87
yang penuh dan beralasan dari temuan atau bukti-bukti yang diperoleh pengadilan dan kesimpulan.
Komite Hak Asasi Manusia berdasarkan sejumlah kasus yang diperiksa menyatakan bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat 3 huruf c dan ayat 5 Kovenan Internasional Hak Sipil dan
Politik bahwa hak untuk menguji kembali putusan bersalah dan hukuman harus diberikan tanpa penundaan. Berdasarkan Komite bahwa Pasal 14 ayat 5 menyatakan seorang yang
dinyatakan bersalah berhak untuk mendapatkan, dalam waktu yang cukup, akses atas putusan yang tertulis, yang sepantasnya, untuk semua hak terkait banding untuk melakukan
pelaksanaan haknya secara efektif dalam mendapatkan peninjuan kembali atas putusan dan hukumannya dari pengadilan yang lebih tinggi.
Komite Hak Asasi Manusia secara konsisten menyatakan bahwa dalam semua kasus, khususnya dalam kasus-kasus hukuman mati, terdakwa berhak atas peradilaan dan
melakukan banding tanpa penundaan yang tidak beralasan, apapun hasil dari proses peradilan yang akan terjadi. Berdasarkan komentar umum No. 6 atas Pasal 6 Kovenan Internasional
Hak Sipil dan Politik menyatakan bahwa hukuman mati hanya dapat dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku pada saat kejahatan dilakukan dan tidak bertentangan dengan
Kovenan. Oleh karena itu, jaminan prosedural yang dinyatakan di dalamnya harus diamati, termasuk hak atas peradilan yang adil oleh pengadilan yang independent, asumsi tidak
bersalah, jaminan minimum untuk upaya mempertahankan diri, dan hak atas peninjauan ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi. Hak-hak ini diterapkan sebagai tambahan dari hak
khusus untuk mendapatkan pengampunan atau pengurangan hukuman.
Komisi Hak Asasi Manusia Afrika menyatakan bahwa pengadilan harus setiap waktu memberikan alasan dalam keputusannya, meskipun tidak semua harus menjawab alasan
dari terdakwa. Orang yang dihukum berhak untuk mendapatkan putusan yang beralasan dalam waktu yang beralasan, dimana putusan tersebut sangat berguna untuk tujuan dalam
melakukan banding. Penegakan yang ketat atas hak-hak tersebut sangat penting khususnya dalam kasus-kasus dengan ancaman hukuman mati.
i. Hak untuk Banding dan Meninjau Putusan ke Pengadilan yang Lebih Tinggi
Berdasarkan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan adanya hak untuk mengajukan peninjauan putusan ke pengadilan yang lebih tinggi. Dalam Pasal
26, “putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain”
. Pasal 23 menyatakan Putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah
Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain. Pasal 24 manyatakan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali
88
kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang- undang.
Pasal 67 KUHAP menyatakan “terdakwa berhak untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum
yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat”
. Selain itu KUHAP mengatur upaya hukum biasa dan luar biasa, diantaranya banding dan kasasi, dan juga peninjuan kembali Pasal 233-269.
Pasal 14 ayat 5 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik menyatakan bahwa “Setiap orang yang djatuhi hukuman berhak atas peninjauan kembali terhadap keputusannya atau
hukumannya oleh pengadilan yang lebih tinggi, sesuai dengan hukum” . Ketentuan yang sama
juga terdapat dalam Pasal 7 ayat 1 huruf a Piagam Afrika yang menyatakan setiap orang mempunyai hak untuk, termasuk hak untuk banding dalam organ nasional terhadap
pelanggaran hak-hak fundamentalnya yang diakuai dan djamin dalam konvensi, hukum, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
Pasal 8 ayat 2 huruf h Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika menyatakan bahwa “dalam proses peradilan pidana setiap orang berhak, dengan hak yang sama untuk banding atas putusan
kepada pengadilan yang lebih tinggi” . Pasal 6 Konvensi Eropa tidak secara langsung menjamin
hak atas banding, tetapi hak ini terdapat dalam Pasal 2 of Protocol No. 7 Konvensi, meskipun hal ini dapat menjadi subjek pengecualian dalam hal pelanggaran atas karakter kecil,
sebagaimana disebut oleh hukum, atau dalam kasus dimana orang yang diperiksa dalam tingkat pertama kepada pengadilan yang lebih tinggi, atau pihak yang dihukum untuk
melakukan banding terhadap pembebasannya.
3. Hak untuk Mendapatkan Kompensasi atas Kesalahan Penegakan Keadilan