Perencanaan Pondasi Pondasi Tidak Langsung

C. Perencanaan Pondasi

Perencanaan pondasi kita bahas hanya dasar-dasar saja, yaitu perencanaan pondasi ada yang berupa rencana struktur, yang menghiung kekuatankekokohan pondasi dan perencanaan pelaksanaan, yaitu bagaimana pondasi dapat dibangun sesuai desain. Pada perhitungan rencana kekuatan pondasi, harus didukung teori lain yaitu ilmu mekanka tanah dan ilmu mekanika teknik. Data tanah yang diperoleh disesuaikann dengan beban bangunan, dan dihitung kekuatan pondasi menyalurkan gaya-gaya yang timbul. Prinsip keadaan tanah, yaitu; 1 Tanah dianggap sebagai lapisan yang elastis dan plat pondasi adalah lapisan yang kaku , sehingga tekanan tanah dapat dianggap terbagi rata atau berubah linear; 2 Tegangan tanah yang digunakan untuk menghitung pondasi adalah tegangan tanah total dikurangi tegangan tanah akibat beban diatas pondasi plat pons dan tanah urugan Beberapa langkah kerja untuk menghitung perencanaan pondasi, dapat dipedomani langkah sebagai berikut ini; 1 Analisa Data dan Penyelidikan Tanah; Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun. 2 Dari Hasil Tes Boring Boring Log; diperoleh hasil tes boring pada kealaman tertentu, dengan menentukan titik dan banyak sampel. 3 Dari Hasil Tes Sondir; Sondir dilakukan, dengan hasil yang diperoleh setiap titik, sebagai dasar perhitungan untuk perencanaan. Dilihat dari analisa data tanah lapisan tanah keras didapat pada kealaman tertentu. 4 Pemilihan Jenis Pondasi; Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:  Fungsi bangunan atas  Besarnya beban dan berat dari bangunan atas  Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan  Jumlah biaya yang dikeluarkan 190 Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas. Dari pertimbangan hasil penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang digunakan ditentukan, dengan perhitungan kekuatan, dan volume dan bentuk penampang. Kemudian disusun dan ditentukan spesifikasi bahan yang digunakan sebagai pondasi. Untuk dapat menentukan jenis pondasi dan ukuran pondasi yang akan dipakai kita harus mengetahui beban yang akan didukung oleh pondasi. Untuk itu kita akan menghitung beban bangunan di atas pondasi. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983, beban hidup untuk bangunan :  Rumah tinggal = 200 kgm2  Perkantoran, pertokoan dan ruang kelas = 250 kgm2  Berat jenis beton bertulang = 2400 kgm3  Berat jenis pasangan bata = 1700 kgm3  Berat jenis kayu = 1000 kgm3 Pada perencanaan pondasi beton bertulang, perlu ditinjau beberapa hal seperti : 1 Design terhadap lentur 2 Design terhadap Geser 3 Pemindahan gaya dan momen pada dasar kolom 4 Panjang penyaluran tulangan Perencanaan Pondasi Batu Kali Pelaksanaan pembuatan pondasi, sebelum dilakanakannya pembuatan pondasi, selain perencanaan kekuatan, tentu direncanakan juga bahan-bahan yang akan digunakan, seberap banyak bahan, dan seberapa banyak biaya untuk dapat membangun pondasi . Perencanaan perhitungan volume bahan dan upah kerja, pada pelajaan Rencana Anggaran Biaya RAB, akan lebih diperjelas dan lebih diperdalam lagi, sampai pada angka nominal biaya untuk membangun pondasi dimaksud. 191 Gambar 14-16: Rencana Pondasi Batu Kali Beberapa langkah kerja dan perencanaan pekerjaan pondasi batu kali yang perlu diperhatikan adalah bagian-bagian pekerjaan, yaitu; 1 pekerjaan galian 2 pekerjaan urugan tanah dan pasir 3 pekerjaan batu kosong anstamping 4 pekerjaan batu kali 5 urugan tanah kembali Pekerjaan galian; Pekerjaan galian tanah untuk lokasi pondasi agar dapat dibuat atau dilaksanakan pembangunan pondasi dimaksud. Galian dibuat poisisnya terbalik dari posisi pondasi, dimana pada bagian atasnya lebih besar dari bagian bawahnya. Untuk galian pondasi perhtiungkan keleluasaan pekerja, galian untuk lantai kerja dan aanstamping. Dengan memperoleh; lebar galian = xx m, tinggi galian = xx m, panjang galian = panjang pondasi = xx m, maka diperoleh volume galian = xxx m3. Pekerjaan urugan tanah dan pasir; Urugan tanah dimaksud adalah urugan tanah setelah pembangunan pondasi selesai, sedangkan urugan pasir adalah pasir untuk kebutuhan lantai kerja atau pasir yang direncakana untuk urugan, tergantung perencanaan, apakah pondasi setelah selesai dipasang akan di urug dengan tanah atau pasir. Dengan memperoleh ; lebar urugan = xx m, tinggi urugan = xx m, panjang pondasi = xx m, maka volume urugan = xxx m3. 192 Pekerjaan batu kosong anstamping; Pekerjaan ini yaitu pemasangan batu kosong setelah lapisan pasir, dimana setelah lapisan aanstamping, diatasnya adalah lapisan pasangan batu kali. Dengan memperoleh; lebar pasangan batu kosong = xx m, tinggi batu kosong = xx m, panjang pondasi = xx m, maka volume batu kosong = xxx m3. Pekerjaan batu kali; Pekerjaan batu kali adalah pemasangann batu kali sebagai pondasi batu kali menerus, artinya pasangan batu kali dipasanga sepanjang bangunan yang akan dibangun. Untuk pondasi batu kali disusun dengan menggunakan adukan yang telah direncanakan sebelumnya, contoh campuran adukan adalah; 1PC:3 Psr atau 1PC:4Psr atau 1PC: 5. Dengan perencanaan dimensi pondasi batu kali, diperoleh; lebar atas = xx m, lebar bawah = xx m, tinggi batu kali = xx m, panjang pondasi = xx m, maka volume batu kali = xxx m3. Pekerjaan urugan kembali; Seperti di jelaskan di atas, bahwa pekerjaan urugan kembali, dapat dilakukan dengan tanah atau dengan pasir urug, tergantung perencanaan. Dengan perencanaan dimensi urguan, diperoleh; volumenya = 13 x pekerjaan galian tanah = xxx m3 Untuk memperoleh harga atau biaya pembangunan pondasi tersebut, dapat dihitung setelah mendapat volume, kemudian dikalikan dengan harga satuan per m3 nya, hasilnya, itulah biaya yang dibutuhkan untuk masing2 pekerjaan. Contoh perhitungan volume bahan pondasi 193  Volume pondasi per meter = 0,25+0,52x0,6x1=0,225 m3 Jika panjang total pondasi adalah 10 meter, maka kebutuhan totalnya adalah: 0,225x10=2,25 m3.  Bahan batu Kali = Koefisien batu kali x voleme = 1,2 x 225 = 2,70 m3 koefisien diperoleh dengan asumsi 5.  Semen PC = Koef x Volume = 136 kg x volume = 136 kg x 225 = 306 kg atau setara dengan 30640 zak = 7,65 zak semen  Pasir = Koef x Volume = 0, 544 x225 = 1, 224 m3 194 195 GLOSSARY Air bersih, adalah air dingin atau Panas untuk keperluan minum, mandi, cuci dll. Air kotor, adalah air sisa, air limbah, air hujan dan air limbah khusus Air panas adalah air bersih yang dipanaskan dengan alat tertentu dan digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. Pathogen, adalah membahayakan bagi kesehatan manusia Utilitas adalah sarana penunjang untuk membantu melaksanakan sesuatu, agar memenuhi standar atau kemudahan dalam penggunaannya. Sistem penyediaan air bersih dengan sumber air secara individu, air dari sumber air yang ada didalam tanah melalui sumur diangkat kepermukaan tanah dengan menggunakan timba atau pompa, lalu air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-har Sistem Plambing, adalah tentang perpipaan sistem penyediaan air minum, sistem pembuangan air kotor, dan perpipaan sistem pembuangan air hujan. Sestim Vertikal, adalah sistem pengalirandistribusi air bersih dengan sistem pengaturan beda tinggi yang banyak digunakan pada bangunan- bangunan bertingkat tinggi. Sistem sambungan langsung pipa distribusi dalam gedung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih sepeti pipa utama dibawah jalan dari perusahaan air bersih, atau sistem air bersih dalam komplek perumahan A. Pendahuluan Utilitas adalah sarana penunjang untuk membantu melaksanakan sesuatu, agar memenuhi standar atau kemudahan dalam penggunaannya. Bila diambil suatu contoh bangunan, seperti sanitasi merupakan salah satu sarana yang harus disediakan dalam suatu bangunan atau gedung, supaya dapat terpenuhi syarat kesehatan pengguna bangunan atau gedung tersebut. Instalasi adalah suatu utilitas yang ada dalam suatu bangunan atau gedung untuk memfasilitasi kebutuhan pada gedung atau bangunan tersebut. Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan. Dalam bangunan gedung, beberapa utilitas yang dikenal antara lain, yaitu; 1 Sistem plambing dan kelengkapan sanitasi. 2 Alat pemadam pencegahan kebakaran 3 Sistem sirkulasi udara 4 Sistem penerangan 5 Sistem keamanan dan CCTV 6 Sistem Audioakustik 7 Sistem pengolahan limbah 8 Sistem mobilisasi dan perparkiran 9 Sistem telekomunikasi 10 Sistem penangkal petir 11 Dan lain sebagainya Setiap bangunan, sistem utilitasnya tentu tidak sama, baik itu standar minimal ataupun standar ideal yang dibutuhkan. Namanya juga bagian penunjang, kebutuhan kamar mandi rumah di desa, dibandingkan dengan rumah di kota atau gedung yang menjulang tinggi tentu berbeda. Sebagai contoh, perancangan gedung tinggi, dalam pembangunan gedung setinggi 100 meter, tentu dibutuhkan teknologi yang canggih untuk mendukung utilitas bangunan. Dalam pembangunan gedung tinggi tentunya dibutuhkan teknologi yang tinggi juga untuk mendukung menciptakan kenyamanan bagi pengguna. Kebutuhan akan lift untuk tangga naik, menjadi kebtuhan standar dalam gedung pencakar 196 langit, sementara gedung ruko tiga lantai cukup dengan tangga manual dari beton. Itulah salah satu perbandingan utilitas yang menjadi standar suau bangunan. Sebagai ulasan kita, pada sistem utilitas bangunan kita ambil contoh adalah sistem plambing, tentu dalam perencanaan bangunan sistem ini sudah harus direncanakan matang. Pekerjaan plambing dapat diidentifikasikan pekerjaannya berdasarkan pengertian plumbing, yaitu Sistem Plambing suatu bangunan gedung adalah tentang perpipaan sistem penyediaan air minum, perpipaan sistem pembuangan air kotor, dan perpipaan sistem pembuangan air hujan. Sehingga bidang kegiatan pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup plambing diantaranya adalah sistem penyediaan air bersih, sistem pembuangan air kotor, dan sistem pembuangan air hujan didalam bangunan gedung. Karena plambing merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan penempatan plambing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni bangunan gedung tersebut merasa aman, nyaman, dan sehat B. Sistem Plumbing Air bersih Sistem perancangan plambing adalah suatu sistem penyedian atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air. Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan plambing yang baik pula. Selain pemipaan plambing, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah penyediaan air dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa aspek berikut; Kesehatan, penggunaan air, dan pengolahan dan pembuangan limbah. Dalam perancangan sistem plambing, dibutuhkan berbagai peralatan plambing yang meliputi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam suatu bangunan, seperti rumah, toko, dan gedung-gedung sarana umum. Pada perencanaan plambing pada bangunan tersebut, dibutuhkan alat plambing, 197 guna mendukung operasional gedung sesuai fungsinya. Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air memasukan air panas atau air dingin, dan untuk menerima mengeluarkan air buangan, atau secara singkat dapat dikatakan semua peralatan yang dipasang pada ujung akhir pipa, untuk memasukkan air, dan ujung awal pipa, untuk membuang air. Peralatan tersebut terdiri dari antara lain, yaitu; a Peralatan untuk penyedian air bersih, b Peralatan untuk penyedian air panas, c Peralatan untuk pembuangan air kotor, dan d Peralatan lainnya yang ada hubungannya terhadap perencanaan pemipaan plambing. Gambar 15-1 : Pendistribusian Air Bersih di Desa Beberapa syarat-syarat dan mutu bahan bangunan untu peralatan plambing, antara lain, yaitu; 1 Tidak menimbulkan bahaya kesehatan 2 Tidak menimbulkan gannguan suara 3 Tidak menimbulkan radiasi 4 Tidak merusak perlengkapan bangunan 198 5 Instalasi harus kuat dan bersih Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut; 1 Daya tahan harus lama minimal 30 tahun 2 Permukaan harus halus dan tahan air 3 Tidakk ada bagian-bagian yan tersembunyimenyimpan kotoran pada bahan-bahan yang dimaksud 4 Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain 5 Mudah memeliharanya 6 Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku Gambar 15-2: Pendistribusian Air Bersih Model PDAM Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar tentang peralatan dan instalasinya. Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan plambing yang baik pula. Selain pemipaan plambing, terdapat hubungan yang erat juga antara 199 masalah penyediaan air dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa aspek berikut; Kesehatan, Penggunaan air, dan Pengolahan dan pembuangan limbah. Dalam perencanaan pelambing, perlu diperhatikan bahan atau alat plambing. Pipa PVC dan pipa tembaga untuk air panasa. Ukuran yang sering digunakan mulai dari diameter ½” sampai dengan 2” sampai dengan 6” untuk bangunan tinggi. Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari sistem pembuangan dari instalasi dapat berupa : Kran, kloset, wastafel lavatory, urinoir, bidet, beth tub, shower. Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perencanaan dan pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan secara bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada. Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan dari bangunan itu sendiri, tentu .perencanaan dan perancangan sistem plambing komplit pada persediaan air, saluran dan sistem pendistribusian.

1. Peralatan Plambing