Sumber: wunderling.deviantart.com
diharapkan memiliki contoh tentang bagaimana menghargai pendapat orang lain, dan juga tentang bagaimana mengungkapkan
pendapat dengan baik.
Ayo mendengarkan Menghargai Pendapat Orang Lain
Aku dapat dikatakan menghargai pendapat orang lain ketika, aku dapat menerima, memahami, dan mengingat apa yang orang lain itu
katakan apa adanya. Maksudku “menerima” apa yang dikatakan orang lain bukan berarti bahwa aku mengiyakan atau setuju. Tetapi aku
menerima bahwa setiap orang berhak untuk memiliki pendapat yang berbeda-beda. Kemudian, aku juga dikatakan menghargai pendapat
orang lain ketika aku dapat merespon dan mengevaluasi pendapat orang lain bila perlu.
Selain itu, ketika aku menghargai pendapat orang lain, banyak manfaat yang kuterima, seperti:
1 Sama-sama memandang diri sebagai pribadi yang berharga 2 Kita sungguh-sungguh menghargai kehadirannyakeberadaanya
3 Mengakrabkan hubungan antar pribadi 4 Belajar memahami dan menghargai keunikan tiap individu
5 Mendorong orang lain untuk mampu membuka diri 6 Memampukanku melihat suatu hal dari sudut pandang berbeda.
Ayo membaca Kura-kura dalam Tempurung
Kura-kura sedang
bersedih, ia merasa rendah diri. Ia sangat dan tidak
banyak berbicara dengan teman-temannya. Ia hanya
mengurung
diri dalam
tempurung dan
tidak
D. MATERI
E. KISAH FABEL INSPIRATIF PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sumber: animal-kid.com
banyak melakukan apapun. Kerjanya hanya berada di rumah, menghabiskan waktu dengan tidur seharian atau mencari makan di
pinggir sungai.
Kura-kura menjadi pemalu dan enggan bermain dengan teman- teman di hutan. Hal itu karena kura-kura merasa rendah diri dengan
jerapah. Ia tidak mau bermain dan dikucilkan oleh jerapah dan teman- temannya itu. Jerapah memiliki sifat sombong dan selalu memandang
rendah kepada si kura-kura yang kecil dan tidak bisa apa-apa itu. Dahulu saat ada perayaan musim semi, kura-kura pernah di ejek oleh jerapah.
Jerapah mengatakan bahwa kura-kura itu sungguh lamban dan tidak berguna.
“Memasang lampu
hiasan untuk di acara perayaan saja tidak bisa”,
ungkap jerapah waktu itu. Kura-kura sedih, karena ia
ditertawakan oleh semua teman-temannya. Setelah
kejadian itu, hampir setiap hari jerapah mengolok-
olok
dirinya. Saat
berpapasan di jalan, saat di kebun atau saat ia berenang di pinggir sungai.
Selain itu pula, pada setiap acara musyawarah antara masyarakat di hutan, kura-kura tidak pernah hadir. Ia malu dan rendah diri, ia takut
teman-temannya mencibirnya dengan sebutan lamban dan bodoh. Oleh karena itu, jarang sekali kura-kura hadir pada acara-acara yang
dilakukan oleh masyarakat di hutan.
Dengan kondisi seperti itu, lama kelamaan raja hutan, singa mengjadi bertanya-tanya. Kemanakah gerangan si kura-kura, mengapa
ia tidak hadir dalam musyawarah di hutan. Padahal dalam acara musyawarah itu bertujuan untuk membahas masalah yang ada di hutan.
“Wahai rakyatku, ada yang tahu kenapa si kura-kura kecil tidak hadir dalam musyawarah kita?” tanya singa pada suatu acara
musyawarah. “Kura-kura itu malas, dia ada di rumahnya”, jawab jerapah. “Benarkah demikian?’ tanya raja hutan lagi. Masyarakat hutan
diam, mereka mencoba menjawab dan mengatakan yang sebenarnya. Tapi, hal itu gagal karena setiap akan berbicara raja si jerapah menyela.
Pada musyawarah beberapa minggu berikutnya kura-kura juga tidak hadir. Oleh karena itu membuat singa selalu bertanya-tanya.
Padahal sesungguhnya singa ada keperluan dengan si kura-kura. Oleh karena itu, ia menyuruh masyarakatnya untuk mengunjungi rumah si
kura-kura. Mendapat kunjungan itu, kura-kura menjadi takut. Ia bingung, bagaimana jika ia tidak hadir pada musyawarah selanjutnya.
Pasti singa akan marah, singa akan mengira bahwa ia tidak patuh kepadanya.
Akhirnya dengan rasa takut dan terpaksa kura-kura pun hadir dalam musyawarah. Ia datang sendiri dan duduk di bangku paling
belakang, sehingga hewan-hewan lain tak bisa melihatnya. Terutama jerapah, ia bersembunyi dari jerapah yang sombong itu.
Kali ini singa bertanya lagi, kemana si kura-kura? Mendengar namanya di panggil si kura-kura takut. Dengan ragu-ragu ia menuju ke
depan dan menemui singa. “Kemana saja kau kura-kura. Mengapa tidak hadir dalam musyawarah hutan?” “Saya”.. jawab kura-kura takut-takut.
“Kamu tidak usah takut, saya tidak marah padamu”,jawab singa bijaksana. “Saya, tidak berani keluar rumah, jadi saya hanya
bersembunyi dalam tempurung”, jawab kura-kura. “Mengapa begitu?” tanya
singa penasaran.
Mendengar hal itu, jerapah menjadi
khawatir. Ia
takut kura-kura
mengadu pada singa, bahwa ia
sering mengejeknya. “Dia itu pemalas, jadi
tidak
mau keluar
rumah”, sela jerapah. Kura-kura gemetar ia hanya menunduk diam. Seolah ia hendak bersembunyi lagi dalam tempurungnya. Ia malu karena
saat ini semua mata masyarakat di hutan tertuju kepadanya.
“Kamu jangan takut” ujar singa sambil memperhatikan wajah kura-kura kecil yang terlihat cemas. “Sesungguhnya, saya ingin meminta
bantuan padamu untuk mencari rumput hijau di sungai. Rumput itu biasanya ada di dasar sungai, rumput itu digunakan untuk
menyembuhkan luka anakku”, ucap singa ramah. Mendengar hal itu, kura-kura menjadi tenang. Ia tersenyum kecil.
“Selain itu, saya juga tahu. Permasalahannya yang terjadi antara dirimu dengan jerapah. Saya mendengar desas-desusnya sendiri dari
masyarakat”, tambah singa lagi. Si jerapah terkejut, ia tertunduk malu dan terdiam.
Singa yang bijaksana memberi hukuman pada jerapah yang sombong. Ia di perintahkan untuk membersihkan dan merawat kebun
masyarakat setiap hari. Sedangkan si kura-kura merasa senang, setelah membantu singa mencari rumput ia bermain dan berkumpul seperti
sebelumnya dengan hewan-hewan lain yang ada di hutan.
sumber: https:nenggelisfransori.wordpress.com20101215dongeng-kura- kura-dalam-tempurung
Sumber: gifvault.com
F. KIBAR Kisah Bergambar