Hak atas Peradilan yang Adil dan Tidak Memihak dan Pengadilan Khusus

89 mempunyai kekuatan hukum tetap dan rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan, dan permintaan rehabilitasi ini oleh tersangka atas penangkapan tanpa alasan yang berdasarkan UU dan karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan Pasal 97. Pengadilan negeri berwenang memeriksa dan memutus ganti kerugian atas rehabilitasi bagi seseorang yang berperkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan Pasal 77 ayat 2. Ketentuan tentang permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi juga diatur dalam Pasal 80 – 83 KUHAP. Dalam hukum Hak Asasi Manusia internasional, Pasal 14 ayat 6 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik menyatakan Apabila seseorang telah djatuhi hukuman dengan keputusan hukum yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dan apabila kemudian ternyata diputuskan sebaliknya atau diampuni berdasarkan suatu fakta baru, atau fakta yang baru saja ditemukan menunjukkan secara meyakinkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam penegakkan keadilan. Maka orang yang telah menderita hukuman sebagai akibat dari keputusan tersebut harus diberi ganti rugi menurut hukum, kecuali jika dibuktikan bahwa tidak terungkapnya fakta yang tidak diketahui itu, sepenuhnya atau untuk sebagian disebabkan karena dirinya sendiri. Telah jelas dalam ketentuan tersebut bahwa pengampulan harus didasarkan pada fakta bahwa telah terjadi kesalahan penegakan keadilan. Berdasarkan Pasal 14 ayat 6 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik seorang mempunyai hak atas kompensasi dalam hal terdapat bukti yang kuat bahwa seseorang menjadi korban dari kesalahan penegakan keadilan. Korban sendiri harus bukan merupakan pihak yang ikut serta dalam terjadinya kesalahan penerapan pengadilan.

4. Hak atas Peradilan yang Adil dan Tidak Memihak dan Pengadilan Khusus

Berdasarkan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 16 menyatakan Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali dalam keadaan tertentu menurut keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer. Ketentuan ini memberikan kemungkinan adanya pengadilan yang khusus. Dalam Pasal 18 menyatakan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Pasal 27 menyatakan Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 25 dan ketentuan mengenai pembentukan pengadilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam undang-undang. Dalam KUHAP juga dimungkinan adanya pengadilan khusus dan pengadilan koneksitas dimana terdakwanya adalah dari pihak sipil dan militer. Bahwa pengadilan yang dibentuk khusus ini dimungkinkan dan pelaksanaannya harus tetap merupakan pengadilan yang kompeten, adil dan tidak memihak, mandiri dan dibentuk berdasarkan hukum. Pengadilan khusus, misalnya peradilan militer tidak boleh dimaksudkan untuk menghindari pengadilan lainnya, atau dilakukan dengan tidak mandiri dan tertutup. Dalam hukum Hak Asasi Manusia internasional, berdasarkan Komentar Umum No. 13, Komisi Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa terkait dengan adanya pengadilan milliter bahwa aturan dalam Pasal 14 berlaku pada semua pengadilan apakah pengadilan biasa maupun pengadilan khusus. Komite menyatakan bahwa keberadaan, dalam banyak Negara, pengadilan militer atau pengadilan khusus yang mengadili masyarakat sipil. Hal ini akan mengakibatkan problem yang serius terkait dengan administrasi pengadilan yang adil, tidak memihak dan mandiri. Seringkali alasan untuk membuat pengadilan seperti itu dengan mengadakan prosedur yang khusus yang diterapkan tidak sesuai dengan standar keadilan yang normal. Meskipun Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik tidak melarang pengadilan-pengadilan seperti itu, penerapannya harus sesuai dengan Pasal 14 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Dalam sejumlah kasus yang terjadi di pengadilan internasional bahwa pengadilan yang mengadili orang-orang sipil, apakah luar biasa atau khusus, termasuk pengadilan militer, harus mandiri dan tidak memihak sehingga mampu menjamin pemeriksaan yang adil kepada terdakwa. Semua pengadilan yang mengadili pihak sipil, apakah luar biasa atau pengadilan khusus, harus setiap saat mandiri dan tidak memihak dan menghormati jaminan proses yang adil.

5. Perlindungan Saksi dan Korban sumber bacaan dari Pedoman LPSK