c. Belajar akan lebih efektif bila merupakan sebuah proses yang aktif.
d. Perubahan hendaknya tidak terpisah-pisah antara kognitif, afektif, dan perilaku, tetapi secara holistik.
e. Experiential learning lebih dari sekedar memberi informasi untuk pengubahan kognitif, afektif, maupun perilaku.
Experiential learning
merupakan proses
belajar yang
menambahkan minat belajar pada peserta didik, terutama untuk melakukan perubahan yang diinginkan.
f. Perubahan persepsi tentang diri sendiri dan lingkungan sangat
diperlukan sebelum melakukan pengubahan pada kognitif, afektif, dan perilaku.
g. Perubahan perilaku tidak akan bermakna bila kognitif, afektif, dan perilaku itu sendiri tidak berubah.
6. Prosedur bagi
Guru untuk
Mempersiapkan Model
Pembelajaran Experiential Learning
a. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka mengenai hasil potensial atau
memiliki seperangkat hasil-hasil alternatif tertentu b. Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan
terhadap pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Peserta didik mengetahui bahwa dirinya dapat bekerja secara individual atak berkelompok dalam belajar berdasarkan
pengalaman d. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif
berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, dan menerima konsekuensi berdasarkan
keputusan tersebut e. Guru menyediakan wadah bagi keseluruhan kelas untuk
menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan topik bahasan, dan kemudian guru melaksanakan
pertemuan untuk membahas berbagai macam pengalaman peserta didik itu Oemar Hamalik, 2008.
7. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning
Pendekatan experiential learning memiliki kelebihan, yakni dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu
terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan
dalam proses
belajar, mendorong
dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong peserta
didik untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Selain memiliki beberapa kelebihan, pendekatan experiential learning
juga memiliki kekurangan, yakni dibutuhkannya alokasi waktu yang
relatif lama
untuk menyelenggarakan
pendekatan experiential learning dalam proses pembelajaran Sinaga, 2013.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pendekatan experiential learning tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan experiential learning dapat efektif apabila diberikan kepada peserta didik dengan memperhatikan materi yang
diberikan, persiapan, strategi yang digunakan, dan alokasi waktu yang disediakan.
Apabila keempat hal tersebut diperhatikan selama proses pembelajaran, maka akan tercapailah tujuan dari pembelajaran
dengan pendekatan experiential learning. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
experiential learning yakni:
mengubah struktur kognitif peserta didik, mengubah sikap peserta didik, dan
memperluas keterampilan-keterampilan peserta didik yang sudah ada. Hal tersebut berlaku apabila ingin menggunakan pendekatan
experiential learning untuk meningkatkan karakter tertentu dalam diri peserta didik. Seperti temuan Sinaga 2013 dalam
penelitiannya, Efektivitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial
Berbasis Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Humanis Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP, menyatakan
bahwa program bimbingan pribadi-sosial berbasis experiential learning efektif dalam meningkatkan karakter humanis siswa.
D. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning