Hak untuk DiamHak untuk tidak Dipaksa Mengakui Perbuatannya

57 penasehat hukumnya tanpa halangan”; tetapi sebagai gantinya yang merujuk pada Pasal 93 Standar aturan Minimum perlakuan terhadap Narapidana yang diadopsi oleh Kementrian Komite Dewan Eropa dengan resolusinya 73 5, yang dibaca sebagai berikut; “seorang tahanan yang tidak disidangkan berhak, segera begitu dia dipenjara, untuk memilih penasehat hukum yang mewakilinya, atau dapat mengajukan bantuan hukum gratis yang disediakan, dan menerima kunjungan dari penasehat hukumnya dalam upaya pembelaannya dan untuk mempersiapkan, dan memberikan kepadanya, atau untuk menerima, instruksi yang rahasia.” Dalam permintaan ini dia dapat diberikan semua fasilitas yang diperlukan untuk tujuan tersebut. Khususnya, dia dapat diberikan pendampingan gratis penerjemah untuk semua kontak yang penting dalam pengorganisasian untuk pembelaannya. Wawancara antara tahanan dan penasehat hukumnya dapat dilakukan dalam pantauan tetapi tidak didengarkan, langsung atau tidak langsung oleh polisi atau petugas penegak hukum. Pengadilan kemudian menyatakan bahwa hal itu “mempertimbangkan bahwa hak tersangka terdakwa untuk berkomunikasi dengan pengacaranya tanpa didengarkan oleh pihak ketiga merupakan bagian dari syarat dasar peradilan yang adil dan tidak memihak dalam masyarakat yang demokratis dan sesuai dengan Pasal 6 3 huruf c Konvensi HAM Eropa jika seorang pengacara tidak dapat berunding dengan klien nya dan menerima instruksi yang rahasia darinya tanpa pengamatan, pendampingannya akan kehilangan banyak kebergunaannya, dimana Konvensi dimaksudkan untuk menjamin hak-hak yang praktis dan efektif” .

7. Hak untuk DiamHak untuk tidak Dipaksa Mengakui Perbuatannya

Perlindungan terhadap hak untuk diam atau tidak dipaksa mengakui perbuatannya djamin dengan adanya larangan untuk melakukan pemaksaan dan juga larangan penyiksaan untuk memperoleh pengakuan, sebagaimana yang telah djelaskan diatas dalam bagian hak untuk bebas dari penyiksaan. Hak ini diperkuat dalam ketentuan KUHAP diantaranya hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik Pasal 52. Pemeriksaan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun Pasal 117 ayat 2. Berdasarkan Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2009 tentang Implementasi dan Standar HAM dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, hak ini juga djamin secara rinci diantaranya; memperhatikan dan menghargai hak terperiksasaksi untuk memberikan keterangan secara bebas, menghormati hak saksiterperiksa untuk menolak memberikan informasi, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rahasia jabatannya Pasal 27 huruf g dan h. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kepolisian dilarang mengajukan pertanyaan yang sulit dipahami terperiksa, atau dengan cara membentak- 58 bentak, menakuti atau mengancam terperiksa, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan pemeriksaan, melakukan kekerasan atau ancaman kekerasanan baik bersifat isik atau psikis dengan maksud untuk mendapatkan keterangan, informasi atau pengakuan, memaksa saksi atau tersangkaterperiksa untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rahasia jabatannya, dan membujuk, mempengaruhi atau memperdaya pihak yang diperiksa untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan hak-hak yang diperiksa Pasal 28. Dalam hukum Hak Asasi Manusia internasional, Pasal 14 ayat 3 Kovenan Hak Sipil dan Politik menjamin hak setiap orang “Untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya, atau dipaksa mengaku bersalah”, dan Pasal 8 ayat 2 huruf g Konvensi Amerika menyatakan hak setiap orang “untuk dipaksa menjadi saksi atas dirinya sendiri atau mengakui bersalah”, aturan yang dikuatkan dalam Pasal 8 ayat 3 yaitu “suatu pengakuan bersalah oleh tersangka hanya sah jika dibuat tanpa paksaan dalam bentuk apapun”. Piagam Afrika dan Konvensi Eropa tidak memberikan aturan yang sama. Perlindungan efektif dari hak ini penting berada dalam proses penyelidikan awal, ketika kehendak yang besar untuk berusaha menekan tersangka untuk mendapatkan pengakuan dari mereka. Hal ini dicatat dalam Panduan 16 dari Panduan atas Peranan Penuntut Umum yang juga menyatakan bahwa penuntut umum dapat menolak bukti yang didapatkan melalui proses dengan cara yang melanggar hukumtidak sah. Hak untuk tidak dipaksa mengakui kejahatan dirinya sendiri dan untuk mengakui bersalah juga terdapat dalam Pasal 55 ayat 1 huruf a Statuta untuk ICC dan Pasal 20 ayat 4 huruf g dan 21 ayat 4 huruf g Statuta ICTR dan ICTY.

8. Hak untuk Menjaga Berkas Pemeriksaan Termasuk Kerahasiaan The Duty