Hak untuk Mendapatkan Kompensasi atas Kesalahan Penegakan Keadilan

88 kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang- undang. Pasal 67 KUHAP menyatakan “terdakwa berhak untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat” . Selain itu KUHAP mengatur upaya hukum biasa dan luar biasa, diantaranya banding dan kasasi, dan juga peninjuan kembali Pasal 233-269. Pasal 14 ayat 5 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik menyatakan bahwa “Setiap orang yang djatuhi hukuman berhak atas peninjauan kembali terhadap keputusannya atau hukumannya oleh pengadilan yang lebih tinggi, sesuai dengan hukum” . Ketentuan yang sama juga terdapat dalam Pasal 7 ayat 1 huruf a Piagam Afrika yang menyatakan setiap orang mempunyai hak untuk, termasuk hak untuk banding dalam organ nasional terhadap pelanggaran hak-hak fundamentalnya yang diakuai dan djamin dalam konvensi, hukum, peraturan dan kebiasaan yang berlaku. Pasal 8 ayat 2 huruf h Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika menyatakan bahwa “dalam proses peradilan pidana setiap orang berhak, dengan hak yang sama untuk banding atas putusan kepada pengadilan yang lebih tinggi” . Pasal 6 Konvensi Eropa tidak secara langsung menjamin hak atas banding, tetapi hak ini terdapat dalam Pasal 2 of Protocol No. 7 Konvensi, meskipun hal ini dapat menjadi subjek pengecualian dalam hal pelanggaran atas karakter kecil, sebagaimana disebut oleh hukum, atau dalam kasus dimana orang yang diperiksa dalam tingkat pertama kepada pengadilan yang lebih tinggi, atau pihak yang dihukum untuk melakukan banding terhadap pembebasannya.

3. Hak untuk Mendapatkan Kompensasi atas Kesalahan Penegakan Keadilan

Miscarriage of Justice UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan dalam Pasal 9 yang menyatakan “Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi” . Pasal 68 KUHAP menyatakan tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi. Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut, dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan UU dan karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan Pasal 95 ayat 1. Seseorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah 89 mempunyai kekuatan hukum tetap dan rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan, dan permintaan rehabilitasi ini oleh tersangka atas penangkapan tanpa alasan yang berdasarkan UU dan karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan Pasal 97. Pengadilan negeri berwenang memeriksa dan memutus ganti kerugian atas rehabilitasi bagi seseorang yang berperkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan Pasal 77 ayat 2. Ketentuan tentang permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi juga diatur dalam Pasal 80 – 83 KUHAP. Dalam hukum Hak Asasi Manusia internasional, Pasal 14 ayat 6 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik menyatakan Apabila seseorang telah djatuhi hukuman dengan keputusan hukum yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dan apabila kemudian ternyata diputuskan sebaliknya atau diampuni berdasarkan suatu fakta baru, atau fakta yang baru saja ditemukan menunjukkan secara meyakinkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam penegakkan keadilan. Maka orang yang telah menderita hukuman sebagai akibat dari keputusan tersebut harus diberi ganti rugi menurut hukum, kecuali jika dibuktikan bahwa tidak terungkapnya fakta yang tidak diketahui itu, sepenuhnya atau untuk sebagian disebabkan karena dirinya sendiri. Telah jelas dalam ketentuan tersebut bahwa pengampulan harus didasarkan pada fakta bahwa telah terjadi kesalahan penegakan keadilan. Berdasarkan Pasal 14 ayat 6 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik seorang mempunyai hak atas kompensasi dalam hal terdapat bukti yang kuat bahwa seseorang menjadi korban dari kesalahan penegakan keadilan. Korban sendiri harus bukan merupakan pihak yang ikut serta dalam terjadinya kesalahan penerapan pengadilan.

4. Hak atas Peradilan yang Adil dan Tidak Memihak dan Pengadilan Khusus