Hak untuk Hadir di Persidangan

82 tidak ada kecukupan biaya untuk membayar pengacara, dan jika kepentingan pengadilan membutuhkan, seorang terdakwa kasus pidana mempunyai hak untuk bantuan hukum gratis. Kepentingan keadilan terkait dengan berbagai aspek diantaranya beratnya kejahatan dan ancaman hukumannya yang juga akan terkait dengan kompleksitas kasusnya. Terdakwa harus mempunyai waktu dan fasilitas untuk berkomunikasi dengan pengacaranya. Komunikasi tersebut merupakan hak istimewa dan harus rahasia.

e. Hak untuk Hadir di Persidangan

Hak untuk hadir di persidangan merupakan hak yang penting karena merupakan salah satu implementasi dari persidangan yang adil. Kehadiran seorang terdakwa akan menjamin proses pemeriksaan bagi dirinya dalam melakukan pembelaan diri dihadapan pengadilan. Berdasarkan ketentuan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 12 menyatakan pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dengan kehadiran terdakwa, kecuali undang-undang menentukan lain, dan dalam hal terdakwa tidak hadir, sedangkan pemeriksaan dinyatakan telah selesai, putusan dapat diucapkan tanpa dihadiri terdakwa. Dalam ketentuan KUHAP, hak ini djelaskan dalam Pasal 152 bahwa hakim memerintahkan kepada penuntut umum untuk memanggil terdakwa untuk datang di persidangan. Kemudian, hakim dalam melakukan pemeriksaan menanyakan kepada terdakwa tentang identitas terdakwa Pasal 155 ayat 1. Pada Pasal 154, hakim yang memerintahkan seorang terdakwa untuk hadir di persidangan, meskipun dia dalam tahanan. Hak untuk hadir dipersidangan ini sering dikaitkan dengan adanya pengadilan in absensia, dimana terdakwa tidak dapat dihadirkan. Untuk ini, KUHAP telah menjelaskan bahwa seorang terdakwa harus dipanggil secara sah, dan diberikan kesempatan untuk menghadiri persidangan, dan jika tidak mau menghadiri persidangan dapat dipanggil paksa Pasal 155. Pengadilan in absensi dalam beberapa regulasi dimungkinkan, misalnya dalam perkara- perkara korupsi, dimana terdakwa seringkali melarikan diri, atau berupaya menghindari pengadilan. Dalam hukum internasional, berdasarkan Pasal 14 ayat 3 huruf d Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik dan Pasal 20 ayat 4 huruf d dan Pasal 21 ayat 4 huruf d Statuta untuk ICTR dan ICTY menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk diperiksa dengan kehadirannya. Sementara Pasal Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa tidak menyebutkan secara jelas hak-hak seseorang untuk hadir dalam pengadilan, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa telah menyatakan jika seseorang yang tidak mempunyai maksud untuk menghindari persidangan dan pengadilan tidak memanggil untuk hadir di persidangan dan kemudian dia disidang secara in absensia maka pengadilan tidak berlangsung secara adil dan ini merupakan pelanggaran Pasal 6 ayat 1 Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa. 83 Terkait dengan pengadilan in absensia, meskipun sampai saat ini belum ada perkembangan dan teori tentang pengadilan in absensia, namun pengadilan in absensia ini mungkin dapat diterima dengan dilakukan kondisi-kondisi yang khusus. Telah jelas dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik berdasarkan Komentar Umum No. 13 dan 14 yang menyatakan ketika pengadilan in absensi yang dilakukan sahatau beralasan, pengamatan yang ketat terhadap pembelaan adalah hal yang penting. Konsekuensinya, meskipun pengadilan in absensia tidak melanggar Pasal 14 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, persyaratan dasar untuk adanya pengadilan yang adil harus djamin. Pengadilan in absensia hanya sesuai dengan Pasal 14 dalam hal terdakwa telah dipanggil dalam waktu yang cukup dan diinformasikan adanya pengadilan terhadapnya, dan adanya pembuktian bahwa ada penghormatan atas prinsip-prinsip peradilan yang adil dan tidak memihak. Bahwa asumsi telah adanya pemanggilan dalam waktu yang cukup, Komite Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa dalam hal ini tidak cukup menjadi dasar untuk keabsahan dari pengadilan in absensia bagi terdakwa. Pengadilan harus membuktikan adanya informasi kepada terdakwa dan menunda persidangan sehingga tidak ada pelanggaran atas hak untuk hadir dipersidangan.

f. Hak untuk Tidak Dipaksa Bersaksi Melawan Dirinya Sendiri atau Mengakui