indikator utama yang pada umumnya digunakan untuk menilai kesejahteraan seseorang. Pendapatan merujuk pada siklus ekonomi rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Siklus tersebut dimulai dari menerima pendapatan, mengelola keuangan, dan membiayai pengeluaran rumah tangga. Sementara itu, kekayaan ditafsirkan sebagai alat pelindung kehidupan 32 rumah tangga, seperti investasi, asuransi, dan kepemilikan aset. Dalam konteks penelitian ini, kekayaan adalah aset. Linderberg 2002, hal. 304 memaknai pelindung kehidupan sebagai kemampuan keluarga atau komunitas untuk mempertahankan dan mengembangkan pendapatan, aset, dan relasi sosialnya dari tahun ke tahun. Definisi ini, bagi Lindenberg, mengandung makna pelindung kehidupan yang lebih luas dari sekadar ketahanan ekonomi. Selaras dengan pernyataan Linderberg, Kabeer 2003, hal. 106 juga menerangkan bahwa dampak sosial adalah elemen penting untuk menilai kinerja LKM dan potensi keberlanjutannya di tengah masyarakat karena memiliki pengaruh dalam membentuk kesejahteraan masyarakat. Kabeer memasukkan unsur modal manusia, yakni kesehatan, nutrisi, pendidikan, dan relasi sosial sebagai komponen dampak sosial untuk penilaian LKM. OECD’s Better Life Initiative 2013 mendefinisikan kesejahteraan hidup sebagai berikut: Reflecting this multi-dimensional approach, the OECD identifies three pillars for understanding and measuring people’s well-being: 1 Material living conditions or economic well-being, which determine people’s consumption possibilities and their command over resources. 2 Quality of life, which is defined as the set of non- monetary attributes of individuals that shapes their opportunities and life chances, and has intrinsic value under different cultures and contexts. 3 The sustainability of the socio-economic and natural systems where people live and work, which is important for well- being to last over time. Mengacu pada pendekatan multidimensi, OECD mengidentifikasi tiga pilar untuk memahami dan mengukur kesejahteraan masyarakat: 1 Syarat hidup materi atau kesejahteraan ekonomi, yang menentukan konsumsi masyarakat dan kontrolnya terhadap sumber daya. 2 Kualitas hidup, yang didefinisikan sebagai 33 kesatuan atribut nonekonomi, yang membentuk peluang dan kesempatan hidup, serta memiliki nilai intrinsik sesuai dengan konteks dan budayanya. 3 Keberlanjutan sistem sosio-ekonomi dan alam di tempat masyarakat hidup dan bekerja yang penting untuk kesejahteraan dari waktu ke waktu. Dengan demikian, kesejahteraan yang diuraikan OECD meliputi ukuran finansial dan nonfinansial. Definisi di atas sesuai dengan makna kesejahteraan Credit Union Tyas Manunggal CUTM. Dalam konteks penelitian, kesejahteraan akan diukur secara finansial melalui peningkatan tabungan danatau aset. Sementara itu, kesejahteraan nonfinansial diukur melalui kualitas kesehatan dan pendidikan, serta eksistensi sumber pendapatan baru sebagai salah satu indikator bahwa anggota turut berupaya mencapai kesejahteraannya melalui sistem sosio-ekonomi yang berkelanjutan.

2.5 Evaluasi Efektivitas Program Pendidikan

Shalock 2001 sebagaimana dikutip oleh Wang 2009, hal. 145 menjelaskan bahwa dalam evaluasi efektivitas, ada pertanyaan yang perlu dijawab: “apakah program ini sudah menghasilkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya?” Jawaban pertanyaan tersebut digunakan untuk: 1 membandingkan tujuan program dengan hasil yang dicapai, 2 memahami kinerja program dan menilai hasilnya, 3 menyediakan informasi timbal balik sebagai bentuk reaksi atas perubahan dan perkembangan selama program berlangsung. Stufflebeam 2003 sebagaimana dikutip oleh Zhang, dkk. 2011, hal. 63-66 menyediakan model evaluasi berbasis manajemen terhadap suatu program pendidikan atau pelatihan. Tujuan evaluasi berbasis manajemen ini adalah