jumlah peserta didik rata-rata 30 orang, yang membahas materitopik layanan sesuai kebutuhan peserta didik, serta dalam
tugas-tugas pengembangan
pemahaman dan
pengamalan materitopik layanannya melibatkan guru mata pelajaran.
6. Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
Bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning merupakan model layanan bimbingan konseling yang
diselenggarakan oleh konselor bekerja sama dengan guru mata pelajaran
sebagai mitra
kolaboratif, untuk
membantu mengoptimalkan proses belajar peserta didik dari segu pribadi,
sosial, belajar,
dan kariernya.
Model bimbingan
ini diselenggarakan dalam bentuk tatap muka dan setting kelas
jumlah peserta didik rata-rata 30 orang, yang membahas materitopik layanan sesuai kebutuhan peserta didik, yang mana
dalam penyelenggaraannya peserta didik dibimbing untuk menggunakan kemampuan dasar pembelajaran experiential
learning, yaitu: concrete experience, reflective observation, actual conceptualization, dan active experimentation.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan tentang hakikat pendidikan karakter, hakikat layanan bimbingan klasikal kolaboratif, hakikat experiential learning,
hakikat karakter kepemimpinan demokratis, hakikat remaja, kerangka berpikir, dan hipotesis.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Menurut Helen G. Douglas dalam Samani 2013:41, karakter tidaklah diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berksesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Menurut Samani
2013:41, karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang khas pada tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap
akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai- nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan TuhanYang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, 11