Hak atas Pemeriksaan yang Terbuka

76

b. Hak atas Pemeriksaan yang Terbuka

Berdasarkan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan dalam Pasal 13, semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang- undang menentukan lain.Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada mengakibatkan putusan batal demi hukum. Pasal 64 KUHAP menyatakan “tersangka atau terdakwa berhak diadili di sidang yang terbuka untuk umum” . Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak- anak, dan jika hakim tidak menyatakan itu dapat mengakibatkan batalnya putusan demi hukum Pasal 153. Hak atas pemeriksaan yang terbuka djamin dalam Pasal 14 ayat 1 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik dan Pasal 6 ayat 1 Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa yang memberikan catatan bahwa media atau publik dapat dikeluarkan dalam keseluruhan atau sebagian dari proses pemeriksaan pengadilan untuk alasan-alasan khusus tertentu, misalnya, kepentingan moral, ketertiban umum atau keamanan nasional dalam masyarakat yang demokratis, kepentingan kehidupan pribadi para pihak, atau ada kepentingan keadilan lainnya yang mensyaratkan untuk itu. Konvensi Eropa juga menambahkan bahwa untuk kepentingan anak-anak dapat menjadi alasan untuk melakukan proses persidangan secara tertutup. Pasal 8 ayat 5 Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika menyatakan bahwa hak ini hanya dalam hal proses peradilan pidana, yang harus terbuka untuk umum, kecuali sepanjang diperlukan untuk melindungi kepentingan keadilan. Pasal 79 A hukum acara dan pembuktian untuk ICTR dan ICTY memberikan kemungkinan pengadilan melakukan persidangan secara tertutup untuk alasan-alasan ketertiban publik atau moral, keselamatan, keamanan, atau merahasiakan identitas korban atau saksi sebagaimana diatur dalam Aturan 75, atau untuk perlindungan kepentingan keadilan. Untuk ini, pengadilan harus terbuka tentang alasan untuk melakukan itu. Dalam Komentar Umum No. 13 terhadap Pasal 14 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Komite Hak Asasi Manusia menekankan bahwa pemeriksaan yang terbuka adalah perlindungan yang penting untuk kepentingan individu dan masyarakat pada umumnya. Selain atas kondisi-kondisi yang dikecualikan sebagaimana dalam Pasal 14 ayat 1, pemeriksaan harus terbuka untuk publik, termasuk media massa, dan tidak harus misalnya dibatasi hanya pada orang-orang tertentu saja. Walaupun pengadilannya tidak terbuka, putusan harus, dengan pengecualian yang dibuat secara khusus secara ketat, dilakukan terbuka, berdasarkan Pasal 14 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Kewajiban untuk menahan persidangan terbuka berdasarkan Pasal 77 14 ayat 1 menjadi kewajiban negara dan tidak tergantung pada permintaan oleh para pihak. Hukum dan praktik peradilan harus menyediakan kemungkinan untuk adanya kehadiran publik, jika masyarakat menginginkan. Kewajiban ini kemudian menyiratkan bahwa pengadilan harus membuat informasi mengenai waktu dan tempat pemeriksaan selain yang tersedia bagi publik dan menyediakan fasilitas yang memadai untuk kehadiran publik yang ingin mengikuti persidangan, dengan pembatasan yang masuk akal, dengan mempertimbangkan misalnya potensi kepentingan publik dalam kasus tersebut, waktu pemeriksaan lisan dan waktu permintaan publikasi resmi yang telah dibuat. Kegagalan pengadilan untuk membuatmenyediakan ruangan persidangan yang besar bukan merupakan pelanggaran hak atas pemeriksaan yang terbuka, jika dalam kenyataanya tidak ada publik yang tertarik terhalangi untuk menghadiri pemeriksaan lisan. Prinsip keterbukaan berarti bahwa pengadilan yang dilakukan secara rahasia bertentangan dengan Pasal 14 ayat 1 seperti kasus 8 mantan anggota parlemen Zaire dan seorang pengusaha dimana – dari banyak kelemahan pengadilan lainnya- tidak dilakukan secara terbuka dan kemudian dihukum 15 tahun penjara dan untuk pengusaha dihukum 5 tahun. Pasal 14 ayat 1 telah dilanggar dalam kasus dimana pemeriksaan pengadilan dilakukan secara tertutup saat negara pihak gagal untuk menjelaskan secara sah tindakan tersebut sesuai dengan syarat dari Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Pasal 14 ayat 1 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik menyatakan bahwa “setiap keputusan yang diambil dalam perkara pidana maupun perdata harus diucapkan dalam sidang yang terbuka, kecuali bilamana kepentingan anak-anak menentukan sebaliknya, atau apabila persidangan tersebut berkenaan dengan perselisihan perkawinan atau perwalian anak-anak” . Pasal 6 ayat 1 Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa menyatakan bahwa putusan harus diucapkan terbuka. Pasal 8 ayat 5 Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika hanya merujuk pada keterbukaan proses pemeriksaan saja, dan Pasal 7 Piagam Afrika tidak membahas hal ini. Pasal 22 ayat 2 dan Pasal 23 ayat 2 Statuta untuk ICTR dan ICTY menyatakan bahwa putusan pengadilan yang “terbuka”. Berdasarkan Pasal 74 ayat 5 Statuta untuk ICC menyatakan bahwa keputusan atau ringkasannya harus dilakukan dalam pengadilan yang terbuka. Dalam pandangan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, obyek sebagaimana dalam Pasal 6 ayat 1 terkait dengan keterbukaan putusan adalah untuk memastikan pengawasan peradilan oleh publik yang bertujuan untuk menjamin hak atas peradilan yang adil dan tidak memihak.

c. Hak untuk Diperiksa Tanpa Penundaan yang Tidak Beralasan atau dalam Waktu yang Masuk Akal