53
1994, dan penuntut umum hanya mempersilahkan untuk melihat berkasnya pada tanggal 6 Januari, “dalam waktu yang sangat singkat”, dengan putusan yang diberikan pada hari
berikutnya. Berdasarkan Pasal 6 ayat 3 Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa menyatakan bahwa hal itu tidak cukup sesuai dengan aturan
ini dimana pemohon diberikan “lembaran dakwaan” selama 10 jam dan satu seperempat jam berturut-turut setelah penangkapannya, lembaran-lembaran dakwaan itu berisi
informasi tentang dakwaan pelanggaran perdamaian juga tanggal dan tempat peristiwa. Oleh karenanya, Pasal 6 ayat 3 huruf a dilanggar dalam kasus dimana pemohon, yang
berasal dari luar negeri, telah menginformasikan otoritas italia atas kesulitannya dalam memahami ketentuan yudisial yang diberikan kepadanya, meminta mereka untuk
mengirim informasi kepadanya dalam bahasa ibunya atau dalam salah satu bahasa resmi yang digunakan PBB. Dia tidak menerima jawaban atas suratnya dan otoritas melanjutkan
menulis dokumen dalam bahasa Italia. Pengadilan memandang bahwa “otoritas yudisial Italian harus melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan permintaan pemohon
seperti untuk memastikan ketaatan pada syarat-syarat dari Pasal 6 ayat 3 huruf a meskipun mereka dalam posisi untuk menegakkan bahwa pemohon pada kenyataanya
mempunyai cukup pengatahuan tentang Italia dalam memahami notiikasi atas asumsi surat yang menyebut dia atas kasus yang didakwakan kepadanya.
6. Hak Atas Pendampingan Hukum
Hak atas pendampingan hukum yang layak selama penangkapan dan penahanan penting dalam banyak hal, untuk menjamin hak atas pembelaan yang eisien dan untuk tujuan
perlindungan integritas isik dan mental dari orang yang dikurangi kebebasannya.
Hak atas pendampingan hukum djamin dalam sejumlah peraturan perundang-undangan diantaranya dalam Pasal 18 ayat 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
yang menyatakan “setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”
. Dalam Pasal 56 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan “setiap
orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum dan negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”
. Dalam KUHAP hak atas pendampingan hukum ini diatur dalam Pasal 54 – 57, diantaranya
mengatur tentang hak untuk mendapatkan bantuan hukum dan seorang atau lebih dalam setiap waktu dan setiap tingkat pemeriksaan untuk pembelaannya Pasal 54, hak untuk
memilih sendiri penasehat hukumnya Pasal 55. Berdasarkan Pasal 56 KUHAP, tersangka atau terdakwa yang disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
pidana mati atau ancaman pidana 5 tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana 5 tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat
54
hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka, dan setiap penasehat hukum
yang ditunjuk tersebut memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.
Selanjutnya, tersangka atau terdakwa yang dalam penahanan berhak untuk menghubungi penasehat hukumnya Pasal 57 ayat 1 dan tersangka atau terdakwa yang merupakan
warga negara asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya. Tersangka atau
terdakwa dalam penahanan berhak diberitahukan kepada keluarganya atau orang lain yang dibutuhkan untuk mendapatkan bantuan hukum Pasal 59, berhak menghubungi
dan menerima kunjungan keluarganya atau lainnya untuk usaha mendapatkan bantuan hukum Pasal 60, berhak mengirimkan dan menerima surat kepada dan dari penasehat
hukumnya atau keluarganya dan berhak mendapatkan alat tulis untuk melakukan itu, dimana surat menyurat itu tidak boleh diperiksa oleh pihak berwenang kecuali surat
tersebut disalahgunakan, dan bila surat tersebut telah diperiksa maka diberitahukan kepada terdakwa atau tersangka Pasal 62.
Demikian pula sebaliknya, terkait dengan hak atas bantuan hukum, seorang penasehat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan dalam semua
tingkat pemeriksaan Pasal 69 berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka dalam setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk pembelaan perkaranya Pasal 62 ayat
1, dalam hal terdapat penyalahgunaan tersebut maka petugas memberikan peringatan kepada penasehat hukum Pasal 62 ayat 2, apabila tetap melakukan penyalahgunaan
maka hak untuk berhubungan tersebut kemudian dilarang Pasal 62 ayat 3. Penasehat hukum dalam berhubungan dengan tersangka diawasi oleh penyidik, penuntut umum,
atau petugas pemasyarakatan tanpa mendengar isi pembicaraan, dan dalam kasus terhadap keamanan negara, pejabat yang mengawasi dapat mendengarkan isi pembicaraan Pasal 71.
Hal ini juga diatur dalam Pasal 115 dimana dalam pemeriksaan oleh penyidik, penasehat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat dan mendengar
pemeriksaan, kecuali dalam kejahatan terhadap keamanan negara dapat hadir dengan cara melihat tetapi tidak dapat mendengar pemeriksaan terhadap tersangka. Penasehat hukum
berhak mengirim dan menerima surat dari setiap kali dikehendakinya Pasal 73.
Dalam Pasal 114 KUHAP menegaskan kembali bahwa dalam hal seseorang yang disangka melakukan tindak pidana sebelum dimulai pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib
memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasehat hukum sebagaimana
diatur dalam Pasal 56.
55
Berdasarkan Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2009 tentang Implementasi dan Standar HAM dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam melakukan
penangkapan setiap petugas wajib memberitahukan kepada tersangka hak-haknya termasuk hak atas bantuan hukum Pasal 17 huruf g, tersangka berhak mendapatkan
bantuan hukum, diberitahukan kepada keluarganya untuk mendapatkan bantuan hukum yang dipilihnya sendiri dalam setiap tingkat pemeriksaan, mendapatkan bantuan hukum
gratis, berkomunikasi dengan penasehat hukumnya, baik dalam bentuk surat menyurat yang tidak boleh dibuka Pasal 36.
Semua perjanjian Hak Asasi Manusia internasional yang relevan menjamin hak tersangka terdakwa atas penasehat hukum atas pilihannya sendiri Pasal 14 ayat 3 huruf d Kovenan
Internasional Hak Sipil dan Politik, Pasal 7 ayat 1 huruf c Piagam Afrika dan Pasal 6 ayat 3 huruf c Konvensi Eropa, Pasal 8 ayat 2 Konvensi Amerika menyediakan jaminan
itu selama proses pidana terhadap orang-orang yang disangka mempunyai hak “untuk berkomunikasi secara bebas dan privat dengan pengacaranya”.
Tidak ada dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Piagam Afrika dan juga Konvensi Eropa yang berisi tentang aturan yang sama tentang perlindungan kerahasiaan
hubungan klien dan pengacaranya. Aturan 93 dari Standar Aturan Minimum untuk Perlakuan terhadap Narapidana tahun 1955 menyatakan bahwa “untuk tujuan pembelaannya,
dan narapidana yang belum disidang harus diperbolehkan untuk meminta bantuan hukum gratis dimana bantuan tersebut ada, dan untuk menerima kunjungan dari penasehat hukumnya untuk
tujuan pembelaannya dan mempersiapkan dan memberikan instruksi yang rahasia. Untuk tujuan- tujuan tersebut, dia harus jika dia menginginkan diberikan materi tertulis. Wawancara antara
tahanan dengan penasehat hukumnya mungkin dapat dalam pantauan tetapi tidak dapat didengar oleh polisi atau petugas lainnya”.
Prinsip 15 dari Prinsip-Perlindungan semua orang dalam setiap bentuk penahanan dan pemenjaraan menyebutkan perincian sebagai berikut :
1 Setiap orang yang ditahan atau dipenjara harus berhak atas komunikasi dan berkonsultasi dengan penasehat hukum.;
2 Setiap orang yang ditahan atau dipenjara harus mendapatkan waktu dan fasilitas yang cukup untuk konsultasi dengan penasehat hukumnya;
3 Hak dari orang yang dipenjara atau ditahan untuk dikunjungi oleh dan untuk berkonsultasi dan berkomunikasi, tanpa penundaan atau sensor dan dalam
kerahasiaan penuh, dengan penasehat hukumnya tidak dapat ditunda atau dibatasi dalam kondisi yang eksepsional, untuk ditentukan oleh hukum atau regulasi yang
sah, dimana adanya pertimbangan yang diperlukan oleh otoritas yudisial atau lainnya untuk menjaga keamanan atau kepentingan yang baik;
56
4 Wawancara antara tahanan atau orang yang dipenjara dan penasehat hukumnya dalam dipantau tetapi tidak dapat didengar oleh petugas penegak hukum.
5 Komunikasi antara tahanan dan orang yang dipenjara dan penasehat hukumnya yang disebutkan dalam prinsip yang ada harus tidak dapat diterima sebagai bukti
melawan orang yang ditahan atau dipenjara kecuali terkait dengan kejahatan yang akan berlanjut atau kejahatan tersebut.
Berdasarkan prinsip 15 dari Badan Prinsip-prinsip, “komunikasi tahanan dan orang yang dipenjara dengan dunia luar, khususnya dengan keluarganya atau penasehat hukumnya,
tidak boleh ditolak untuk lebih dari sejumlah hari”. Komite HAM sendiri menyatakan dalam Komentar Umum No. 20, pada Pasal 7 menyatakan “should be made against incommunicado
detention”
Hak untuk pendampingan hukum, termasuk pendampingan yang gratis dimana tersangka terdakwa tidak mempunyai cukup uang, juga djamin dalam Aturan 42 A i Hukum Acara
dan Pembuktian dalam ICTY dan ICTR. Kemudian, Aturan 67 A Aturan Pemenjaraan Pengadilan Yugoslavia menyatakan bahwa “setiap tahanan berhak untuk berkomunikasi secara
penuh dan tanpa hambatan dengan penasehat hukumnya, dengan bantuan seorang penerjemah jika diperlukan”
, dan selanjutnya, bahwa “semua bentuk korespondensi dan komunikasi harus merupakan hak istimewa”. Terakhir, Aturan 67 D dari Aturan Pemenjaraan menyatakan
bahwa “wawancara dengan penasehat hukum dan penerjemah dapat dilakukan dalam pantauan tetapi tanpa didengar, apakah langsung atau tidak langsung, oleh staf unit pemenjaraan”. Aturan
yang sama terdapat dalam Aturan 65 dari Hukum Pemenjaraan Pengadilan Rwanda.
Hak atas akses pendampingan hukum harus secara efektif, dan jika tidak ada, Komite HAM menyatakan bahwa Pasal 14 ayat 3 telah dilanggar. Peraturan ini tentu saja juga
dilanggar dalam hal seseorang tidak mempunyai akses kepada penasehat hukum apapun selama satu bulan pertama dalam penahanan dan, sebagai tambahan, tidak diadili dengan
kehadirannya. Maka, sebagaimana banyak kasus lainnya yang terkait dengan Komite HAM, adalah kasus ekstrim, yakni tekait dengan situasi tahanan yang berada dalam
pemerintahan yang diktator.
Dalam resolusinya terhadap hak atas peradilan yang adil dan tidak memihak, Komisi HAM Afrika menguatkan hak untuk membela diri dalam Pasal 7 ayat 1 huruf c Piagam Afrika
dengan menyatakan bahwa dalam penentuan dakwaan terhadap mereka, orang-orang dalam situasi itu berhak “ berkomunikasi dengan pengacara yang dia pilih sendiri”. Hak ini dilanggar
dalam kasus Media Rights Agenda, bertindak atas nama Mr. Niran Malaolu, yang tidak diberikan akses ke pengacara, dan juga tidak diwakili oleh pengacara pilihannya sendiri.
Pengadilan HAM Eropa menyatakan bahwa Konvensi HAM Eropa tidak dengan tegas menjamin hak orang yang didakwa melakukan kejahatan untuk berkomunikasi dengan
57
penasehat hukumnya tanpa halangan”; tetapi sebagai gantinya yang merujuk pada Pasal 93 Standar aturan Minimum perlakuan terhadap Narapidana yang diadopsi oleh Kementrian
Komite Dewan Eropa dengan resolusinya 73 5, yang dibaca sebagai berikut; “seorang tahanan yang tidak disidangkan berhak, segera begitu dia dipenjara, untuk memilih penasehat hukum
yang mewakilinya, atau dapat mengajukan bantuan hukum gratis yang disediakan, dan menerima kunjungan dari penasehat hukumnya dalam upaya pembelaannya dan untuk mempersiapkan, dan
memberikan kepadanya, atau untuk menerima, instruksi yang rahasia.”
Dalam permintaan ini dia dapat diberikan semua fasilitas yang diperlukan untuk tujuan tersebut. Khususnya, dia dapat diberikan pendampingan gratis penerjemah untuk
semua kontak yang penting dalam pengorganisasian untuk pembelaannya. Wawancara antara tahanan dan penasehat hukumnya dapat dilakukan dalam pantauan tetapi tidak
didengarkan, langsung atau tidak langsung oleh polisi atau petugas penegak hukum. Pengadilan kemudian menyatakan bahwa hal itu “mempertimbangkan bahwa hak tersangka
terdakwa untuk berkomunikasi dengan pengacaranya tanpa didengarkan oleh pihak ketiga merupakan bagian dari syarat dasar peradilan yang adil dan tidak memihak dalam masyarakat yang demokratis
dan sesuai dengan Pasal 6 3 huruf c Konvensi HAM Eropa jika seorang pengacara tidak dapat berunding dengan klien nya dan menerima instruksi yang rahasia darinya tanpa pengamatan,
pendampingannya akan kehilangan banyak kebergunaannya, dimana Konvensi dimaksudkan untuk menjamin hak-hak yang praktis dan efektif”
.
7. Hak untuk DiamHak untuk tidak Dipaksa Mengakui Perbuatannya