MATERI PEMBELAJARAN Pendahuluan Perancangan Alat Pembersih Bangunan

C. MATERI PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Pekerjaan konstruksi di bidang bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan, peralatan, perlengkapan, teknologi dan tenaga kerja yang secara sendiri ataupun bersama-sama dapat menjadi sumber potensial terjadinya kecelakaan. Selain itu pekerjaan konstruksi di bidang bangunan pada umumnya merupakan pekerjaan di lapangan terbuka yang mudah terpengaruh oleh cuaca. Macam pekerjaan dapat berlangsung di bagian atas bangunan, dibawah tanah, dalam genangan air, pada tempat- tempat lembab ataupun gelap yang berpotensi terhadap kesehatan kerja. Pekerja bangunan sebagai SDM tenaga kerja merupakan faktor yang sangat 235 penting dalam pelaksanaan pembangunan fifik, oleh karena itu perlu dilindungi diberi pemahaman tentang K3LH. Apalagi bila tenaga kerja yang telah trampil atau yang mempunyai keahlian mendapatkan kecelakaan yang akan berakibat terhadap waktu penyelesaian pekerjaan dan pada akhirnya merugikan bagi perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan. Dalam era pembangunan saat ini di Indonesia, masalah keselamatan dan kesehatan kerja K3 mendapat perhatian serius semua pihak. Karena penerapan K3 ini sangat berhubungan erat dengan berbagai aspek dalam kehidupan baik itu dimulai dari lingkungan rumah tangga, lingkungan kerja, tempat kerja dan masyarakat umum juga sangat dekat dan terkait dengan faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan K3. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja K3 tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Budaya K3 ini harus diterapkan didalam mendukung produktivitas kerja dan hasil yang tinggi, efisiensi biaya dapat tercapai karena menghindari bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan kenyamanan dan suasana yang baik serta kondusif. Penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengacu kepada standard dan peraturan yang berlaku seperti Permennaker RI No: 05 MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3, merupakan tuntutan saat ini, dan sebagian sekolah sudah melaksanakannya dalam lingkup pembelajaran praktiknya. 236 Peraturan perundang-undangan yang mewajibkan perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan untuk melaksanakan Kesehatan dan Keamanan Kerja K3 pada proyek yang menjadi tanggung jawabnya guna menjamin perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan dan gangguan kesehatan kerja. Pelaksana lapangan sebagai petugas perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan di lapangan perlu mengetahui pokok-pokok kesehatan dan keselamatan kerja K3 pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan yang meliputi : 1 Peraturan Perundangan yang berlaku. 2 Lembaga atau Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 3 Sebab-sebab serta cara pencegahan terjadinya kecelakaan. 4 Sebab-sebab serta cara pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan. Beberapa Peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan adalah : 1 Pada tahun 1989 telah dikeluarkan Undang-undang No.14 tahun 1989 tentang Kesehatan Tenaga Kerja. Yang sebelumnya pada tahun 1970 telah dikeluarkan Undang-undang No.1 tentang Keselamatan Kerja. 2 Pada tahun 1980 Menteri Tenaga Kerja telah mengeluarkan Peraturan No.01atauMENatau1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi di bidang bangunan Bangunan. 3 Pada tahun 1986 Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja menerbitkan Surat Keputusan bersama No.174 atau MEN atau 1986 dan 104 atau KPTS atau 1986 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Tempat Pekerjaan Konstruksi di bidang bangunan. Dengan adanya peraturan perundangan tersebut, maka telah lengkap dan mantap landasan hukum untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan. Oleh karena itu menjadi kewajiban semua pihak yang terlibat pada konstruksi di bidang bangunan antara lain pemberi kerja, pelaksana bangunan, pengawas dan tenaga kerja untuk melaksanakan peraturan dan perundangan tersebut. 237 Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan harus mempunyai petugas dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 yang disebut Petugas Kesehatan. Adapun tugas petugas kesehatan adalah : 1 Membuat perencanaan dan program pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di Proyek. 2 Melakukan penyuluhan dan pemberian informasi serta latihan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 3 Mencatat data kecelakaan. 4 Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 sangat penting dan bermanfaat baik bagi pemberi kerja, pelaksana bangunan maupun tenaga kerja. Bila tidak melaksanakannya dapat menimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian antara lain : 1 Bagi Pemberi Kerja; Bila terjadi kecelakaan dan terjadi musibah misalnya kebakaran, maka proyek dapat tertunda penyelesaiannya. Sekalipun pemberi kerja tidak akan mengeluarkan biaya tambahan karena adanya kebakaran tsb, namun tertundanya penyelesaian proyek bearti merupakan penundaan manfaat proyek yang dibiayai dari dana kredit, jelas pemberi kerja akan menanggung bunga kredit itu selama waktu tertundanya proyek beroperasi. 2 Bagi Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi banguna; Banyak sekali kerugian yang harus dipikul. Baik kerugian dalam keuangan, beban pikiran dan reputasi. Bila terjadi kecelakaan dan kecelakaan tersebut menimbulkan kerugian masyarakat yang besar, perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan akan diprotes, dituntut bahkan dicacimaki oleh Pers. 3 Bagi Tenaga Kerja Naker; Bagi tenaga kerja yang mendapat kecelakaan, apalagi cacat berat bearti yang bersangkutan akan kehilangan kesempatan bekerja sesuai kemampuan yang dimilikinya, atau tidak dapat bekerja sama sekali. Bagi yang sudah berumahtangga kecelakaan dapat menimbulkan penderitaan istri dan anak-anaknya.

B. Pelaksanaan K3 Pekerjaan Konstruksi