Penyiksaan dan Tindakan Sewenang-wenang

130 30 menit Bagian C Presentasi Kelompok 1. Undanglah peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menjawab pertanyaan kunci yang diberikan; 2. Mintalah tanggapan kepada kelompok lain atas hasil presentasi kelompok; 3. Diskusikan kembali tanggapan-tanggapan peserta terhadap pertanyaan pada kegiatan B diatas dan bagaimana upaya penerapan CAT dalam hukum nasional; 10 menit Bagian D Penutup Fasilitator Penjelasan Ringkas

1. Penyiksaan dan Tindakan Sewenang-wenang

Upaya – upaya untuk melakukan pencegahan penyiksaan dan tindakan-tindakan lain yang merendahkan martabat manusia telah lama diperjuangkan, karena pada dasarnya hak untuk tidak disiksa merupakan hak yang tidak dapat dicabut atau dikurangi dalam keadaan apapun non derogable rights . Penyiksaan merupakan perbuatan yang dilarang dalam hukum internasional. Sebagaimana disebutkan dalam pengantar modul ini bahwa Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik – yang telah diratiikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005 – pada Pasal 7 menyatakan “tidak seorangpun dapat dikenai penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman lain yang kejam, dan tidak manusiawi atau merendahkan martabat. Khususnya, tidak seorangpun dapat djadikan objek eksperimen medis atau ilmiah tanpa persetujuannya ”. Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 33 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya . Dengan demikian, maka setiap warga negara berhak untuk tidak disiksa dan atau tidak mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Mengingat pentingya hak atas bebas dari penyiksaan yang termuat dalam peraturan tersebut diatas, hal ini tentunya berlaku pula bagi individu yang dikurangi atau dirampas kebebasannya. Hak untuk bebas dari penyiksaan merupakan salah satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun non derogable rights yang juga djamin dalam UUD 1945. Orang yang dirampas kebebasannya baik sebelum maupun sesudah persidangan - atau bahkan tanpa persidangan sekalipun - seringkali disiksa atau diperlakukan secara buruk untuk memaksa mereka mengakui kejahatan atau membocorkan informasi, atau membuat 131 mereka takut dan mengikuti permintaan – permintaan penyiksa 41 . Hingga akhirnya upaya perlindungan kepada individu yang dirampas kebebasannya melahirkan berbagai instrumen yang tersebut diatas.

2. Deinisi Penyiksaan