2. Sambungan Baja
Di  dalam  struktur  rangka  sambungan  pelat   ataupun sambungan  profil  baja tidak   dapat   dihindari   karena   ada  kemungkinan   suatu   profil   baja   kurang
panjangnya,   tetapi   selain   itu   ada   juga  kemungkinan   diadakan   sambungan karena   pertemuan   suatu   batang   dengan   batang  yang   lain   pada   satu   titik
buhul,   dengan   menggunakan   pelat   buhul.   Alat  penyambung   yang   lazim digunakan untuk profil baja ialah baut, paku keling dan Las.
Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan las. Baut yang lazim digunakan sebagai alat penyambung profil baja adalah
baut hitam dan baut berkekuatan tinggi. Baut hitam terdiri dari 2 jenis, yaitu : Baut  yang   diulir   penuh   dan   baut   yang   tidak   diulir   penuh,   sedangkan   baut
berkekuatan  tinggi   umumnya   terdiri   dari   3   type   yaitu   :   Baut   baja   karbon sedang, Baut baja karbon rendah, dan Baut baja tahan karat. Walaupun baut
ini kurang kaku bila dibandingkan dengan paku keling dan  las, tetapi masih banyak   digunakan   karena   pemasangan   baut   relatif   lebih   praktis.  Dalam
pemakaian   di   lapangan,   baut   dapat   digunakan   untuk   membuat  konstruksi sambungan   tetap,   sambungan   bergerak,   maupun   sambungan  sementara
yang dapat dibongkardilepas kembali.
59
2.1 Tipe Sambungan Baja
Sambungan   baja   dalam   perencanan  struktur  konstruksi  baja  didasarkan pada  tipe  profil  baja   yang   dipakai,  secara   umum   sambungan   terbentuk
didasarkan atas hubungan sambungan sebagai berikut: 1 Sambungan antar balok balok dengan balok; Sambungan ini merupakan
sambungan yang menghubungkan antara balok dengan balok, yaitu jenis sambungan memanjang,  sehingga menjadikan  baja profil yang menerus
secara   horizontal.   Sambungan  baja   ini   dapat   dilakukan   dengan menggunakan  profil   yang  sama   dan  sejenis   atau   dengan  profil   yang
berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa
alat sambung, baut, paku dan las.
60
Gambar 12-2 : Sambungan Antar Balok Baja Profil
2 Sambungan  antar  Kolom  kolom  dengan  kolom;  Sambungan   ini merupakan   sambungan   yang   menghubungkan   antara   Kolom   dengan
Kolom,   sehingga   mendapatkan   Profil   yang   menerus   secara   vertikal. Sambungan  baja   ini   dapat   dilakukan   dengan   menggunakan  profil   yang
sama   dan  sejenis   atau   dengan  profil   yang  berbeda.  Sambungan   atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat menggunakan salah satu
jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku dan las.
61
Gambar 12-3 : Sambungan Baja Vertical Antar Kolom
Kolom-kolom   pada   konstruksi   merupakan   elemen   struktur   yang   menerima beban-beban   dari   balok   dan   pelat   yang   diteruskan   ke   pondasi.   Kolom
mengalami   tekan   aksial   searah   sumbunya   dan   penempatan   balok   yang mempunyai eksentrisitas menimbulkan gaya-gaya lentur. Tidak seperti elemen
struktur   tarik   yang   bebannya   cenderung   menahan   elemen   struktur   pada posisinya,   elemen   struktut   tekan   sangat   peka   terhadap   faktor-faktor   yang
dapat   menimbulkan   peralihan   lateral   atau   tekuk.   Kolom   pada   hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan aksial saja. Namun, bila pembebanan ditata
sedemikian rupa hingga pengekangan restraint rotasi ujung dapat diabaikan atau beban dari batang-batang yang bertemu di ujung kolom bersifat simetris
dan   pengaruh   lentur   sangat   kecil   dibandingkan   tekanan   langsung,   maka batang tekan dapat direncanakan dengan aman sebagai kolom yang dibebani
secara konsentris.
62
Hubungan   batang   dengan   penghubung   dapat   menggunakan   baut,   paku keling,   dan   las.   Batang   tersusun   sering   digunakan   pada   kondisi-kondisi
sebagai berikut:
1
Kapasitas profil yang tersedia belum mencukupi
2
Diperlukan batang dengan kekakuan besar
3
Detail sambungan membutuhkan penampang tertentu
4
Faktor estetika 3 Sambungan Balok dengan kolom; Sambungan ini merupakan sambungan
antara  balok   yang   dihubungkan   dengan   Kolom   sehingga   mendapatkan Sambungan   Siku,   sambungan   baja   ini   dapat   dilakukan   dengan   merakit
Balok   pada   tepi   FlensSayap   maupun   pada   WebBadan   Kolom   yang dibantu   dengan   Pelat   Penyambung   ataupun   Profil   yang   lainnya.
Sambungan  baja   ini   dapat   dilakukan   dengan   menggunakan  profil   yang sama   dan  sejenis   atau   dengan  profil   yang  berbeda.  Sambungan   atau
hubungan kedua profil yang disambung, dapat menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku
dan las.
63
Gambar  12-4: Sambungan Baja Sudut Antar Kolom dengan Balok
4 Sambungan Titik Buhul Simpul;  Sambungan ini merupakan sambungan yang  menyatukan   beberapa   BatangBalok   menjadi   satu   Titik   Buhul
Simpul   atau   Titik   Pertemuan,   sambungan   ini   dilakukan   dengan   cara memberi Pelat Baja Pelat BuhulSimpul sebagai titik pertemuan batang-
batang   aksial   tersebut.  Sambungan  baja   ini   dapat   dilakukan   dengan menggunakan  profil   yang  sama   dan  sejenis   atau   dengan  profil   yang
berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat
64
menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku dan las.
Gambar  12-5: Sambungan Baja Pada Titik Buhul
65
Sambungan   Pada   Simpul,  selalu  dibarengi   dengan   adanya   pelat   simpul
gusset plate sebagai bagian dari alat sambung, untuk mempersatukan dan
menyambung   batang-batang   yang   bertemu   di   titik   simpul  tersebut,  pelat simpul  sebagai   pelat   penyambung,   harus   memenuhi   syarat-syarat   sebagai
berikut :  Lebar, sehingga paku kelingbaut dapat dipasang menurut peraturan
yang ditentukan.  Kuat   menerima   beban   dari   batang-batang   yang   diteruskan   pelat
simpul,   maka  simpul   perlu   diperiksa   kekuatannya,   dengan   cara mengadakan beberapa    potongan  untuk diperiksa kekuatannya pada
potongan tersebut. Tetapi sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan pelat   simpul,   sekilas   di   ulang   kembali  dulu   tentang   perhitungan
banyaknya bautpaku keling yang diperlukan  Pelat buhul  harus memiliki  ketebalan yang lebih besar dibandingkan dengan
profil tebal pelat pada profil baja, hal ini dikarenakan semua gaya yang bekerja pada struktur rangka utama akan disalurkan ke pelat buhul tersebut
 Takikan;  Tidak   terjadi   takikan  pada   pelat   buhul,  pada   posisi   yang menerima   beban,   yaitu   pada   bagia   sudut   dalam,   karena   dapat
mengakibatkan   pelat   simpul   rawan   sobek   perhatikan   takikan   pada gambar di bawah ini.
Gambar 12-6 : Pelat Buhul Pada Sambungan
66
2.2 Gambar Sambungan Baja Profil
Notasi sambungan menggunakan baut; Secara umum penempatan baut pada sambungan   konstruksi  baja   dipasang   dengan   jarak-jarak  dan   digambar
menggunakan simbol seperti di bawah ini, untuk lebih memperjelas, diberikan beberapa  contoh  gambar  alat  sambung  dan bentuk  sambungan  pada  baja
profil.
Gambar 12-7: Sambungan Baut Baja
Ketentuan dan notasi gambar penempatan baut atau paku keling pada baja profil, perhatikan penampang profil gambar baja berikut ini.
67
68
Gambar 12-8: Sambungan Baja Profil Foto
Mengenai   jarak   baut  atau   paku  pada   suatu   sambungan,   tetap   harus berdasarkan  ketentuan dan syarat yang ada pada PPBBI pasal 8:2, yaitu :
1 Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya, tidak boleh lebih dari 5 buah. Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi
atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t t adalah tebal terkecil bagian yang
disambungkan. Untuk pemasangan satu deret paku keeling  yang menahan gaya normal
tarik  tekan  dimana deretan paku keeling berada pada garis gerja gaya, ternyata   untuk   satu   deret   yang   terdiri  ≤   5   buah  paku   keling   masing-
masing paku menahan gaya relatif sama. Jadi gaya  normal yang harus ditahan dibagi sama rata oleh kelima paku keeling  tersebut. Namun jika
banyaknya paku keling dalam satu deret lebih dari 5 buah maka masing- masing paku keling menahan gaya yang besarnya mulai tidak sama rata.
Oleh karena itu jika dalam perhitungan paku keling  baut dalam konstruksi ambungan   ketemunya   memerlukan   lebih   dari   5   buah  pakubaut,   maka
harus dipasang dalam susunan 2 deret atau lebih.
2 Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke
69
sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t. Jika sambungan terdiri dari lebih satu
baris baut yang tidak berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan jarak sumbu ke sumbu dari 2  baut yang berurutan pada satu baris tidak
boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t. 2,5 d  s  7 d atau 14 t
2,5 d  u  7 d atau 14 t 1,5 d  s1  3 d atau 6 t
3 Jika   sambungan   terdiri   dari   lebih   dari   satu   baris   baut   yang   dipasang berseling, jarak antara baris-baris buat u tidak bole kurang dari 2,5 d dan
tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t, sedangkan jarak antara satu baut dengan baut terdekat pada baris lainnya s2 tidak boleh lebih besar
dari 7 buah. d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u.
2,5 d  u  7 d atau 14 t s2  7 d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u
70
Beberapa pedoman atau cara pemasangan Paku Keling, antara lain yaitu; 1 Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku keling
yang akan digunakan. Biasanya diameter lubang dibuat 1.5 mm lebih besar dari diameter paku keling.
2 Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung. 3 Bagian   kepala   lepas   dimasukkan   ke   dalam   lubang   plat   yang   akan
disambung. 4 Dengan menggunakan alat atau mesin penekan palu, tekan bagian
kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa. 5 Setelah   rapatkuat,   bagian   ekor   sisa   kemudian   dipotong   dan
dirapikanratakan. 6 Mesinalat   pemasang   paku   keling  dapat   digerakkan   dengan   udara,
hidrolik atau tekanan uap tergantung jenis dan besar paku keling yang akan dipasang.
Gambar  12-9: Pemasangan Paku Keling
2.2.1 Sambungan Las
Sambungan las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan   yang   dilaksanakan   dalam   keadaan   lumer   atau   cair.   Dari   definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam cara
pengelasan yang digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan
71
fluks, bahwa busur listrik terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda. Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut
mencair   dan   kemudian   membeku   bersama.   Proses   pemindahan   busur elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir
yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus, sebaliknya
bila arusnya kecil maka butirannya menjadi besar.
Gambar 12-10 : Pemindahan Logam Cair
Metoda   pengelasan   diklasifikasikan   berdasarkan   metoda   pemanasan   untuk mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung.
1 Electric   Arc   Welding  :   panas   diaplikasikan   oleh   busur   listrik   antara
elektroda las dengan benda kerja lihat gambar di atas. Berdasarkan 1 aplikasi   logam   pengisi   dan   2   perlindungan   logam   cair   thd   atmosfir,
electric   arc   welding   diklasifikasikan   menjadi   :   a.   Shielded   Metal   Arc welding SMAW; b. Gas Metal Arc Welding GMAW c. Gas Tungsten
Arc   Welding   GTAW   d.   Flux-cored   Arc   Welding   FCAW   dan   e. Submerged Arc Welding SAW.
2 Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R,
melalui kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik. Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield,
tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam inert   gas.   Metoda   pengelasan   ini   cocok   untuk   produksi   masa   dengan
pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok untuk pengelasan ini adalah 0,004 sd 0,75 inchi.
3 Gas Welding  : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene
untuk   memanaskan   logam   pengisi   dan   permukaan   benda   kerja   yang
72
disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan perbaikan.
4 Laser beam welding  : plasma arc welding, electron beam welding, dan
electroslag   welding   :   adalah   teknologi   pengelasan   modern   yang   juga menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5 Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan
panas   dan   tekanan   untuk   menyambungkan   benda   kerja.   Temperatur logam saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material.
Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan   kombinasi   yang   banyak   jumlahnya.   Kelima   jenis   dasar   ini   adalah
sambungan sebidang butt, lewatan lap, tegak T, sudut corner, dan sisi edge, namun secara umum di dalam konstruksi baja bangunan, dikenal 2
macam yaitu; Las Tumpul dan Las Sudut, sebagai berikut : a Las Tumpul : adalah bentuk las sambungan memanjang atau melebar.
b Las Sudut : adalah bentuk las sambungan menyudut.
Gambar  12-11:Jenis dasar sambungan sebidang
Simbol   las   diberikan   pada   gambar   teknik   dan   gambar   kerja   sehingga komponen   dapat   difabrikasi   secara   akurat.   Simbol   las   distandardkan   oleh
AWS   American   Welding   Society.   Komponen   utama   simbol   las   sesuai dengan standard AWS adalah 1 Reference line, 2 tanda panah, 3 basic
weld   symbols,   4   dimensi   dan   data   tambahan   lainnya,   5   supplementary symbols, 6 finish symbols, 7 tail, dan 8 spesifikasi atau proses. Simbol las
73
selengkapnya ditunjukkan pada gambar di bawah ini, aplikasi simbol las dan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan.
Gambar 12-12 : Las Tumpul Sambungan Memanjang atau Melebar
74
Gambar  12-13: Bentuk Las Sudut
Las sudut  4 – 96 = Las sudut dengan tebal 4 mm panjang 96 mm. Las sudut 4 –  160 + 77  40 = Las sudut dengan tebal 4 mm panjang dipecah,  2
bagian masing-masing 160 mm dan 77 mm berjarak 40 mm.
75
Gambar 12-14 : Notasi Gambar Las
Las fillet, a angka menunjukkan ukuran leg, b menunjukkan jarak
Konfigurasi pengelasan tipe butt atau groove a square, b V tunggal dengan root 2mm dan sudut 60
, c V ganda, d bevel
76
Gambar 12-15: Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi
Sambungan   temu   butt   joint   atau   sebidang   dipakai   terutama   untuk menyambung   ujung-ujung   plat   datar   dengan   ketebalan   yang   sama   atau
hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal. Bila digunakan
bersama   dengan   las   tumpul   penetrasi   sempurna   full   penetration   groove weld, sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan
biasanya  lebih estetis dari  pada sambungan bersusun. Kerugian  utamanya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus
diratakan atau dimiringkan dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya   sedikit   penyesuaian   dapat   dilakukan,   dan   potongan   yang   akan
disambung   harus   diperinci   dan   dibuat   secara   teliti.  Akibatnya,   kebanyakan sambungan   sebidang   dibuat   di   bengkel   yang   dapat   mengontrol   proses
pengelasan dengan akurat. Sambungan saling tumpang lap joint merupakan jenis yang paling umum.
Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama, yaitu mudah disesuaikan dan mudah disambung.  Lap joint  menggunakan  las sudut sehingga  sesuai
77
baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit diklem tanpa menggunakan alat
pemegang   khusus.   Keuntungan   lain   sambungan   tumpang   adalah   mudah digunakan   untuk   menyambung   plat   yang   tebalnya   berlainan.   Jenis
sambungan T dipakai untuk membuat penampang bentukan builtup seperti profil T, gelagar plat plat girder, pengaku tumpuan atau penguat samping
bearing   stiffener,   penggantung,   konsol   bracket.   Jenis   sambungan   ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat
datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.
Gambar 12-16 : Hubungan Sambungan Baja Menggunakan Las
78
Beberapa keunggulan dan kelemahan las baja profil, dimana bahwa  secara teoritis   dapat   menghasilkan   kekuatan   sambung   yang   sama   dengan
penampang aslinya, artinya tidak ada pengurangan kekuatan. Ini khususnya jika   berbicara   tentang  butt-weld  atau   las   tumpul.   Jadi   jika   ada   suatu
sambungan yang ingin kita uji  kekuatan las, dan cara me-lasnya memakai butt-weld  maka ketika diuji tarik, yang rusak pasti bagian lain dan bukan di
tempat sambungan las tersebut dikerjakan.  Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan baut-mur atau sambungan keling rivet adalah
lebih   murah   untuk   pekerjaan   dalam   jumlah   besar,   tidak   ada   kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yang lebih
baik. Kelemahan sistem sambungan las hanya dalam pelaksanaannya. Kita tidak
bisa memeriksa sempurna tidaknya suatu hanya dari penampakan luar, tapi dari prosesnya. Kecuali tentunya dengan alat-alat khusus, seperti X-ray, uji
gelombang  atau semacamnya, yaitu menentukan  homogenitas bahan yang disambung. Jadi apakah seluruh penampang telah ter-las dengan baik, atau
hanya bagian luarnya saja yang tebal. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah adanya tegangan sisa residual stress, kemungkinan timbul distorsi,
perubahan   struktur   metalurgi   pada   sambungan,   dan   masalah   dalam disasembling.
3. Pekerjaan Kuda-kuda Baja Profil