Hak atas Persamaan Dimuka Hukum dan Perlakuan yang Sama oleh Hukum

35 Penjelasan R ingkas Bacaan Kegiatan I Sumber bacaan ini juga berasal dan disarikan dari Manual “Human Rights in the Administration of Justice” yang dikeluarkan oleh PBB. Pengantar Bagian bacaan ini akan secara khusus membahas tentang standar-standar Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia selama tahap penyelidikanpenyidikan sampai pada sebelum persidangan, khususnya terkait pada hak-hak yang penting terkait dengan penyelidikan dan penyidikan. Dalam proses penyelidikan dan penyidikan kejahatan, tersangka tetap menikmati hak-hak dan kebebasan dasarnya, meskipun dengan beberapa pembatasan yang melekat pada dirinya dalam bentuk pengurangan kebebasannya. Terdapat berbagai prinsip untuk menjamin peradilan yang bebas dan adil, diantaranya adalah persamaan dan perlakuan yang sama dimuka hukum, hak atas praduga tidak bersalah, hak untuk tidak disiksa dan perlakuan lain yang tidak manusiawi, hak untuk dihormati kehidupan pribadi, keluarga dan korespondensinya, hak atas bantuan hukum, dan hak untuk mempersiapkan pembelaan dalam waktu dan fasilitas yang memadai,dan beberapa hak lainnya. Jaminan hak-hak tersebut dalam hukum nasional terdapat dalam UUD 1945, UU HAM, UU Kekuasaan Kehakiman, KUHAP dan sejumlah UU lainnya serta sejumlah peraturan teknis dibawah UU. Berbagai instumen Hak Asasi Manusia internasional yang terkait dengan hak-hak tersebut diatas, diantaranya adalah Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa, Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika, Piagam Afrika Tentang Hak Manusia dan Masyarakat, Statuta untuk Pengadilan Internasional untuk Negara Bekas Yugoslavia the International Tribunal for Former Yugoslatia ICTY dan Pengadilan International untuk Rwandathe International Tribunal for Rwanda ICTR, Statuta Roma untuk Mahkamah Pidana InternasionalInternational Criminal Court ICC, dan sejumlah regulasi lainnya misalnya Konvensi Anti Penyiksaan dan regulasi yang berupa prinsip dan protokol yang disusun oleh Persatuan Bangsa-Bangsa PBB.

1. Hak atas Persamaan Dimuka Hukum dan Perlakuan yang Sama oleh Hukum

Dalam hukum Indonesia, hak atas persamaan dimuka hukum djamin dalam berbagai peraturan perundang-undangan. UUD 1945 memberikan sejumlah pengaturan tentang hak persamaan dimuka hukum diantaranya Pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Indonesia adalah negara hukum” , yang salah satu prinsipnya adalah persamaan dimuka hukum equality before the law , Pasal 27 yang menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” , Pasal 28D ayat 1 yang menyatakan “setiap orang berhak atas 36 pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum serta perlakuan yang sama dihadapan hukum” , dan Pasal 28I yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang diskrimintif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang diskriminatif tersebut” . Pasal 3 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum dan setiap orang berhak atas perlindungan Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Sementara dalam Pasal 5 menyatakan setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum dan setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang obyektif dan tidak berpihak. Pasal 17 menyatakan setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar. Dalam KUHAP hak atas persamaan hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum tertuang dalam konsideran menimbang yang menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa kecualinya. Prinsip ini juga diperkuat dalam Pasal 4 ayat 1 UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan “Pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak membeda-bedakan orang” . Hak atas persamaan dan perlakuan yang sama dimuka hukum merupakan penjabaran lain dalam prinsip non diskriminasi, yang penafsiran dan pelaksanaannya tidak hanya terkait dengan hukum Hak Asasi Manusia stricto sensu, tetapi juga hukum humaniter internasional. Dalam hukum Hak Asasi Manusia internasional, prinsip ini terdapat dalam Pasal 26 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang menyatakan, “semua orang berkedudukan sama di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun”. Pengaturan yang sama terdapat dalam Pasal 3 Piagam Afrika tentang Hak-Hak Manusia dan Penduduk dan Pasal 24 Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika. Kemudian, Pasal 20 1 Statuta untuk ICTR dan Pasal 21 1 Statuta untuk ICTY menyatak an “semua orang harus diperlakukan adil” dihadapan pengadilan-pengadilan tersebut. Disisi lain, prinsip persamaan atau pelarangan diskriminasi tidak berarti bahwa semua pembedaan dilarang, dan dalam menghormati hak ini sebagaimana dinyatakan oleh Komite Hak Asasi Manusia bahwa perlakuan yang membedakan antara orang-orang atau kelompok orang “harus didasarkan pada kriteria yang beralasan dan obyektif”. 37 Hak atas persamaan dihadapan pengadilan adalah prinsip fundamental yang merupakan hal pokok dalam hak atas peradilan yang adil, dan dapat ditemukan secara jelas expressis verbis dalam Pasal 14 1 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, yakni “Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan pengadilan dan badan peradilan”. Meskipun tidak terdapat di Pasal-Pasal yang sama tentang peradilan yang bebas dalam sejumlah konvensi regional, hak atas persamaan dimuka hukum ditegakkan oleh prinsip umum persamaan yang dilindungi tersebut. Prinsip persamaan dihadapan pengadilan berarti, pertama tidak membedakan atau memperhatikan jenis kelamin, ras, asal usul atau status kekayaan seseorang, misalnya setiap orang yang berhadapan dengan hukum mempunyai hak untuk tidak didiskriminasi dari pihak lain dalam proses peradilan atau terkait dengan hukum yang diterapkan kepada orang tersebut. Orang-orang disangka melakukan kejahatan ringan atau kejahatan yang serius, hak-haknya haruslah djamin secara sama. Kedua, prinsip persamaan berarti bahwa semua orang harus mendapatkan akses yang sama ke pengadilan. Prinsip persamaan harus djamin dalam semua tahap peradilan, yakni tahap sebelum diperiksa di pengadilan dan selama proses pengadilan, dimana setiap tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk tidak disikriminasi dalam proses investigasi, atau proses pengadilan, atau terhadap hukum yang diterapkan untuk mereka. Prinsip persamaan juga berarti bahwa setiap manusia harus mempunyai akses yang sama ke pengadilan untuk menuntut hak-hak mereka. Khususnya, bagi perempuan harus mempunyai akses ke pengadilan dalam suatu kondisi yang sama dengan laki-laki, agar mampu untuk menuntut hak-haknya secara efektif.

2. Hak atas Praduga tidak Bersalah