Perancangan Penangkal Petir Perancangan Transportasi Dalam Bangunan Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3

Kemajuan teknologi CCTV Online, bisa memantau toko, kantor, pabrik dari Rumah atau tempat mana saja, dengan sangat mudah. Bisa memantau kantor cabang dari pusat secara langsung, mengawasi kegiatan pabrik dari kantor, mengawasi rumah babby sitterpembantu dll selagi anda di kantor, meningkatkan kinerja staff secara luar biasa drastis, Mengurangi dan mencegah kecurangan dan penipuan mencegah kehilangan barang dan kerugian material, memproteksi asset berharga anda, Bisa tetap memantau jalannya bisnis sambil berlibur bersama keluarga tidak lagi mengorbankan waktu bersama keluarga yang sangat berharga. Kelebihan dan Keunggulan CCTV Antara Lain : 1 CCTV bisa diakses oleh multi user secara bersama-sama pada saat bersamaan via jaringan LAN 2 CCTV bisa dimonitor dari jarak jauh hanya menggunakan line telepon biasa, tanpa perlu koneksi internet apapun 3 CCTV Bisa diakses dari mana saja tanpa batasan jarak, dari luar kota atau dari luar negeri menggunakan akses internet 4 Bisa dimonitor menggunakan PDA Handphone, laptop maupun PC 5 Dilindungi password protection sehingga yang tidak berhak tidak bisa mengakses 6 Tidak perlu menggunakan banyak layar monitor Cukup 1 layar monitor untuk melihat sampai dengan 16 titik kamera cctv secara bersamaan 7 CCTV bisa difungsikan sebagai alarm yang akan secara otomatis menghubungi no telp yang sudah ditentukan jika ada hal yang tidak dikehendaki 8 Harga yang semakin terjangkau dan ekonomis.

5. Perancangan Penangkal Petir

Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut. Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan- bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya.

6. Perancangan Transportasi Dalam Bangunan

231 Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut transportasi untuk memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di bangunan tersebut. Alat transportasi tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah geraknya sebagai alat angkut dalam bentuk arah vertikal berupa elevator, arah horizontal berupa konveyor, arah diagonal berupa eskalator. Lift ini, sering disebut elevator, yang merupakan alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai, karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tuganya hanya mampu dilakukan sampai empat lantai. Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik. Gambar 15-15: Bagian-bagian Elevator 232

7. Perancangan Alat Pembersih Bangunan

Perancangan alat pembersih bangunan yang diterapkan pada bangunan tinggi, biasanya menggunakan gondola. Sistem gondola digunakan untuk membersihkan debu pada dinding dan kaca bangunan, sehingga warnanya tetap terjaga dan terawat.Mengacu pada standart Working at height Procedure, metode yang umum adalah Rope Acess dan system BMU Building Maitenance Units atau di Indonesia di sebut Gondola. Jika mengacu pada fungsi Maintenance gedung, maka yang dimaksud dengan BMU atau Gondola adalah alat atau sistem yang di instal di atas atap gedung, berfungsi untuk mengantarkan pekerja Cleaning Service atau Teknisi Gedung yang akan melakukan pekerjaan di sisi luar gedung dalam posisi Vertikal , Menuju kesemua arah atau lokasi dimana mereka harus membersihkan kaca,dinding gedung atau perbaikan lampu, dinding dan kaca atau konstruksi lainnya yang berada di sisi luar gedung. 233 Gambar 15-16: Gondola Bangunan 234 GLOSSARY APD, adalah Alat Pelindung Diri yaitu kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja APAR, Alat Pemadam Api Ringan dB, adalah Desibel, Lambang Internasional = dB yaitu satuan untuk mengukur intensitas suara K3, adalah singkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3LH, adalah singkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta Lingungan Hidup. Hz, adalah Hertz, yaitu Frekuensi suara atau frekuensi audio getaran frekuensi yang terdengar oleh manusia SMK3, adalah Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, merupakan upaya integratif yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat langsung dengan pekerjaan. Sol, adalah alas sepatu dan biasanya terbuat dari bahan karet

C. MATERI PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Pekerjaan konstruksi di bidang bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan, peralatan, perlengkapan, teknologi dan tenaga kerja yang secara sendiri ataupun bersama-sama dapat menjadi sumber potensial terjadinya kecelakaan. Selain itu pekerjaan konstruksi di bidang bangunan pada umumnya merupakan pekerjaan di lapangan terbuka yang mudah terpengaruh oleh cuaca. Macam pekerjaan dapat berlangsung di bagian atas bangunan, dibawah tanah, dalam genangan air, pada tempat- tempat lembab ataupun gelap yang berpotensi terhadap kesehatan kerja. Pekerja bangunan sebagai SDM tenaga kerja merupakan faktor yang sangat 235 penting dalam pelaksanaan pembangunan fifik, oleh karena itu perlu dilindungi diberi pemahaman tentang K3LH. Apalagi bila tenaga kerja yang telah trampil atau yang mempunyai keahlian mendapatkan kecelakaan yang akan berakibat terhadap waktu penyelesaian pekerjaan dan pada akhirnya merugikan bagi perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan. Dalam era pembangunan saat ini di Indonesia, masalah keselamatan dan kesehatan kerja K3 mendapat perhatian serius semua pihak. Karena penerapan K3 ini sangat berhubungan erat dengan berbagai aspek dalam kehidupan baik itu dimulai dari lingkungan rumah tangga, lingkungan kerja, tempat kerja dan masyarakat umum juga sangat dekat dan terkait dengan faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan K3. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja K3 tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Budaya K3 ini harus diterapkan didalam mendukung produktivitas kerja dan hasil yang tinggi, efisiensi biaya dapat tercapai karena menghindari bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan kenyamanan dan suasana yang baik serta kondusif. Penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengacu kepada standard dan peraturan yang berlaku seperti Permennaker RI No: 05 MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3, merupakan tuntutan saat ini, dan sebagian sekolah sudah melaksanakannya dalam lingkup pembelajaran praktiknya. 236 Peraturan perundang-undangan yang mewajibkan perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan untuk melaksanakan Kesehatan dan Keamanan Kerja K3 pada proyek yang menjadi tanggung jawabnya guna menjamin perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan dan gangguan kesehatan kerja. Pelaksana lapangan sebagai petugas perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan di lapangan perlu mengetahui pokok-pokok kesehatan dan keselamatan kerja K3 pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan yang meliputi : 1 Peraturan Perundangan yang berlaku. 2 Lembaga atau Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 3 Sebab-sebab serta cara pencegahan terjadinya kecelakaan. 4 Sebab-sebab serta cara pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan. Beberapa Peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan adalah : 1 Pada tahun 1989 telah dikeluarkan Undang-undang No.14 tahun 1989 tentang Kesehatan Tenaga Kerja. Yang sebelumnya pada tahun 1970 telah dikeluarkan Undang-undang No.1 tentang Keselamatan Kerja. 2 Pada tahun 1980 Menteri Tenaga Kerja telah mengeluarkan Peraturan No.01atauMENatau1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi di bidang bangunan Bangunan. 3 Pada tahun 1986 Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja menerbitkan Surat Keputusan bersama No.174 atau MEN atau 1986 dan 104 atau KPTS atau 1986 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Tempat Pekerjaan Konstruksi di bidang bangunan. Dengan adanya peraturan perundangan tersebut, maka telah lengkap dan mantap landasan hukum untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan. Oleh karena itu menjadi kewajiban semua pihak yang terlibat pada konstruksi di bidang bangunan antara lain pemberi kerja, pelaksana bangunan, pengawas dan tenaga kerja untuk melaksanakan peraturan dan perundangan tersebut. 237 Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan harus mempunyai petugas dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 yang disebut Petugas Kesehatan. Adapun tugas petugas kesehatan adalah : 1 Membuat perencanaan dan program pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di Proyek. 2 Melakukan penyuluhan dan pemberian informasi serta latihan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 3 Mencatat data kecelakaan. 4 Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 sangat penting dan bermanfaat baik bagi pemberi kerja, pelaksana bangunan maupun tenaga kerja. Bila tidak melaksanakannya dapat menimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian antara lain : 1 Bagi Pemberi Kerja; Bila terjadi kecelakaan dan terjadi musibah misalnya kebakaran, maka proyek dapat tertunda penyelesaiannya. Sekalipun pemberi kerja tidak akan mengeluarkan biaya tambahan karena adanya kebakaran tsb, namun tertundanya penyelesaian proyek bearti merupakan penundaan manfaat proyek yang dibiayai dari dana kredit, jelas pemberi kerja akan menanggung bunga kredit itu selama waktu tertundanya proyek beroperasi. 2 Bagi Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi banguna; Banyak sekali kerugian yang harus dipikul. Baik kerugian dalam keuangan, beban pikiran dan reputasi. Bila terjadi kecelakaan dan kecelakaan tersebut menimbulkan kerugian masyarakat yang besar, perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan akan diprotes, dituntut bahkan dicacimaki oleh Pers. 3 Bagi Tenaga Kerja Naker; Bagi tenaga kerja yang mendapat kecelakaan, apalagi cacat berat bearti yang bersangkutan akan kehilangan kesempatan bekerja sesuai kemampuan yang dimilikinya, atau tidak dapat bekerja sama sekali. Bagi yang sudah berumahtangga kecelakaan dapat menimbulkan penderitaan istri dan anak-anaknya.

B. Pelaksanaan K3 Pekerjaan Konstruksi

238 Penjelaan dan pemahaman tentang Keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per- 01Men1980, peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, dapat memadai untuk kondisi di Indonesia. Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah, mengakibatkan penerapan peraturan keselamatan kerja yang masih jauh dari optimal, yang pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 132003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01MEN1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174MEN1986-104KPTS1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsigambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi. Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3 239 yang bersifat umum dan yang bersifat khusus untuk penyelenggaraan konstruksi yakni: 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01Men1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan. 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05Men1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4 Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum masing-masing Nomor Kep.174MEN1986 dan 104KPTS1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pada proyek konstruksi, kecelakaan kerja yang terjadi dapat menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Beberapa faktor yang menimbulkan kecelakaan, faktor manusia merupakan faktor paling dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja, selain itu, faktor peralatan seperti crane ataupun faktor lingkungan kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan benar. Tingginya kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada proyek konstruksi bisa menyebabkan dampak secara langsung terhadap lembagaorganisasi dan penyedia jasa. Maka sangatlah penting adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi. Dampak yang terjadi berupa kerugian yang akan dialami oleh lembagaorganisasi yang tidak menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja , meskipun sudah dikeluarkan suatu peraturan perundang- undangan oleh pemerintah akibat kelalaian dalam pelaksanaan K3. 240 Gambar 16=1 : Diagram Organisasi K3 di Indonesia Di Indonesia Peraturan Perundangan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 telah memadai. Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 pada Pekerjaan Konstruksi di bidang bangunan. Dilingkungan Departemen Tenaga Kerja ada unit atau petugas yang melakukan tugas pengawasan atau inspeksi yaitu para Inspektor Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. Dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum terdapat unitataupetugas yang melaksanakan inspeksiatau pengawasan, termasuk pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. Dalam kontrak pekerjaan konstruksi di bidang bangunan tercantum klosul tentang kewajiban perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. 241

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan tingkat efisiensi fungsional dan atau metabolisme organisme, sering implisit manusia. Pada saat penciptaan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah; sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.. Klasifikasi sistem seperti WHO Keluarga Klasifikasi Internasional WHO-FIC, yang terdiri dari Klasifikasi Internasional Berfungsi, Cacat, dan Kesehatan ICF dan Klasifikasi Internasional Penyakit ICD juga menentukan kesehatan. The Caduceus 2009. Jackson 1999, menjelaskan bahwa Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi- kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Sementara keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka accident atau nyaris celaka near-miss. Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja saat ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Istilah keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah scientific approach dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. 242

2. Peran dan Fungsi K3