Pelaksanaan K3 Pekerjaan Konstruksi

Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan harus mempunyai petugas dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 yang disebut Petugas Kesehatan. Adapun tugas petugas kesehatan adalah : 1 Membuat perencanaan dan program pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di Proyek. 2 Melakukan penyuluhan dan pemberian informasi serta latihan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 3 Mencatat data kecelakaan. 4 Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 sangat penting dan bermanfaat baik bagi pemberi kerja, pelaksana bangunan maupun tenaga kerja. Bila tidak melaksanakannya dapat menimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian antara lain : 1 Bagi Pemberi Kerja; Bila terjadi kecelakaan dan terjadi musibah misalnya kebakaran, maka proyek dapat tertunda penyelesaiannya. Sekalipun pemberi kerja tidak akan mengeluarkan biaya tambahan karena adanya kebakaran tsb, namun tertundanya penyelesaian proyek bearti merupakan penundaan manfaat proyek yang dibiayai dari dana kredit, jelas pemberi kerja akan menanggung bunga kredit itu selama waktu tertundanya proyek beroperasi. 2 Bagi Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi banguna; Banyak sekali kerugian yang harus dipikul. Baik kerugian dalam keuangan, beban pikiran dan reputasi. Bila terjadi kecelakaan dan kecelakaan tersebut menimbulkan kerugian masyarakat yang besar, perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan akan diprotes, dituntut bahkan dicacimaki oleh Pers. 3 Bagi Tenaga Kerja Naker; Bagi tenaga kerja yang mendapat kecelakaan, apalagi cacat berat bearti yang bersangkutan akan kehilangan kesempatan bekerja sesuai kemampuan yang dimilikinya, atau tidak dapat bekerja sama sekali. Bagi yang sudah berumahtangga kecelakaan dapat menimbulkan penderitaan istri dan anak-anaknya.

B. Pelaksanaan K3 Pekerjaan Konstruksi

238 Penjelaan dan pemahaman tentang Keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per- 01Men1980, peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, dapat memadai untuk kondisi di Indonesia. Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah, mengakibatkan penerapan peraturan keselamatan kerja yang masih jauh dari optimal, yang pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 132003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01MEN1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174MEN1986-104KPTS1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsigambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi. Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3 239 yang bersifat umum dan yang bersifat khusus untuk penyelenggaraan konstruksi yakni: 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01Men1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan. 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05Men1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4 Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum masing-masing Nomor Kep.174MEN1986 dan 104KPTS1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pada proyek konstruksi, kecelakaan kerja yang terjadi dapat menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Beberapa faktor yang menimbulkan kecelakaan, faktor manusia merupakan faktor paling dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja, selain itu, faktor peralatan seperti crane ataupun faktor lingkungan kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan benar. Tingginya kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada proyek konstruksi bisa menyebabkan dampak secara langsung terhadap lembagaorganisasi dan penyedia jasa. Maka sangatlah penting adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi. Dampak yang terjadi berupa kerugian yang akan dialami oleh lembagaorganisasi yang tidak menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja , meskipun sudah dikeluarkan suatu peraturan perundang- undangan oleh pemerintah akibat kelalaian dalam pelaksanaan K3. 240 Gambar 16=1 : Diagram Organisasi K3 di Indonesia Di Indonesia Peraturan Perundangan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 telah memadai. Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada Pekerjaan Konstruksi di bidang bangunan. Dilingkungan Departemen Tenaga Kerja ada unit atau petugas yang melakukan tugas pengawasan atau inspeksi yaitu para Inspektor Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. Dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum terdapat unitataupetugas yang melaksanakan inspeksiatau pengawasan, termasuk pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. Dalam kontrak pekerjaan konstruksi di bidang bangunan tercantum klosul tentang kewajiban perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 241

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3